Oleh:
Muhyiddin Abdushshomad
Nahdlatul ulama adalah organisasi Islam terbesar di Indonesia yang didirikan oleh para ulama pesantren pada 16 rajab 1344 H/ 31 januari 1926 M di Surabaya. pendirinya adalah Hadratus Syaikh KH. Hasyim As’ari, KH. Abdul Wahab Hasbullah, KH. Bisyri Syansuri, KH. Nawawie Sidogiri, KH. Ridwan Abdullah, dan lain-lain.
Tujuan Nahdlatul Ulama
Tujuan Nahdlatul Ulama adalah berlakunya ajaran Islam yang menganut faham Ahlussunnah wal-jamaah dan mengikuti salah satu dari madzhab empat untuk terwujudnya tatanan masyarakat yang demokratis dan berkeadilan demi kemaslahatan dan kesejahteraan umat.
(Anggaran Dasar NU Bab IV pasal 5)
DASAR-DASAR FAHAM KEAGAMAAN NAHDLATUL ULAMA
Nahdlatul Ulama mendasarkan faham keagamaan kepada sumber ajaran agama Islam: Al-Quran, As-Sunnah, Al-Ijma’ dan Al-Qiyas.
Dalam memahami, menafsirkan Islam dari sumber-sumbernya diatas, Nahdlatul Ulama mengikuti faham As-Sunnah Wal Jamaah dan menggunakan jalan pendekatan (Al-Madzhab).
JALAN PENDEKATAN (AL-MADZHAB) YANG DIANUT NAHDLATUL ULAMA
Di bidang Aqidah, mengikuti Ahlussunnah Waljamaah yang dipelopori oleh Imam Abul Hasan Al-Asy’ari dan Imam Abu Manshur Al Maturidi
Di bidang Fiqih, Mengikuti jalan pendekatan (Al-Madzhab) salah satu dari madzhab Abu Hanifah An-Nu’man, Imam Malik bin Anas, Imam Muhammad bin Idris As-Syafi’I dan Imam Ahmad bin Hanbal.
Di Bidang Tasawwuf, mengikuti antara lain Imam al-Junaid Al-Baghdadi dan Imam Al-Ghazali serta imam-imam yang lain.
Nahdlatul Ulama mengikuti pendirian, bahwa Islam adalah agama yang fitri, yang bersifat menyempurnakan segala kebaikan yang sudah dimiliki manusia. Faham keagaman yang dianut oleh Nahdlatul Ulama bersifat menyempurnakan nilai-nilai yang baik yang sudah ada dan menjadi milik serta ciri-ciri suatu kelompok manusia seperti suku maupun bangsa, dan tidak bertujuan menghapus nilai-nilai tersebut.
Asal usul ASWAJA
Asal Usul Istilah ASWAJA
Ibn Abbas t berkata ketika menafsirkan firman Allah: “Pada hari yang diwaktu itu ada muka yang putih berseri, dan ada pula muka yang hitam muram.” (QS. Ali Imran: 106). “adapun orang-orang yang wajahnya putih berseri adalah pengikut ahlussunnah wal-jama’ah dan orang-orang yang berilmu. Sedangkan orang-orang yang wajahnya hitam muram, adalah pengikut bid’ah dan kesesatan.” (Syarh Ushul I’tiqd Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah, Juz 2, hal.92)
قَالَ اِبْنُ عَبَّاسٍ t فيِ قَوْلِهِ تَعَالىَ: يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوْهٌ وَتَسْوَدُّ وُجُوْهٌ (سورة: آل عمران:106), فَأَمَّا الَّذِيْنَ ابْيَضَّتْ وُجُوْهُهُمْ فَأَهْلُ السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ وَأُولُو الْعِلْمِ, وَأَمَّا الَّذِيْنَ اسْوَدَّتْ وُجُوْهُهُمْ فَأَهْلُ الْبِدْعَةِ وَالضَّلَالَةِ.(شرح اصول الاعتقاد اهل السنة والجماعة, ج2 ص92)
} Makna Ahlussunnah Wal-Jama’ah
Ahlun bermakna:
Keluarga (اَهْلُ الْبَيْت, keluarga dalam rumah tangga)
Pengikut (اَهْلُ السُّنَّة, pengikut sunnah)
Penduduk (اَهْلُ الْجَنَّةِ, penduduk surga)
} Makna: al-Sunnah
السُّنَّةُ لُغَةً الطَّرِيْقَةُ وَلَوْ غَيْرَ مَرْضِيَّةٍ، وَشَرْعًا اِسْمٌ لِلطَّرِيْقَةِ الْمَرْضِيَّةِ الْمَسْلُوكَةِ فِي الدِّيْنِ سَلَكَهَا رَسُوُلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسلم أَوْ غَيْرُهُ مِمَّنْ هُوَ عَلَمٌ فِي الدِّيْنِ كَالصَّحَابَةِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ، لِقَوله صَلَّى اللهُ عّلَيْهِ وَسَلَّم: عَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ مِنْ َبَعْدِي، وَعُرْفًا مَا وَاظَبَ عَلَيْهِ مُقْتَدًى نَبِيًا كَانَ أَوْ وَلِيًّا، وَالسُّنِّيُّ مَنْسُوْبٌ إِلَى السُّنَّةِ اهـ (حَضَرَةُ الشَّيْخِ مُحَمَّد هَاشِمْ أَشْعَرِي، رسالة أهل السنة والجماعة ص/5).
} Makna al-Sunnah
Menurut bahasa: Jejak dan langkah
Secara syar’i: Jejak yang diridhai Allah SWT dan menjadi pijakan dalam agama, yang pernah ditempuh oleh Rasulullah SAW atau orang yang menjadi panutan dalam agama seperti sahabat
Secara ‘urfi (tradisi): Ajaran yang dilalui oleh seorang panutan dalam agama, seperti nabi atau wali.
