Abdul Hamid Aly

Rindu ini selalu milikmu Yaa Rosuul

Save Muslim Muslimah

Saling berpesan kepada hal kebenaran dan kesabaran

KH. M. Ali Bahruddin

Pesantren At-taqwa Pasuruan (Keluarga Jam'iyyah Thoriqoh Al-Mu'tabaroh Qodiririyyah wa Naqsyabandiyah).

Nahdlatul Ulama'

Ahlus Sunnah wal Jama'ah An-Nahdliyyah.

Diamond Class

Alhamdulillah ala kulli chaal.

Kamis, 18 November 2021

DOA MEMPELAI PRIA SETELAH AKAD NIKAH

DOA MEMPELAI PRIA SETELAH AKAD NIKAH

Kemarin saat menghadiri akad nikah di tetangga sebelah, ada yang bertanya tentang doa yang dibaca mempelai pria setelah melangsung akad nikah saat menyerahkan mahar dan pertama kali bertemu istrinya? Emm, saya teringat dawuh guru saya ketika mengijazahkan doa tersebut:

اَللّهُمَّ بَارِكْ لِيْ فِي أَهْلِيْ وَبَارِكْ لِأَهْلِيْ فِيَّ وَارْزُقْهُمْ مِنِّي وَارْزُقْنِيْ مِنْهُمْ، وَاجْمَعْ بَيْنَنَا مَا جَمَعْتَ فِي خَيْرٍ، وَفَرِّقْ بَيْنَنَا مَا فَرَّقْتَ فِيْ خَيْرٍ، بَارَكَ اللّهُ لِكُلٍّ مِنَّا فِي صَاحِبِه. اللَّهُمَّ إنِّي أَسْأَلُك خَيْرَهَا، وَخَيْرَ مَا جَبَلْتَهَا عَلَيْهِ، وَأَعُوذُ بِك مِنْ شَرِّهَا وَشَرِّ مَا جَبَلْتَهَا عَلَيْهِ، اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أُعِيذُهَا بِكَ وَذُرِّيَّتَهَا مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ.

Artinya: "Ya Allah, berkahilah aku dalam keluargaku dan berkahi keluargaku dalam diriku. Berilah mereka rizki dariku dan berilah aku rizki dari mereka. Kumpulkanlah kami sebagimana Engkau telah mengumpulkan sesuatu dalam kebaikan. Dan pisahkan kami sebagaiman Engkau telah pisahkan sesautau dalam kebaikan. Semoga Allah memberkahi setiap dari kami dengan pasangannya. Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepada-Mu kebaikannya dan kebaikan watak yang engkau jadikan padanya. Dan aku berlindung kepada-Mu dari keburukannya dan keburukan watak yang Engau jadikan padanya. Ya Allah! Sesungguhnya aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak dari keturunannya kepada-Mu dari syaitan yang terkutuk.”

Dawuh beliau: "Doa ini dibaca setelah selesai akad nikah. Sebagaimana tradisi yang berlaku di sebagian masyarat, pengantin putra dibawa ke kamar pengantin putri untuk menyerahkan mahar dan sebelum menyerahkan maharnya, pengantin putra dianjurkan membaca bismillah sembari memegang ubun-ubunya membaca doa tersebut lalu kecup keningnya insyaallah sang istri akan tuduk patuh diberi keberkahan dalam rumah tangganya dan dilindungi dari kejelekan sifat buruknya.

Saya sempat iseng buka-buka kitab para ulama, barang kali doa tersebut tertulis kitab-kitab mereka. Alhasil, ditemukan beberapa keterangan yang terkait doa tersebut. Berikut catatan detailnya: 

Dalam kitab al-Dzkar al-Muntakhabah min Kalami Sayyidi al-Abror, Darul al-Kutub al-Ilmiyah hal 233, Al-Imam Abu Zakariya Yahya bin syaraf an-Nawawi (w. 676 H), mengatakan:

 يُستحبّ أن يُسَمِّيَ اللَّهَ تعالى ويأخذَ بناصيتهَا أولَ ما يَلقاها، ويقول: بارَك اللَّهَ لكلِّ واحدٍ منَّا في صاحبه، ويقول معهُ ما رويناهُ بالأسانيد الصحيحة في سنن أبي داود، وابن ماجه، وابن السني، وغيرها؛ عن عمرو بن شعيب، عن أبيه، عن جده رضي الله عنهُ، عن النبي صلى الله عليه وسلم، قال: "إِذَا تَزَوَّجَ أحدكمُ امْرأةً أوِ اشْتَرَى خَادماً فَلْيَقُلِ: اللَّهُمَّ إِني أسألُكَ خَيْرَها وَخَيْرَ ما جَبَلْتَها عَلَيْهِ، وأعُوذُ بِكَ مِنْ شَرّها وَشَرّ ما جَبَلْتَها عَلَيْهِ. وَإِذَا اشْتَرَى بَعِيراً فَلْيأْخُذْ بِذِرْوَةِ سِنَامِهِ وَلْيَقُلْ مِثْلَ ذلك". وفي رواية أبي داود: "ثُمَّ ليأْخُذْ بِناصِيَتِها، وَلْيَدْعُ بالبَرَكَةِ في المرأة والخادم".

"Disunnahkan bagi penganten putra di awal perjumpaan dengan istrinya membaca bismillah dan memegang ubun-ubunnya seraya membaca doa: "Semoga Allah memberkahi setiap dari kami dengan pasangannya." Dan sertai membaca doa berikut yang telah diriwayatkan pada kami dengan beberapa sanad yang dalam Sunan Abi Daud, Ibnu Majah, Ibnu as-Sunni dan lainnya dari Amr bin Su'aib dari Ayahnya dari kakeknya ra dari Rasulullah, beliau bersabda: "Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepada-Mu kebaikannya dan kebaikan watak yang engkau jadikan padanya. Dan aku berlindung kepada-Mu dari keburukannya dan keburukan watak yang Engau jadikan padanya." Dan apabila ia membeli seekor unta maka peganglah punuknya dan berdoalah seperti doa tadi.” Dalam riwayat lain dari Abi Daud terdapat redaksi teks yang berbeda: "Kemudian hendaknya ia memegang ubun-ubunnya lalu berdoa dengan doa barokah pada saat menikahi perempuan dan memperbantukan seorang pelayan.

Senada dengan al-Imam an-Nawawi, Sayyid Abdurrahman bin Muhammad bin al-Husain bin Umar (w. 1320 H) yang dikenal dengan sebutan Ba'alawiy dalam kitabnya Bughiyah al-Mustarsyidin, Darul al-Kutub al-Ilmiyah hal 247 mengatakan:

[فائدة]: أخرج الإمام مالك في الموطأ أن رسول الله قال: "إذا تزوّج أحدكم المرأة أو اشترى الجارية فليأخذ بناصيتها وليدع بالبركة" اخـ. وليقل: " اَللّهُمَّ بَارِكْ لِيْ فِي أَهْلِيْ وَبَارِكْ لِأَهْلِيْ فِيَّ وَارْزُقْهُمْ مِنِّي وَارْزُقْنِيْ مِنْهُمْ ، وَاجْمَعْ بَيْنَنَا مَا جَمَعْتَ فِي خَيْرٍ ، وَفَرِّقْ بَيْنَنَا مَا فَرَّقْتَ فِيْ خَيْرٍ، بَارَكَ اللّهُ لِكُلٍّ مِنَّا فِي صَاحِبِه" اهـ من كتاب البركة. وروى أبو داود: "إذا تزوّج أحدكم فليقل: اللَّهُمَّ إِني أسألُكَ خَيْرَها وَخَيْرَ ما جَبَلْتَها عَلَيْهِ، وأعُوذُ بِكَ مِنْ شَرّها وَشَرّ ما جَبَلْتَها عَلَيْهِ" اهـ. وليقل: "اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أُعِيذُهَا بِكَ وَذُرِّيَّتَهَا مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ".

