Abdul Hamid Aly |
Oleh Abdul Hamid
E-mail: sayidhasan5@gmail.com
“Beberapa ahli dibidang pendidikan mengungkapkan bahwa pengajaran
adalah sebuah Seni (Keindahan) yang tidak lain bermaksud untuk mendeskripsikan
bahwa pengajaran adalah suatu yang menyenangkan agar para penuntut ilmu
menyukai apa yang akan mereka terima dan senang hati dalam mempelajarinya.
Disini lah paradigma antara ilmu dan cinta dapat di aplikasikan. Mencintai ilmu
terlebih dahulu atau sebaliknya. Keterkaitan antara kedua hal tersebut di
pandang perlu agar kedua hal tersebut dapat di raih secara umun maupun secara
khusus untuk memecahkan kasus yang terjadi”.
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan
sosial mencintai adalah hal yang seharusnya dimiliki oleh semua pelaku sosial
agar kepedulian, saling perhatian dan gairah kesenangan tetap terjalin. tanpa
cinta tidak akan ada toleransi antara manusia yang lain, baik dipandang dari
lawan jenis, Suku, Ras, dan Agama. Pengertian cinta begitu luas untuk di
mengerti. Namun dalam term Cinta disini adalah kesenangan yang memunculkan
suatu kebutuhan dan kharusan untuk bertemu dan berinteraksi dengan yang
dicintai.
Di sisi lain, didalam kehidupan manusia perlu adanya ilmu karena ilmu
itu sebagai cahaya [[1]] yang menuntun dan menjadi batasan
mereka dalam peradaban kehidupan yang dijalani. Masa kini banyak para ahli yang
berlomba untuk menemukan dan merumuskan suatu metode dan strategi belajar guna
membuat para generasi muda mampu menyerap ilmu dengan baik dan efektif akan
tetapi tidak sedikit dari mereka belum berhasil dengan penemuan yang telah di
uji coba. Semua itu terjadi bukan karena kesalahan dalam strategi itu sendiri
namun didalam implemntasi dilapangan yang kadang tidak sesuai dengan yang di
inginkan seperti pengaruh motivasi, lingkungan, dan penunjang belajar itu
sendiri.
Paradigma
Cinta dan Ilmu dalam Islam telah lahir jauh sebelum masa millennium atau
tahu 2000an. Cinta dan Ilmu telah di terangkan secara implisit oleh Al-qur’an
dalam Surah An Nahl ayat 125 yaitu: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan
Al Hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa saja yang
tersesat dari jalan-Nya. Dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk” [[2]] dalam menyampaikan ilmu kita harus menyampaikan
dengan cara yang bijaksana dan baik (cinta) karena pada dasarnya jika sesuatu
itu diraih dengan cinta hal itu akan benar-benar menyerap dalam hati dan
pemiliknya akan selalu menjaganya.
Paradigma inilah yang dipandang perlu diketahui dan
dipahami. pertanyaan seperti apakah Cinta itu? Apakah Ilmu itu ? Apakah
Hubungan antara keduanya ? dan paradigma seperti apakah yang harus dipahami
dalam kedua hal tersebut dalam agam Islam? yang harus dijawab dan dimengerti
oleh para pakar kedua hal (baik pujangga cinta dan ilmuan)tersebut.
CINTA
Mulai dari para pujangga dan pakar bahasa
ber’lomba’ mendefinisikan Cinta. dalam hal ini Cinta (love)
secara bahasa adalah suka sekali dan senang sekali. Cinta secara istilah ialah
rasa kasih sayang yang muncul dari lubuk hati yang terdalam untuk rela berkorban,
tanpa mengharap imbalan apapun, dan dari siapapun kecuali imbalan yang datang
dan diridhoi Allah.[[3]]
Dalam Islam,
kasih sayang adalah identitas dan asas iman. Hal itu merupakan bukti pengaruh
agama terhadap hati nurani, seperti halnya ia juga merupakan kesaksian jiwa
manusia yang menurut term (istilah) Islam belum akan diakui beragama bila ia
tidak memiliki perasaan kasih sayang. Seperti yang di sebutkan dalm Hadist Nabi “ Tidak dikatakan Beriman seseorang yang tidak
mencintai saudaranya seperti dia mencintai dirinya sendiri”. hadist tersebut
menjelaskan bahwa cinta itu begitu penting dimiliki oleh seorang hamba bahkan
dia harus mempertaruhkan kepercayaannya jika dia tidak memiliki cinta.
Cinta adalah kesenangan terhadap sesuatu yang didasari dengan pemahaman
kuat dengan keimanan karena cinta tanpa keimana adalah nafsu dan keimanan tanpa
cinta adalah hampa. Islam datang dengan cinta seperti yang disiratkan dalam
surah An-Nahl ayat 125 di atas. jika seseorang telah terkena virus cinta dia
akan menjadi budak pada apa yang dicintainya. Dia akan selalu mengingikan untuk
selalu berada didekat yang dicintainya untuk menjaga dan perhatian.
Bicara masalah cinta
terkadang banyak hal yang di bayangkan karena untuk mengartikan arti cinta itu
sulit sebab cinta adalah sesuatu yang abstrak,ada terasa sulit dilihat,terasa
tak tersentuh,aneh tapi nyata cinta bisa membuat seseorang menangis dan juga
tertawa. Cinta
itu merupakan rasa suka dan rasa sayang serta rasa berkasih2an antara lawan
jenis bukan mahram dan rasa saling sayang dan saling mencintai dalam masyarakat
awam bisa juga di katakan pacaran yang dalam islam sendiri istilah pacaran ini
jelas2 tidak tapi bisa juga kalau kita artikan cinta itu kedalam bahasa arab
yaitu "Hubb" dan berkasih sayang dan saling mencintai bisa juga
dikatakan "Tahaabbub"[[4]],dimana
ini dimaksud adalah seorang lelaki atau seorang wanita yang saling sayang dan
saling berkasih2an. Dalam Al-Qur’an cinta memiliki 8 pengertian berikut
ini penjelasannya:
- Mawaddah adalah
jenis cinta mengebu-gebu, membara dan “nggemesi”. Orang yang memiliki
cinta jenis mawaddah, maunya selalu berdua, enggan berpisah dan selalu
ingin memuaskan dahaga cintanya. Ia ingin memonopoli cintanya, dan hampir
tak bisa berfikir lain.
- Rahmah adalah
jenis cinta yang penuh kasih sayang, lembut, siap berkorban, dan siap
melindungi. Orang yang memiliki cinta jenis rahmah ini lebih memperhatikan
orang yang dicintainya dibanding terhadap diri sendiri. Baginya yang
penting adalah kebahagiaan sang kekasih meski untuk itu ia harus menderita.
Ia sangat memaklumi kekurangan kekasihnya dan selalu memaafkan kesalahan
kekasihnya. Termasuk dalam cinta rahmah adalah cinta antar orang yang
bertalian darah, terutama cinta orang tua terhadap anaknya, dan
sebaliknya. Dari itu maka dalam al Qur’an , kerabat disebut al arham,
dzawi al arham , yakni orang-orang yang memiliki hubungan kasih sayang
secara fitri, yang berasal dari garba kasih sayang ibu, disebut rahim
(dari kata rahmah). Sejak janin seorang anak sudah diliputi oleh suasana
psikologis kasih sayang dalam satu ruang yang disebut rahim. Selanjutnya
diantara orang-orang yang memiliki hubungan darah dianjurkan untuk selalu
ber silaturrahim, atau silaturrahmi artinya menyambung tali kasih sayang.
Suami isteri yang diikat oleh cinta mawaddah dan rahmah sekaligus biasanya
saling setia lahir batin-dunia akhirat.
- Maili, adalah jenis cinta yang untuk
sementara sangat membara, sehingga menyedot seluruh perhatian hingga
hal-hal lain cenderung kurang diperhatikan. Cinta jenis mail ini dalam al
Qur’an disebut dalam konteks orang poligami dimana ketika sedang jatuh
cinta kepada yang muda (an tamilu kulla al mail), cenderung mengabaikan
kepada yang lama.
- Syaghaf. Adalah
cinta yang sangat mendalam, alami, orisinil dan memabukkan. Orang yang
terserang cinta jenis syaghaf (qad syaghafaha hubba)[[5]]
bisa seperti orang gila, lupa diri dan hampir-hampir tak menyadari apa
yang dilakukan. Al Qur’an menggunakan term syaghaf ketika mengkisahkan
bagaimana cintanya Zulaikha, istri pembesar Mesir kepada bujangnya, Yusuf.
- Ra’fah, yaitu
rasa kasih yang dalam hingga mengalahkan norma – norma kebenaran, misalnya
kasihan kepada anak sehingga tidak tega membangunkannya untuk salat,
membelanya meskipun salah. Al Qur’an menyebut term ini ketika mengingatkan
agar janganlah cinta ra`fah menyebabkan orang tidak menegakkan hukum
Allah, dalam hal ini kasus hukuman bagi pezina [[6]]
- Shobwah, yaitu
cinta buta, cinta yang mendorong perilaku penyimpang tanpa sanggup
mengelak. Al Qur’an menyebut term ni ketika mengkisahkan bagaimana Nabi Yusuf
berdoa agar dipisahkan dengan Zulaiha yang setiap hari menggodanya (mohon
dimasukkan penjara saja), sebab jika tidak, lama kelamaan Yusuf
tergelincir juga dalam perbuatan bodoh, wa illa tashrif `anni kaidahunna
ashbu ilaihinna wa akun min al jahilin [[7]]
- Syauq (rindu).
Term ini bukan dari al Qur’an tetapi dari hadis yang menafsirkan al
Qur’an. Dikatakan bahwa barangsiapa rindu berjumpa Allah. pasti waktunya
akan tiba. Kalimat kerinduan ini kemudian diungkapkan dalam doa ma’tsur
dari hadis riwayat Ahmad; wa as’aluka ladzzata an nadzori ila wajhika wa
as syauqa ila liqa’ika, aku mohon dapat merasakan nikmatnya memandang
wajah Mu dan nikmatnya kerinduan untuk berjumpa dengan Mu. [[8]]
Menurut Ibn al Qayyim al Jauzi dalam kitab Raudlat al Muhibbin wa Nuzhat
al Musytaqin, Syauq (rindu) adalah pengembaraan hati kepada sang kekasih
(safar al qalb ila al mahbub), dan kobaran cinta yang apinya berada di
dalam hati sang pecinta, hurqat al mahabbah wa il tihab naruha fi qalb al
muhibbi [[9]]
- Kulfah. yakni
perasaan cinta yang disertai kesadaran mendidik kepada hal-hal yang
positif meski sulit, seperti orang tua yang menyuruh anaknya menyapu,
membersihkan kamar sendiri, meski ada pembantu. Jenis cinta ini disebut al
Qur’an ketika menyatakan bahwa Allah tidak membebani seseorang kecuali
sesuai dengan kemampuannya, la yukallifullah nafsan illa wus`aha [[10]]
Beberapa jenis diatas
adalah definisi yang didapat dari Al-qur’an dan Hadist yang harus diketahui
dari term diatas kita akan lebih mengenal cinta itu sendiri dengan tanpa meninggalkan
iman sebagai seorang Mu’min dan semakin bijak dalam berperasaan dalam
aplikasi cinta itu sendiri dalam kehidupan sehari-hari.
TINGKATAN MENCINTAI
Walaupun
perasaan manusia tidak bisa dilihat dan disentuh namun perasaan ini dapat
diukur dengan bagaimana mereka mengekspresikan diri dalam mencintai. Seorang
Ulama [11]dalam
kitabnya member keterangan tentang tingkatan seorang mencintai sesuatu yaitu:
1) Cinta Atas Dasar Harapan Mendapat Sesuatu
Yaitu ketika seorang yang mencintai kekasihnya karena menginginkan sesuatu
dari kekasihnya itu. Dan sesuatu yang diinginkannya itu biasanya berujud
materi. Seorang wanita biasanya mudah tergoda dengan materi. Cinta seperti ini
adalah tingkatan cinta yang paling rendah. Jika keinginannya tidak terpenuhi
maka kadar cinta pecinta golongan ini sontak turun tajam. Bahkan kemudian
hatinya terisi oleh bibit-bibit kejengkelan, kebencian dan kemarahan. Sehingga
bila akumulasi harapan-harapannya yang tak terpenuhi itu sudah sedemikian
besar, seringkali berujung pada perselisihan, bahkan perpisahan.
2) Cinta Atas Dasar Mengharap Ridho Kekasih
Cinta seperti ini lebih tinggi tingkatannya dari yang pertama. Yaitu
mencintai kekasih karena semata mengharap ridhonya. Orang yang memiliki cinta
tingkat kedua ini akan melakukan apapun secara sukarela dengan tujuan agar
kekasih mendapatkan kebahagiaan. Agar kekasih memperoleh kesenangan. Agar
kekasih terhindar dari marabahaya, dll. Terkadang ada dia berani mengambil
resiko besar dalam melakukan hal-hal tersebut. Terkadang dia bersedia melakukan
sesuatu yang konyol dan memalukan. Terkadang dia mau melakukan sesuatu yang
tidak masuk akal. Bahkan tak jarang ada yang rela melakukan sesuatu yang
membahayakan nyawanya sendiri. Dalam melakukan semuanya itu, dia tidak
mengharapkan imbalan dari kekasih atas apa yang dilakukannya itu. Yang ada
dihatinya hanyalah niat tulus agar kekasihnya senang dan bahagia, itu saja. Dan
inilah yang disebut "Cinta Tulus". Dan ketika kekasih
tersenyum senang, diapun turut merasakan kesenangan itu. Manakala kekasih
bahagaia, hatinyapun turut merasa bahagia.
3) Cinta Atas Dasar Mengharap Ridho Allah Sekaligus Ridho Kekasih
Iniah cinta sejati.
Iniah cinta sejati.
Inilah cinta tertinggi. Pada cinta jenis kedua (mengharap ridho kekasih),
adakalanya orang tersebut melakukan sesuatu dengan tulus namun apa yang
dilakukannya itu tidak diridhoi oleh Allah, Sang Pencipta Cinta. Artinya apa
yang dilakukannya itu menyimpang dari aturan-aturan agama. Jika demikian
adanya, maka dia dan kekasihnya tidak akan merasakan kebahagiaan sejati. Yang
dirasakannya hanyalah kesenangan jangka pendek dan bersifat semu. Misalnya saja
waktu sholat maghrib hampir habis dan dia membiarkan kekasihnya asyik menonton
TV karena tidak mau mengganggu kesenangannya. Atau dia terus menerus
memanjakannya dengan selalu membelikan barang-barang mewah secara mubazir dan
berfoya-foya menghamburkan uang untuk menyenangkan kekasihnya (yang tidak punya
nilai ibadah). Itu semua bertentangan dengan aturan Allah. Dan orang yang
tindakannya bertentangan dengan aturanNya tidak akan menemukan ketentraman
hidup dan kebahagiaan sejati. Sebab, yang meniupkan kebahagiaan dan ketenangan
hidup kedalam hati manusia hanyalah Allah. Dan kebahagiaan sejati di dunia ini
adalah ketika amal perbuatan seseorang itu sejalan dengan PerintahNya (sejalan
dengan nurani). Yaitu ketika amal perbuatannya itu memiliki nilai ibadah.
Itulah kenapa cinta tulus saja tidak menjamin kebahagiaan. Yang menjamin
kebahagiaan adalah cinta jenis ketiga, yakni cinta tulus mengharap Ridho Allah
sekaligus kekasih. Jadi apa yang dilakukan haruslah sesuai dengan jalur
pencarian ridhoNya terlebih dulu, baru ridho kekasihnya.
Tanda-tanda
cinta menurut ulama Ibnu Qayim Al
Jauziah mendefinisikan seseorang dikatakan sedang dilanda cinta bila telah ada
tanda-tanda [[12]]:
a) Menghujamkan pandangan mata, yaitu orang yang dimabuk
cinta akan selalu memandang kepada yang dicinta.
b) Malu-malu bila yang dicinta memandangnya
Itulah salah satu sebab mengapa Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam
melarang shalat dengan menengadah ke atas , namun haruslah menunduk ke bawah
sebagai adab menghadap Yang Maha Tinggi. Bahkan rajapun akan marah bila
pengikutnya berani menatap wajahnya dan tidak menunduk ke bawah sebagai tanda
hormat dan segan.
c) Banyak mengingat dan membicarakan dan menyebut namanya
Dalam surat Al Anfal ayat 45 yang
artinya : Hai orang-orang yang
beriman, apabila kamu memerangi pasukan (musuh) maka berteguh hatilah kamu dan
sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.
d) Tunduk pada perintah yang dicinta dan mendahulukannya dari pada kepentingan
sendiri
Katakanlah : Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku
(Muhammad), niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Sesungguhnya
Allah Maha Pengampun Maha Penyayang.
e) Memperhatikan perkataan yang dicinta dan mendengarkannya
f) Mencintai rumah dan tempat kekasih
g) Mencintai apapun yang dicintai kekasih
ILMU
Ilmu Pengetahuan (science) adalah seperangkat pengetahuan
tentang suatu obyek yang tersusun secara sistematis dengan mempertanggung
jawabkan obyeknya ialah dengan menunjukkan sebab-sebab terdalam. Ciri-ciri ilmu
pengetahuan adalah universal,abstrak, pemikiran dan teori [[13]].
Ilmu pengetahuan merupakan hasil cipta, karya, karsa manusia, manusia adalah
mahluk pribadi yang memiliki jasmani dan rohani, memiliki kelebihan-kelebihan
di bandingkan mahluk lainnya, hanya pada diri manusialah proses terjadinya
pengertian menjadi Ilmu pengetahuan. Pada dasarnya manusia berpikir mengenai
manusia dengan mencari keseimbangan yang sulit, yang di satu sisi ilmu itu
terikat oleh nilai-nilai sosial dan agama (Etika) yang berhaluan dengan
spiritualistis merupakan saksi-saksi sejarah. Nilai-nilai itu merupakan buah
dari keseimbangan dan ketidak seimbangan berfikir.
Ilmu ditafsiri sebagai Sifat yang dimiliki
seseorang, yang mana jika dia memilikinya maka menjadi jelaslah apa yang
terlintas di dalam pengertiannya. Fiqih adalah: Pengetahuan tentang
kelembutan-kelebutan ilmu. seperti yang dikatakan oleh Abu Hanifah Fiqih adalah pengetahuan tentang hal-hal yang
berguna, yang berbahaya bagi diri seseorang. beliau juga mengakatakan bahwa
Ilmu itu hanya untuk diamalkannya, sedang mengamalkan di sini berarti
meninggalkan orientasi demi akhirat [[14]].
Siapa saja telah merasakan kelezatan rasa ilmu dan amal, maka semakin kecillah
kegemarannya akan harta benda dunia [[15]]. Syaikhul
Imamil Ajall Ustadz Qawamuddin Hammad bin Ibrahim bin ismail Ash-Shoffar
Al-Anshoriy berkata syair dari imla'
abu hanifah :
Siapa saja gerangan, menuntut ilmu untuk hari kemudian
untuklah dapat.
Dikatakan oleh seorang Ulama’ "Dapatnya
orang mencapai sesuatu hanya karena mengagungkan sesuatu itu, dan gagalnya pula
karena tidak mau mengagungkannya. "Tidaklah
anda telah tahu, manusia tidak menjadi kafir karena maksiatnya, tapi jadi kafir
lantaran tidak mengagungkan Allah.
Ilmu merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab,
masdar dari ‘alima – ya’lamu yang berarti tahu atau mengetahui. Dalam bahasa
Inggeris Ilmu biasanya dipadankan dengan kata science, sedang pengetahuan
dengan knowledge. Dalam bahasa Indonesia kata science umumnya diartikan Ilmu
tapi sering juga diartikan dengan Ilmu Pengetahuan, meskipun secara konseptual
mengacu paada makna yang sama. Untuk lebih memahami pengertian Ilmu (science)
di bawah ini akan dikemukakan beberapa pengertian :
“Science
is knowledge arranged in a system, especially obtained by observation and
testing of fact [[17]]
“Science is a systematized knowledge obtained
by study, observation, experiment” [[18]]
Dari pengertian di atas nampak
bahwa Ilmu memang mengandung arti pengetahuan,
tapi pengetahuan dengan ciri-ciri khusus yaitu yang tersusun secara sistematis
atau menurut Moh Hatta (1954 : 5) “Pengetahuan yang didapat dengan jalan
keterangan disebut Ilmu”.[[19]]
POSISI ILMU
Ilmu
menempati kedudukan yang sangat penting dalam ajaran islam , hal ini terlihat
dari banyaknya ayat AL qur’an yang memandang orang berilmu dalam posisi yang
tinggi dan mulya disamping hadis-hadis nabi yang banyak memberi dorongan bagi
umatnya untuk terus menuntut ilmu.
Didalam Al
qur’an , kata ilmu dan kata-kata jadianya di gunakan lebih dari 780 kali , ini
bermakna bahwa ajaran Islam sebagaimana tercermin dari AL qur’an sangat kental
dengan nuansa nuansa yang berkaitan dengan ilmu, sehingga dapat menjadi ciri
penting dariagama Islam sebagamana dikemukakan oleh Dr Mahadi Ghulsyani
(1995;39) sebagai berikut ;
‘’Salah satu ciri yang membedakan Islam dengan yang lainnya adalah
penekanannya terhadap masalah ilmu (sains), Al quran dan Al –sunah mengajak
kaum muslim untuk mencari dan mendapatkan Ilmu dan kearifan ,serta menempatkan
orang-orang yang berpengetahuan pada derajat tinggi’’[[20]]
Allah s.w.t
berfirman dalam Al-qur’an surat Al-Mujadalah ayat
11 yang artinya:
“Allah
meninggikan baeberapa derajat (tingkatan) orang-orang yang berirman diantara
kamu dan orang-orang yang berilmu (diberi ilmupengetahuan).dan ALLAH maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan”
Ayat di atas dengan jelas menunjukan bahwa
orang yang beriman dan berilmuakan menjadi
memperoleh kedudukan yang tinggi. Keimanan yang dimiliki seseorang akan menjadi
pendorong untuk menuntut Ilmu ,dan Ilmu yang dimiliki
seseorang akan membuat dia sadar betapa kecilnya manusia dihadapan Allah ,sehingga akan tumbuh
rasakepada Allah bila melakukan hal-hal yang
dilarangnya, hal inisejalan dengan firman Allah: “Sesungguhnya
yang takut kepada Allah diantara
hamba –hambanya hanyaklah ulama (orang berilmu)
;[[21]]
Disamping ayat –ayat Qur’an yang memposisikan Ilmu dan
orang berilmu sangat istimewa, AL qur’an juga mendorong umat islam untuk
berdo’a agar ditambahi ilmu, seprti tercantum dalam Al-qur’an sursat Thoha ayat
114 yang artinya “dan katakanlah, tuhanku ,tambahkanlah kepadaku ilmu
penggetahuan “. dalam hubungan inilah konsep membaca,
sebagai salah satu wahana menambah ilmu ,menjadi sangat penting,dan islam telah
sejak awal menekeankan pentingnya membaca , sebagaimana terlihat dari firman
Allah yang pertama diturunkan yaitu surat Al Alaq ayat 1sampai dengan ayat 5 yang artuinya:
“bacalah dengan
meyebut nama tuhanmu yang menciptakan. Dia telah
menciptakan Kamu dari segummpal
darah . Bacalah,dan tuhanmulah yang paling pemurah. Yang mengajar (manusia
) dengan perantara kala . Dia
mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahui.”
Ayat –ayat
trersebut , jelas merupakan sumber motivasi bagi umat islam untuk tidak pernah
berhenti menuntut ilmu,untuk terus membaca ,sehingga posisi yang tinggi dihadapan Allah akan tetap terjaga, yang berearti
juga rasa takut kepeada Allah akan menjiwai seluruh aktivitas kehidupan manusia
untuk melakukan amal shaleh , dengan demikian nampak bahwa keimanan yang dibarengi denga ilmu
akan membuahkan amal ,sehingga Nurcholis Madjid (1992: 130) meyebutkan bahwa
keimanan dan amal perbuatan membentuk segi tiga pola hidup yang kukuh ini
seolah menengahi antara iman dan amal .[[22]]
Di samping
ayat –ayat AL qur”an, banyak nyajuga hadisyang memberikan dorongan kuat
untukmenuntut Ilmu antara lain hadis berikut yang dikutip dari As-Suyuti :
“Carilah ilmu walai sampai ke negri Cina ,karena sesungguhnya menuntut ilmu
itu wajib bagisetuap muslim’”(hadis riwayat Baihaqi).[23]
Dari hadist tersebut di atas ,
semakin jelas komitmen ajaran Islam pada ilmu ,dimana menuntut ilmu menduduki
posisi fardhu (wajib) bagi umat islam tanpa mengenal batas wilayah
ILMU DAN CINTA
Setelah
mengetahui bebrapa penjelasan tentang kedua hal (ilmu dan cinta) kupasan
selanjutnya adalah pada hubungan antara keduanya. ada beberapa kesamaan antara
ilmu dan cinta. Pertama, keduanya adalah hal yang tak bisa terlihat yang
tertanam dalam hati snubari manusia. Kedua, Ilmu dan Cinta tidak bisa didapat
begitu saja. Dengan kata lain harus melewati proses yang tidak mudah karena
pada akhirnya akan menghasilkan tujuan yang diharapkan. Ketiga, Ilmu dan Cinta
diberikan oleh sang Khaliq pada Manusia agar digunakan dan diberikan juga
diamalkan dalam hal kebaikan dan untuk kebaikan.
Hubungan
yang signifikan adalah jawaban dari hal diatas. Yaitu dengan ilmu cinta akan
hidup suci dan murni juga dengan cinta kepada ilmu dia akan mudah didapat. Jika
beberapa penemuan strategy untuk pengembangan ilmu itu sendiri didasari dengan
cinta, menumbuhkan cinta, maka para pakar dalam bidang keilmuan akan dengan
mudah menyelesaikan masalah yang ada. Tuntutan dalam era modernisasi telah
membuat bebrapa orang lupa hakikat dari keduanya, hubungan antara keduanya.
Pemikiran harus didasari dengan kesadaran dan pengetahuan dasar dari tujuan
tersebut. Begitu juga posisi antara kedua hal ini, Ilmu dan Cinta.
Jika
pada dewasa ini para ilmuan bisa menyadari kebutuhan dasar dari para peserta
didik mereka dapat menyelasaikan permasalahan tersebut dengan mudah. membuat
para penuntut ilmu mencintai pelajaran mereka akan membuat peserta didik begitu
menyukai dan menjaga ilmu yang akan mereka pelajari atau meiliki. Karena jika
mereka mencintai ilmu itu sendiri, mereka akan senang dan butuh pada ilmu itu
sendiri.
Selaras
dengan ini, Firman Allah SWT dalam Surah Annahl ayat 125 telah menjawab. Bilkhikmah
adalah dengan Bijaksana dan Walmauidhoh adalah dengan kebaikan yaitu
dengan cinta. jika implemtasi dari poin ini telah dipenuhi model pembelajaran
dan strategi seperti apapun akan efektif dan mudah untuk diterapkan. Maka
paradigma antara Ilmu dan Cinta harus disadari dengan betul agar membentuk
suatu solusi yang bagus dari beberapa permasalahan yang ada.
KESIMPULAN
Hubungan
antara Ilmu dan Cinta adalah suatu yang tidak bisa dipisahkan, mengacu pada
pentingnya mencari Ilmu dengan cinta dan Ber’cinta’ dengan Ilmu. Juga menjadi
solusi yang tepat dari permasalahan yang ada Sebagaimana yang telah terjadi di
dunia pendidkan dimasa modernisasi. Kebutuhan manusia pada keduanya adalah
sangat urgens karena dua hal itu akan dibutuhkan untuk menjadi manusia yang
seutuhnya. Dan dalam Islam, keduanya menduduki posisi yang vital karena menjadi
ukuran sesorang disebut sebagai Mu’min (Beriman)atau tidak. Maka
seyogyanya kita sebagai seorang Muslim kita harus mengimplementasikan
keduanya menjadi sesuatu yang positif sebagaimana Allah mengamanahkan kepada
kita.
[3] Nur hadi, 2011. Arti Cinta Dan Cinta Sejati Menurut Islam: Cinta Dan Cinta Sejati Antara Pria Dan Wanita Dalam Islam.
[4] http://ibsberbagiilmu.blogspot.co.id/2012/01/cinta-menurut-pandangan-islam.html, Akses 15
April 2016.
[5] AL-Qur’anul
Kariim (QS Yusuf)
[6] AL-Qur’anul
Kariim (QS An-Nuur:2)
[7] AL-Qur’anul
Kariim (QS Yusuf :33)
[8] Sayyid Ahmad
Al-Hasyimi. Mukhtaarul Ahaditsin Nabawiyah
[9] AL-Qur’anul
Kariim (QS Ankabut:05)
[10] AL-Qur’anul
Kariim (QS Al-Baqoroh 286)
[13] Uhar Saputra. 2011.
Ilmu dalam Pandangan Islam.
[14] Alhabib Ahmad
bin Umar Asy-Syathiri. Nailur-Roja’ Bisyarhi Safinatun Najah.
[15] Imam
Az-Zarnuji. Ta’lim Muta’allim
[16] Syaikh
Abdurrohman Al-Akhdori. Jauharul Maknun
[17] An English
Reader Dictionary
[18] Webster’s
Super New School and Office Dictionary
[19] Mohammad
hatta. Pengantar ke Djalan Ilmu dan Pengetahuan. P.T. Pembangunan
Djakarta. 1954, hal. 5
[20] Dr. Ghulsyani.
Filsafat Sains Menurut Al-Qur’an
[21] Al-Qur’anul
Kariim (QS. Faatir: 28)
REFERENSI
Al-Qur’anul Kariim.
Alhabib Ahmad bin Umar
Asy-Syathiri. 2011. Nailur-Roja’ Bisyarhi
Safinatun Najah. Cahaya
Ilmu Publisher. Indonesia.
An English Reader Dictionary
Dr.
Ghulsyani. 2001. Filsafat Sains Menurut Al-Qur’an.Mizan. Bandung, Indonesia.
http://ibsberbagiilmu.blogspot.co.id/2012/01/cinta-menurut-pandangan-islam.html, Akses
13 April 2016.
http://qodirassasaky.blogspot.co.id/2012/04/etika-dan-ilmu-pengetahuan.html, Akses
15 April 2016.
http://faslulazka.blogspot.co.id/2013/02/ayat-ayat-cinta-dan-hadist-cinta.html, Akses
15 April 2016.
Nur hadi, 2011. Arti Cinta Dan Cinta
Sejati Menurut Islam: Cinta Dan Cinta Sejati Antara Pria Dan Wanita Dalam
Islam. http://nurhadi-smpn1wanareja-cilacap.blogspot.co.id/, Akses
12 April 2016.
Imam Az-Zarnuji, Ta’lim Muta’allim. Daruul Ilmi.
Surabaya, Indonesia.
Ibn al
Qayyim al Jauzi. Raudlat al Muhibbin wa Nuzhat al Musytaqin.
Imam Jalaludin As-Suyuti, Jami’us Shoghir
Mohammad
hatta. 1954. Pengantar ke Djalan Ilmu dan Pengetahuan. P.T. Pembangunan
Djakarta. Indonesia.
Nurcholis Madjid.1992. Islam
Kemodrenan dan Keindonesiaan. Mizan. Bandung, Indonesia.
Sayyid
Ahmad Al-Hasyimi. 2005. Mukhtaarul Ahaditsin Nabawiyah. Kharomain.
Indonesia.
Syaikh Abdurrohman Al-Akhdori. Jauharul Maknun
Abdurrohman Al-Akhdori. 1995. Jauharul Maknun. Mutiara Ilmu. Surabaya.
Indonesia.
Uhar
Saputra. 2011. Ilmu dalam Pandangan Islam. https://uharsputra.wordpress.com/filsafat/islam-dan-ilmu/, Akses
15 April 2016.
Webster’s Super New School and Office Dictionary
0 komentar:
Posting Komentar