(Risalah Ahl al-Sunnah Wal al-Jama’ah hal.5)
} Menurut Syeikh Abdul Qadir Al-Jilani Makna: al-Jama’ah
وَالْـجَمَاعَةُ مَا اتَّفَقَ عَلَيْهِ أَصْحَابُ رَسُولِ اللهِ r فىِ خِلَافَةِ الْأَئِمَّةِ الْأَرْبَعَةِ الْـخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ رَحْمَةُ اللهِ عَلَيْهِمْ أَجْمَعِيْنَ (الغنية لطالبي طريق الحق, 80/1)
Al-Jama’ah adalah segala sesuatu yang telah menjadi kesepakatan para sahabat Nabi r pada masa Khulafaur Rasyidin yang empat, yang telah diberi hidayah oleh Allah SWT (Mudah-mudahan Allah memberi Rahmat kepada mereka semua). (al-Gunyah li Thalibi Thariq al-haqq, juz 1 hal. 80)
} Makna: al-Jama’ah
Makna al-Jama’ah: menjaga kekompakan, kebersamaan dan kolektifitas, kebalikan dari kata al-furqah (golongan yang berpecah belah).
Dikatakan al-jama’ah, karena golongan ini selalu memelihara kekompakan, kebersamaan dan kolektifitas terhadap sesama. Meskipun terjadi perbedaan pandangan di kalangan sesama mereka, perbedaan tersebut tidak sampai mengkafirkan, membid’ahkan dan memfasikkan orang yang berbeda diantara sesama ahlussunnah wal jamaah.
} Mengikuti Ijma’ Ulama
عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ، قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : إِنَّ اللهَ لَا يَجْمَعُ أُمَّتِيْ عَلَى ضَلاَلَةٍ، وَيَدُ اللهِ مَعَ الْجَمَاعَةِ، وَمَنْ شَذَّ شَذَّ إِلىَ النَّارِ.(رواه الترمذي (2167) والحاكم (1/115)، وهو صحيح بطرقه وشواهده.
Ibn Umar berkata, Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya Allah tidak akan mengumpulkan umatku, atas kesesatan. Pertolongan Allah selalu bersama jama'ah. Dan barangsiapa yang mengucilkan diri dari jama'ah, maka ia mengucilkan dirinya ke neraka."
} Mengikuti Ijma’ Ulama
Khawarij, Syi’ah (Rawafidh) dan Mu’tazilah tidak menganggap ijma’ sebagai dalil yang otoritatif dalam pengambilan hukum agama. (Abu al-Muzhaffar al-Asfirayini, al-Tabshir fi al-Din, hal. 185-186).
وَكَيْفَ يَتَنَاوَلُ هَذَا اْلاِسْمَ الْـخَوَارِجُ وَهُمْ لاَ يَرَوْنَ الْجَمَاعَةَ، وَالرَّوَافِضُ وَهُمْ لاَ يَرَوْنَ الْجَمَاعَةَ، وَالْمُعْتَزِلَةُ وَهُمْ لاَ يَرَوْنَ صِحَّةَ اْلإِجْمَاعِ، وَكَيْفَ تَلِيْقُ بـِهِمْ هَذِهِ الصِّفَةُ الَّتِيْ ذَكَرَهَا الرَّسُوْلُ اهـ. (الإمام أبو المظفر الاسفراييني، التبصير في الدين، ص/185-186).
} Definisi Ahlussunnah Wal-Jama’ah
أَمَّا اَهْلُ السُّنَّةِ فَهُمْ أَهْلُ التَّفْسِيْرِ وَالْحَدِيْثِ وَالْفِقْهِ فَإِنَّهُمْ الْمُهْتَدُوْنَ الْمَتَمَسِّكُوْنَ بِسُنَّةِ النَّبِيِّ r وَالْخُلَفَاءِ بَعْدَهُ الرَّاشِدِيْنَ وَهُمُ الطَّائِفَةُ النَّاجِيَةُ. قَالُوا وَقَدْ اجتَمَعَتِ الْيَوْمَ فيِ مَذَاهِبَ أَرْبَعَةٍ الْحَنَفِيُّوْنَ وَالشَّافِعِيُّوْنَ وَالْمَالِكِيُّوْنَ وَالْحَنْبَلِيُّوْنَ. (زيادات تعليقات, ص 23-24)
Adapun Ahlussunnah Wal-Jama’ah adalah kelompok ahli tafsir, ahli hadits dan ahli fiqh. Merekalah yang mengikuti dan berpegang teguh dengan sunnah Nabi r dan sunnah Khulafaur Rasyidin sesudahnya. Mereka adalah kelompok yang selamat (al-firqah al-najiyah). Mereka mengatakan, bahwa kelompok tersebut sekarang ini terhimpun dalam madzhab yang empat yaitu Madzab Hanafi, Syafi’i, Maliki, dan Hanbali. (Ziyaadaat Ta’liiqaat hal. 23-24)
} Sayyid Murtadha al-Zabidi mengatakan:
اِذَا اُطْلِقَ اَهْلُ السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ فَالْمُرَادُ بِهِ الْاَشَاعِرَةُ وَالْمَاتُرِيْدِيَّةُ (اتحاف السادة المتقين ج2 ص6)
Jika disebut Ahl al-Sunnah Wa al-Jama’ah maka yang dimaksud adalah para pengikut Imam al-Asy’ari dan Imam al-Maturidi (Ithaf al-Sadah al-Muttaqin, Juz 2, hal. 6)
Sumber: pcnukotapasuruan.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar