Kamis, 28 April 2016

ANTARA ILMU DAN CINTA MENURUT ISLAM

Abdul Hamid Aly

Oleh Abdul Hamid
E-mail: sayidhasan5@gmail.com 


“Beberapa ahli dibidang pendidikan mengungkapkan bahwa pengajaran adalah sebuah Seni (Keindahan) yang tidak lain bermaksud untuk mendeskripsikan bahwa pengajaran adalah suatu yang menyenangkan agar para penuntut ilmu menyukai apa yang akan mereka terima dan senang hati dalam mempelajarinya. Disini lah paradigma antara ilmu dan cinta dapat di aplikasikan. Mencintai ilmu terlebih dahulu atau sebaliknya. Keterkaitan antara kedua hal tersebut di pandang perlu agar kedua hal tersebut dapat di raih secara umun maupun secara khusus untuk memecahkan kasus yang terjadi.



PENDAHULUAN

            Dalam kehidupan sosial mencintai adalah hal yang seharusnya dimiliki oleh semua pelaku sosial agar kepedulian, saling perhatian dan gairah kesenangan tetap terjalin. tanpa cinta tidak akan ada toleransi antara manusia yang lain, baik dipandang dari lawan jenis, Suku, Ras, dan Agama. Pengertian cinta begitu luas untuk di mengerti. Namun dalam term Cinta disini adalah kesenangan yang memunculkan suatu kebutuhan dan kharusan untuk bertemu dan berinteraksi dengan yang dicintai.
Di sisi lain, didalam kehidupan manusia perlu adanya ilmu karena ilmu itu sebagai cahaya [[1]] yang menuntun dan menjadi batasan mereka dalam peradaban kehidupan yang dijalani. Masa kini banyak para ahli yang berlomba untuk menemukan dan merumuskan suatu metode dan strategi belajar guna membuat para generasi muda mampu menyerap ilmu dengan baik dan efektif akan tetapi tidak sedikit dari mereka belum berhasil dengan penemuan yang telah di uji coba. Semua itu terjadi bukan karena kesalahan dalam strategi itu sendiri namun didalam implemntasi dilapangan yang kadang tidak sesuai dengan yang di inginkan seperti pengaruh motivasi, lingkungan, dan penunjang belajar itu sendiri.
Paradigma Cinta dan Ilmu dalam Islam telah lahir jauh sebelum masa millennium atau tahu 2000an. Cinta dan Ilmu telah di terangkan secara implisit oleh Al-qur’an dalam Surah An Nahl ayat 125 yaitu:  Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan Al Hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa saja yang tersesat dari jalan-Nya. Dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk” [[2]] dalam menyampaikan ilmu kita harus menyampaikan dengan cara yang bijaksana dan baik (cinta) karena pada dasarnya jika sesuatu itu diraih dengan cinta hal itu akan benar-benar menyerap dalam hati dan pemiliknya akan selalu menjaganya.
            Paradigma inilah yang dipandang perlu diketahui dan dipahami. pertanyaan seperti apakah Cinta itu? Apakah Ilmu itu ? Apakah Hubungan antara keduanya ? dan paradigma seperti apakah yang harus dipahami dalam kedua hal tersebut dalam agam Islam? yang harus dijawab dan dimengerti oleh para pakar kedua hal (baik pujangga cinta dan ilmuan)tersebut.

CINTA

Mulai dari para pujangga dan pakar bahasa ber’lomba’ mendefinisikan Cinta. dalam hal ini  Cinta (love) secara bahasa adalah suka sekali dan senang sekali. Cinta secara istilah ialah rasa kasih sayang yang muncul dari lubuk hati yang terdalam untuk rela berkorban, tanpa mengharap imbalan apapun, dan dari siapapun kecuali imbalan yang datang dan diridhoi Allah.[[3]]
Dalam Islam, kasih sayang adalah identitas dan asas iman. Hal itu merupakan bukti pengaruh agama terhadap hati nurani, seperti halnya ia juga merupakan kesaksian jiwa manusia yang menurut term (istilah) Islam belum akan diakui beragama bila ia tidak memiliki perasaan kasih sayang. Seperti yang di sebutkan dalm Hadist Nabi “ Tidak dikatakan Beriman seseorang yang tidak mencintai saudaranya seperti dia mencintai dirinya sendiri”. hadist tersebut menjelaskan bahwa cinta itu begitu penting dimiliki oleh seorang hamba bahkan dia harus mempertaruhkan kepercayaannya jika dia tidak memiliki cinta. 
Cinta adalah kesenangan terhadap sesuatu yang didasari dengan pemahaman kuat dengan keimanan karena cinta tanpa keimana adalah nafsu dan keimanan tanpa cinta adalah hampa. Islam datang dengan cinta seperti yang disiratkan dalam surah An-Nahl ayat 125 di atas. jika seseorang telah terkena virus cinta dia akan menjadi budak pada apa yang dicintainya. Dia akan selalu mengingikan untuk selalu berada didekat yang dicintainya untuk menjaga dan perhatian.
Bicara masalah cinta terkadang banyak hal yang di bayangkan karena untuk mengartikan arti cinta itu sulit sebab cinta adalah sesuatu yang abstrak,ada terasa sulit dilihat,terasa tak tersentuh,aneh tapi nyata cinta bisa membuat seseorang menangis dan juga tertawa. Cinta itu merupakan rasa suka dan rasa sayang serta rasa berkasih2an antara lawan jenis bukan mahram dan rasa saling sayang dan saling mencintai dalam masyarakat awam bisa juga di katakan pacaran yang dalam islam sendiri istilah pacaran ini jelas2 tidak tapi bisa juga kalau kita artikan cinta itu kedalam bahasa arab yaitu "Hubb" dan berkasih sayang dan saling mencintai bisa juga dikatakan "Tahaabbub"[[4]],dimana ini dimaksud adalah seorang lelaki atau seorang wanita yang saling sayang dan saling berkasih2an. Dalam Al-Qur’an cinta memiliki 8 pengertian berikut ini penjelasannya:
  1. Mawaddah adalah jenis cinta mengebu-gebu, membara dan “nggemesi”. Orang yang memiliki cinta jenis mawaddah, maunya selalu berdua, enggan berpisah dan selalu ingin memuaskan dahaga cintanya. Ia ingin memonopoli cintanya, dan hampir tak bisa berfikir lain.
  2. Rahmah adalah jenis cinta yang penuh kasih sayang, lembut, siap berkorban, dan siap melindungi. Orang yang memiliki cinta jenis rahmah ini lebih memperhatikan orang yang dicintainya dibanding terhadap diri sendiri. Baginya yang penting adalah kebahagiaan sang kekasih meski untuk itu ia harus menderita. Ia sangat memaklumi kekurangan kekasihnya dan selalu memaafkan kesalahan kekasihnya. Termasuk dalam cinta rahmah adalah cinta antar orang yang bertalian darah, terutama cinta orang tua terhadap anaknya, dan sebaliknya. Dari itu maka dalam al Qur’an , kerabat disebut al arham, dzawi al arham , yakni orang-orang yang memiliki hubungan kasih sayang secara fitri, yang berasal dari garba kasih sayang ibu, disebut rahim (dari kata rahmah). Sejak janin seorang anak sudah diliputi oleh suasana psikologis kasih sayang dalam satu ruang yang disebut rahim. Selanjutnya diantara orang-orang yang memiliki hubungan darah dianjurkan untuk selalu ber silaturrahim, atau silaturrahmi artinya menyambung tali kasih sayang. Suami isteri yang diikat oleh cinta mawaddah dan rahmah sekaligus biasanya saling setia lahir batin-dunia akhirat.
  3. Maili, adalah jenis cinta yang untuk sementara sangat membara, sehingga menyedot seluruh perhatian hingga hal-hal lain cenderung kurang diperhatikan. Cinta jenis mail ini dalam al Qur’an disebut dalam konteks orang poligami dimana ketika sedang jatuh cinta kepada yang muda (an tamilu kulla al mail), cenderung mengabaikan kepada yang lama.
  4. Syaghaf. Adalah cinta yang sangat mendalam, alami, orisinil dan memabukkan. Orang yang terserang cinta jenis syaghaf (qad syaghafaha hubba)[[5]] bisa seperti orang gila, lupa diri dan hampir-hampir tak menyadari apa yang dilakukan. Al Qur’an menggunakan term syaghaf ketika mengkisahkan bagaimana cintanya Zulaikha, istri pembesar Mesir kepada bujangnya, Yusuf.
  5. Ra’fah, yaitu rasa kasih yang dalam hingga mengalahkan norma – norma kebenaran, misalnya kasihan kepada anak sehingga tidak tega membangunkannya untuk salat, membelanya meskipun salah. Al Qur’an menyebut term ini ketika mengingatkan agar janganlah cinta ra`fah menyebabkan orang tidak menegakkan hukum Allah, dalam hal ini kasus hukuman bagi pezina [[6]]
  6. Shobwah, yaitu cinta buta, cinta yang mendorong perilaku penyimpang tanpa sanggup mengelak. Al Qur’an menyebut term ni ketika mengkisahkan bagaimana Nabi Yusuf berdoa agar dipisahkan dengan Zulaiha yang setiap hari menggodanya (mohon dimasukkan penjara saja), sebab jika tidak, lama kelamaan Yusuf tergelincir juga dalam perbuatan bodoh, wa illa tashrif `anni kaidahunna ashbu ilaihinna wa akun min al jahilin [[7]]
  7. Syauq (rindu). Term ini bukan dari al Qur’an tetapi dari hadis yang menafsirkan al Qur’an. Dikatakan bahwa barangsiapa rindu berjumpa Allah. pasti waktunya akan tiba. Kalimat kerinduan ini kemudian diungkapkan dalam doa ma’tsur dari hadis riwayat Ahmad; wa as’aluka ladzzata an nadzori ila wajhika wa as syauqa ila liqa’ika, aku mohon dapat merasakan nikmatnya memandang wajah Mu dan nikmatnya kerinduan untuk berjumpa dengan Mu. [[8]] Menurut Ibn al Qayyim al Jauzi dalam kitab Raudlat al Muhibbin wa Nuzhat al Musytaqin, Syauq (rindu) adalah pengembaraan hati kepada sang kekasih (safar al qalb ila al mahbub), dan kobaran cinta yang apinya berada di dalam hati sang pecinta, hurqat al mahabbah wa il tihab naruha fi qalb al muhibbi [[9]]
  8. Kulfah. yakni perasaan cinta yang disertai kesadaran mendidik kepada hal-hal yang positif meski sulit, seperti orang tua yang menyuruh anaknya menyapu, membersihkan kamar sendiri, meski ada pembantu. Jenis cinta ini disebut al Qur’an ketika menyatakan bahwa Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya, la yukallifullah nafsan illa wus`aha [[10]]
Beberapa jenis diatas adalah definisi yang didapat dari Al-qur’an dan Hadist yang harus diketahui dari term diatas kita akan lebih mengenal cinta itu sendiri dengan tanpa meninggalkan iman sebagai seorang Mu’min dan semakin bijak dalam berperasaan dalam aplikasi cinta itu sendiri dalam kehidupan sehari-hari.

TINGKATAN MENCINTAI

            Walaupun perasaan manusia tidak bisa dilihat dan disentuh namun perasaan ini dapat diukur dengan bagaimana mereka mengekspresikan diri dalam mencintai. Seorang Ulama [11]dalam kitabnya member keterangan tentang tingkatan seorang mencintai sesuatu yaitu:

1) Cinta Atas Dasar Harapan Mendapat Sesuatu

Yaitu ketika seorang yang mencintai kekasihnya karena menginginkan sesuatu dari kekasihnya itu. Dan sesuatu yang diinginkannya itu biasanya berujud materi. Seorang wanita biasanya mudah tergoda dengan materi. Cinta seperti ini adalah tingkatan cinta yang paling rendah. Jika keinginannya tidak terpenuhi maka kadar cinta pecinta golongan ini sontak turun tajam. Bahkan kemudian hatinya terisi oleh bibit-bibit kejengkelan, kebencian dan kemarahan. Sehingga bila akumulasi harapan-harapannya yang tak terpenuhi itu sudah sedemikian besar, seringkali berujung pada perselisihan, bahkan perpisahan.

2) Cinta Atas Dasar Mengharap Ridho Kekasih

Cinta seperti ini lebih tinggi tingkatannya dari yang pertama. Yaitu mencintai kekasih karena semata mengharap ridhonya. Orang yang memiliki cinta tingkat kedua ini akan melakukan apapun secara sukarela dengan tujuan agar kekasih mendapatkan kebahagiaan. Agar kekasih memperoleh kesenangan. Agar kekasih terhindar dari marabahaya, dll. Terkadang ada dia berani mengambil resiko besar dalam melakukan hal-hal tersebut. Terkadang dia bersedia melakukan sesuatu yang konyol dan memalukan. Terkadang dia mau melakukan sesuatu yang tidak masuk akal. Bahkan tak jarang ada yang rela melakukan sesuatu yang membahayakan nyawanya sendiri. Dalam melakukan semuanya itu, dia tidak mengharapkan imbalan dari kekasih atas apa yang dilakukannya itu. Yang ada dihatinya hanyalah niat tulus agar kekasihnya senang dan bahagia, itu saja. Dan inilah yang disebut "Cinta Tulus". Dan ketika kekasih tersenyum senang, diapun turut merasakan kesenangan itu. Manakala kekasih bahagaia, hatinyapun turut merasa bahagia. 

3) Cinta Atas Dasar Mengharap Ridho Allah Sekaligus Ridho Kekasih
Iniah cinta sejati
.

Inilah cinta tertinggi. Pada cinta jenis kedua (mengharap ridho kekasih), adakalanya orang tersebut melakukan sesuatu dengan tulus namun apa yang dilakukannya itu tidak diridhoi oleh Allah, Sang Pencipta Cinta. Artinya apa yang dilakukannya itu menyimpang dari aturan-aturan agama. Jika demikian adanya, maka dia dan kekasihnya tidak akan merasakan kebahagiaan sejati. Yang dirasakannya hanyalah kesenangan jangka pendek dan bersifat semu. Misalnya saja waktu sholat maghrib hampir habis dan dia membiarkan kekasihnya asyik menonton TV karena tidak mau mengganggu kesenangannya. Atau dia terus menerus memanjakannya dengan selalu membelikan barang-barang mewah secara mubazir dan berfoya-foya menghamburkan uang untuk menyenangkan kekasihnya (yang tidak punya nilai ibadah). Itu semua bertentangan dengan aturan Allah. Dan orang yang tindakannya bertentangan dengan aturanNya tidak akan menemukan ketentraman hidup dan kebahagiaan sejati. Sebab, yang meniupkan kebahagiaan dan ketenangan hidup kedalam hati manusia hanyalah Allah. Dan kebahagiaan sejati di dunia ini adalah ketika amal perbuatan seseorang itu sejalan dengan PerintahNya (sejalan dengan nurani). Yaitu ketika amal perbuatannya itu memiliki nilai ibadah.
Itulah kenapa cinta tulus saja tidak menjamin kebahagiaan. Yang menjamin kebahagiaan adalah cinta jenis ketiga, yakni cinta tulus mengharap Ridho Allah sekaligus kekasih. Jadi apa yang dilakukan haruslah sesuai dengan jalur pencarian ridhoNya terlebih dulu, baru ridho kekasihnya.
Tanda-tanda cinta menurut ulama Ibnu Qayim Al Jauziah mendefinisikan seseorang dikatakan sedang dilanda cinta bila telah ada tanda-tanda [[12]]:
a) Menghujamkan pandangan mata, yaitu orang yang dimabuk cinta akan selalu memandang kepada yang dicinta.
b) Malu-malu bila yang dicinta memandangnya
Itulah salah satu sebab mengapa Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam melarang shalat dengan menengadah ke atas , namun haruslah menunduk ke bawah sebagai adab menghadap Yang Maha Tinggi. Bahkan rajapun akan marah bila pengikutnya berani menatap wajahnya dan tidak menunduk ke bawah sebagai tanda hormat dan segan.
c) Banyak mengingat dan membicarakan dan menyebut namanya
Dalam surat Al Anfal ayat 45 yang artinya : Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu memerangi pasukan (musuh) maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.
d) Tunduk pada perintah yang dicinta dan mendahulukannya dari pada kepentingan sendiri
Katakanlah : Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku (Muhammad), niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun Maha Penyayang.
e) Memperhatikan perkataan yang dicinta dan mendengarkannya
f) Mencintai rumah dan tempat kekasih
g) Mencintai apapun yang dicintai kekasih

ILMU

Ilmu Pengetahuan (science) adalah seperangkat pengetahuan tentang suatu obyek yang tersusun secara sistematis dengan mempertanggung jawabkan obyeknya ialah dengan menunjukkan sebab-sebab terdalam. Ciri-ciri ilmu pengetahuan adalah universal,abstrak, pemikiran dan teori [[13]]. Ilmu pengetahuan merupakan hasil cipta, karya, karsa manusia, manusia adalah mahluk pribadi yang memiliki jasmani dan rohani, memiliki kelebihan-kelebihan di bandingkan mahluk lainnya, hanya pada diri manusialah proses terjadinya pengertian menjadi Ilmu pengetahuan. Pada dasarnya manusia berpikir mengenai manusia dengan mencari keseimbangan yang sulit, yang di satu sisi ilmu itu terikat oleh nilai-nilai sosial dan agama (Etika) yang berhaluan dengan spiritualistis merupakan saksi-saksi sejarah. Nilai-nilai itu merupakan buah dari keseimbangan dan ketidak seimbangan berfikir.
Ilmu ditafsiri sebagai Sifat yang dimiliki seseorang, yang mana jika dia memilikinya maka menjadi jelaslah apa yang terlintas di dalam pengertiannya. Fiqih adalah: Pengetahuan tentang kelembutan-kelebutan ilmu. seperti yang dikatakan oleh Abu Hanifah  Fiqih adalah pengetahuan tentang hal-hal yang berguna, yang berbahaya bagi diri seseorang. beliau juga mengakatakan bahwa Ilmu itu hanya untuk diamalkannya, sedang mengamalkan di sini berarti meninggalkan orientasi demi akhirat [[14]]. Siapa saja telah merasakan kelezatan rasa ilmu dan amal, maka semakin kecillah kegemarannya akan harta benda dunia [[15]]. Syaikhul Imamil Ajall Ustadz Qawamuddin Hammad bin Ibrahim bin ismail Ash-Shoffar Al-Anshoriy berkata syair dari imla' abu hanifah :
Siapa saja gerangan, menuntut ilmu untuk hari kemudian untuklah dapat.
keutamaan, anugrah Allah penunjuk jalan  Aduh, saja merugi, penuntut ilmu nan suci.[[16]]
Dikatakan oleh seorang Ulama’ "Dapatnya orang mencapai sesuatu hanya karena mengagungkan sesuatu itu, dan gagalnya pula karena tidak mau mengagungkannya. "Tidaklah anda telah tahu, manusia tidak menjadi kafir karena maksiatnya, tapi jadi kafir lantaran tidak mengagungkan Allah.
Ilmu merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab, masdar dari ‘alima – ya’lamu yang berarti tahu atau mengetahui. Dalam bahasa Inggeris Ilmu biasanya dipadankan dengan kata science, sedang pengetahuan dengan knowledge. Dalam bahasa Indonesia kata science umumnya diartikan Ilmu tapi sering juga diartikan dengan Ilmu Pengetahuan, meskipun secara konseptual mengacu paada makna yang sama. Untuk lebih memahami pengertian Ilmu (science) di bawah ini akan dikemukakan beberapa pengertian :
“Science is knowledge arranged in a system, especially obtained by observation and testing of fact [[17]]
“Science is a systematized knowledge obtained by study, observation, experiment” [[18]]
Dari pengertian di atas nampak bahwa Ilmu memang mengandung arti pengetahuan, tapi pengetahuan dengan ciri-ciri khusus yaitu yang tersusun secara sistematis atau menurut Moh Hatta (1954 : 5) “Pengetahuan yang didapat dengan jalan keterangan disebut Ilmu”.[[19]]

POSISI ILMU

Ilmu menempati kedudukan yang sangat penting dalam ajaran islam , hal ini terlihat dari banyaknya ayat AL qur’an yang memandang orang berilmu dalam posisi yang tinggi dan mulya disamping hadis-hadis nabi yang banyak memberi dorongan bagi umatnya untuk terus menuntut ilmu.
Didalam Al qur’an , kata ilmu dan kata-kata jadianya di gunakan lebih dari 780 kali , ini bermakna bahwa ajaran Islam sebagaimana tercermin dari AL qur’an sangat kental dengan nuansa nuansa yang berkaitan dengan ilmu, sehingga dapat menjadi ciri penting dariagama Islam sebagamana dikemukakan oleh Dr Mahadi Ghulsyani (1995;39) sebagai berikut ;
‘’Salah satu ciri yang membedakan Islam dengan yang lainnya adalah penekanannya terhadap masalah ilmu (sains), Al quran dan Al –sunah mengajak kaum muslim untuk mencari dan mendapatkan Ilmu dan kearifan ,serta menempatkan orang-orang yang berpengetahuan pada derajat tinggi’’[[20]]
Allah s.w.t berfirman dalam Al-qur’an surat Al-Mujadalah ayat 11 yang artinya:
“Allah meninggikan baeberapa derajat (tingkatan) orang-orang yang berirman diantara kamu dan orang-orang yang berilmu (diberi ilmupengetahuan).dan ALLAH maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”
Ayat di atas dengan jelas menunjukan bahwa orang yang beriman dan berilmuakan menjadi memperoleh kedudukan yang tinggi. Keimanan yang dimiliki seseorang akan menjadi pendorong untuk menuntut Ilmu ,dan Ilmu yang dimiliki seseorang akan membuat dia sadar betapa kecilnya manusia dihadapan Allah ,sehingga akan tumbuh rasakepada Allah bila melakukan hal-hal yang dilarangnya, hal inisejalan dengan firman Allah: Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba –hambanya hanyaklah ulama (orang berilmu) ;[[21]]
Disamping ayat –ayat Qur’an yang memposisikan Ilmu dan orang berilmu sangat istimewa, AL qur’an juga mendorong umat islam untuk berdo’a agar ditambahi ilmu, seprti tercantum dalam Al-qur’an sursat Thoha ayat 114 yang artinya “dan katakanlah, tuhanku ,tambahkanlah kepadaku ilmu penggetahuan “. dalam hubungan inilah konsep membaca, sebagai salah satu wahana menambah ilmu ,menjadi sangat penting,dan islam telah sejak awal menekeankan pentingnya membaca , sebagaimana terlihat dari firman Allah yang pertama diturunkan yaitu surat Al Alaq ayat 1sampai dengan ayat 5 yang artuinya:
“bacalah dengan meyebut nama tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan Kamu dari segummpal darah . Bacalah,dan tuhanmulah yang paling pemurah. Yang mengajar (manusia ) dengan perantara kala . Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahui.”
Ayat –ayat trersebut , jelas merupakan sumber motivasi bagi umat islam untuk tidak pernah berhenti menuntut ilmu,untuk terus membaca ,sehingga posisi yang tinggi dihadapan Allah akan tetap terjaga, yang berearti juga rasa takut kepeada Allah akan menjiwai seluruh aktivitas kehidupan manusia untuk melakukan amal shaleh , dengan demikian nampak bahwa keimanan yang dibarengi denga ilmu akan membuahkan amal ,sehingga Nurcholis Madjid (1992: 130) meyebutkan bahwa keimanan dan amal perbuatan membentuk segi tiga pola hidup yang kukuh ini seolah menengahi antara iman dan amal .[[22]]
Di samping ayat –ayat AL qur”an, banyak nyajuga hadisyang memberikan dorongan kuat untukmenuntut Ilmu antara lain hadis berikut yang dikutip dari As-Suyuti :
“Carilah ilmu walai sampai ke negri Cina ,karena sesungguhnya menuntut ilmu itu wajib bagisetuap muslim’”(hadis riwayat Baihaqi).[23]
Dari hadist tersebut di atas , semakin jelas komitmen ajaran Islam pada ilmu ,dimana menuntut ilmu menduduki posisi fardhu (wajib) bagi umat islam tanpa mengenal batas wilayah



ILMU DAN CINTA

            Setelah mengetahui bebrapa penjelasan tentang kedua hal (ilmu dan cinta) kupasan selanjutnya adalah pada hubungan antara keduanya. ada beberapa kesamaan antara ilmu dan cinta. Pertama, keduanya adalah hal yang tak bisa terlihat yang tertanam dalam hati snubari manusia. Kedua, Ilmu dan Cinta tidak bisa didapat begitu saja. Dengan kata lain harus melewati proses yang tidak mudah karena pada akhirnya akan menghasilkan tujuan yang diharapkan. Ketiga, Ilmu dan Cinta diberikan oleh sang Khaliq pada Manusia agar digunakan dan diberikan juga diamalkan dalam hal kebaikan dan untuk kebaikan.
            Hubungan yang signifikan adalah jawaban dari hal diatas. Yaitu dengan ilmu cinta akan hidup suci dan murni juga dengan cinta kepada ilmu dia akan mudah didapat. Jika beberapa penemuan strategy untuk pengembangan ilmu itu sendiri didasari dengan cinta, menumbuhkan cinta, maka para pakar dalam bidang keilmuan akan dengan mudah menyelesaikan masalah yang ada. Tuntutan dalam era modernisasi telah membuat bebrapa orang lupa hakikat dari keduanya, hubungan antara keduanya. Pemikiran harus didasari dengan kesadaran dan pengetahuan dasar dari tujuan tersebut. Begitu juga posisi antara kedua hal ini, Ilmu dan Cinta.
            Jika pada dewasa ini para ilmuan bisa menyadari kebutuhan dasar dari para peserta didik mereka dapat menyelasaikan permasalahan tersebut dengan mudah. membuat para penuntut ilmu mencintai pelajaran mereka akan membuat peserta didik begitu menyukai dan menjaga ilmu yang akan mereka pelajari atau meiliki. Karena jika mereka mencintai ilmu itu sendiri, mereka akan senang dan butuh pada ilmu itu sendiri.
            Selaras dengan ini, Firman Allah SWT dalam Surah Annahl ayat 125 telah menjawab. Bilkhikmah adalah dengan Bijaksana dan Walmauidhoh adalah dengan kebaikan yaitu dengan cinta. jika implemtasi dari poin ini telah dipenuhi model pembelajaran dan strategi seperti apapun akan efektif dan mudah untuk diterapkan. Maka paradigma antara Ilmu dan Cinta harus disadari dengan betul agar membentuk suatu solusi yang bagus dari beberapa permasalahan yang ada.

KESIMPULAN

            Hubungan antara Ilmu dan Cinta adalah suatu yang tidak bisa dipisahkan, mengacu pada pentingnya mencari Ilmu dengan cinta dan Ber’cinta’ dengan Ilmu. Juga menjadi solusi yang tepat dari permasalahan yang ada Sebagaimana yang telah terjadi di dunia pendidkan dimasa modernisasi. Kebutuhan manusia pada keduanya adalah sangat urgens karena dua hal itu akan dibutuhkan untuk menjadi manusia yang seutuhnya. Dan dalam Islam, keduanya menduduki posisi yang vital karena menjadi ukuran sesorang disebut sebagai Mu’min (Beriman)atau tidak. Maka seyogyanya kita sebagai seorang Muslim kita harus mengimplementasikan keduanya menjadi sesuatu yang positif sebagaimana Allah mengamanahkan kepada kita.



[1] Imam Az-Zarnuji, Ta’lim Muta’allim
[2] Alqur’anul Kariim (QS. An-Nahl 125)
[5] AL-Qur’anul Kariim (QS Yusuf)
[6] AL-Qur’anul Kariim (QS An-Nuur:2)
[7] AL-Qur’anul Kariim (QS Yusuf :33)
[8] Sayyid Ahmad Al-Hasyimi. Mukhtaarul Ahaditsin Nabawiyah
[9] AL-Qur’anul Kariim (QS Ankabut:05)
[10] AL-Qur’anul Kariim (QS Al-Baqoroh 286)
[11] Ibn al Qayyim al Jauzi. Raudlat al Muhibbin wa Nuzhat al Musytaqin
[12] Ibn al Qayyim al Jauzi. Raudlat al Muhibbin wa Nuzhat al Musytaqin.
[13] Uhar Saputra. 2011. Ilmu dalam Pandangan Islam.
[14] Alhabib Ahmad bin Umar Asy-Syathiri. Nailur-Roja’ Bisyarhi Safinatun Najah.
[15] Imam Az-Zarnuji. Ta’lim Muta’allim
[16] Syaikh Abdurrohman Al-Akhdori. Jauharul Maknun
[17] An English Reader Dictionary
[18] Webster’s Super New School and Office Dictionary
[19] Mohammad hatta. Pengantar ke Djalan Ilmu dan Pengetahuan. P.T. Pembangunan Djakarta. 1954, hal. 5
[20] Dr. Ghulsyani. Filsafat Sains Menurut Al-Qur’an
[21] Al-Qur’anul Kariim (QS. Faatir: 28)
[22] . Nurcholis Madjid. Islam Kemodrenan dan Keindonesiaan.
[23]  Imam Jalaludin As-Suyuti, Jami’us Shoghir :44 


REFERENSI
Al-Qur’anul Kariim.
Alhabib Ahmad bin Umar Asy-Syathiri. 2011. Nailur-Roja’ Bisyarhi Safinatun Najah. Cahaya Ilmu Publisher. Indonesia.
An English Reader Dictionary
Dr. Ghulsyani. 2001. Filsafat Sains Menurut Al-Qur’an.Mizan. Bandung, Indonesia.
http://ibsberbagiilmu.blogspot.co.id/2012/01/cinta-menurut-pandangan-islam.html, Akses 13 April 2016.
http://qodirassasaky.blogspot.co.id/2012/04/etika-dan-ilmu-pengetahuan.html, Akses 15 April 2016.
http://faslulazka.blogspot.co.id/2013/02/ayat-ayat-cinta-dan-hadist-cinta.html, Akses 15 April 2016.
Nur hadi, 2011. Arti Cinta Dan Cinta Sejati Menurut Islam: Cinta Dan Cinta Sejati Antara Pria Dan Wanita Dalam Islam. http://nurhadi-smpn1wanareja-cilacap.blogspot.co.id/, Akses 12 April 2016.
Imam Az-Zarnuji, Ta’lim Muta’allim. Daruul Ilmi. Surabaya, Indonesia.
Ibn al Qayyim al Jauzi. Raudlat al Muhibbin wa Nuzhat al Musytaqin.
Imam Jalaludin As-Suyuti, Jami’us Shoghir
Mohammad hatta. 1954. Pengantar ke Djalan Ilmu dan Pengetahuan. P.T. Pembangunan Djakarta. Indonesia.
Nurcholis Madjid.1992. Islam Kemodrenan dan Keindonesiaan. Mizan. Bandung, Indonesia.
Sayyid Ahmad Al-Hasyimi. 2005. Mukhtaarul Ahaditsin Nabawiyah. Kharomain. Indonesia.
Syaikh Abdurrohman Al-Akhdori. Jauharul Maknun Abdurrohman Al-Akhdori. 1995. Jauharul Maknun. Mutiara Ilmu. Surabaya. Indonesia.
Uhar Saputra. 2011. Ilmu dalam Pandangan Islam. https://uharsputra.wordpress.com/filsafat/islam-dan-ilmu/, Akses 15 April 2016.
Webster’s Super New School and Office Dictionary

0 komentar:

Posting Komentar