(Faidah): Al-Malik bin Anas ra meriwayatkan hadits dalam kitab al-Muwaththa' berkata: Sesungguhnya Rasululullah bersabda: "Jika salah satu dari kalian menikahi seorang perempuan atau membeli seorang budak (pelanyan), maka hendaknya ia memegang ubun-ubunnya lantas berdoa dengan doa barokah lalu dilanjutkan dengan doa: "Ya Allah, berkahilah aku dalam keluargaku dan berkahi keluargaku dalam diriku. Berilah mereka rizki dariku dan berilah aku rizki dari mereka. Kumpulkanlah kami sebagimana Engkau telah mengumpulkan sesuatu dalam kebaikan. Dan pisahkan kami sebagaiman Engkau telah pisahkan sesuatu dalam kebaikan. Semoga Allah memberkahi setiap dari kami dengan pasangannya." Dikutib dari kitab al-Barokah. Dan terdapat hadist yang diriwayatkan Imam Abu Daud ra: "Bila salah satu dari kalian menikah, maka ucapkanlah doa: "Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepada-Mu kebaikannya dan kebaikan watak yang engkau jadikan padanya. Dan aku berlindung kepada-Mu dari keburukannya dan keburukan watak yang Engau jadikan padanya." Kemudian dilanjutkan dengan doa: 

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أُعِيذُهَا بِكَ وَذُرِّيَّتَهَا مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

"Ya Allah! Sesungguhnya aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak dari keturunannya kepada-Mu dari syaitan yang terkutuk.”

Keterangan yang sama juga bisa dijumpai dalam al-Fatawa al-Fiqiyah al-Qubra, Al-Maktabah asy-Syamilah al-Haditsiyah juz 1 hal 192 karya Imam Ibnu Hajar al-Haitamiy (w. 982 H) dan kitab al-Fiqhu al-Islami wa Adillatihi karya Syaikh Wahbah az-Zuhaily (w. 1436 H), Darul al-Fikr juz 7 hal 128.

Al-Imam Abu al-Laist bin Muhammad bin Ibrahim as-Samarqondiy (w. 373 H) dalam kitab Tanbihu al-Ghafilin, Al-Maktabah asy-Syamilah al-Haditsiyah hal 548 dan Bustanu al-'Arifin, Daru al-Kutub al-Ilmiyah hal 160 mengutip hadits dari riwayat Ibnu Mas'ud ra mengatakan:

إذا بنيت بأهلك فمرها أن تصلي ركعتين ثم خذ برأسها وقل اَللّهُمَّ بَارِكْ لِيْ فِي أَهْلِيْ وَبَارِكْ لِأَهْلِيْ فِيَّ وَارْزُقْهُمْ مِنِّي وَارْزُقْنِيْ مِنْهُمْ ، وَاجْمَعْ بَيْنَنَا مَا جَمَعْتَ فِي خَيْرٍ ، وَفَرِّقْ بَيْنَنَا مَا فَرَّقْتَ فِيْ خَيْرٍ.

"Bila Kamu hendak membangun (berhubungan intim-pent) dengan istrimu, maka perintahkan kepadanya agar sholat dua rakaat, kemudian pegang kepalanya dan bacalah doa: "Ya Allah, berkahilah aku dalam keluargaku dan berkahi keluargaku dalam diriku. Berilah mereka rizki dariku dan berilah aku rizki dari mereka. Kumpulkanlah kami sebagimana Engkau telah mengumpulkan sesuatu dalam kebaikan. Dan pisahkan kami sebagaiman Engkau telah pisahkan sesuatu dalam kebaikan."

Dalam kitab al-Mausu'ah al-Fiqhiyah al-Kuwetiyah, juz 41 hal 227 dikatakan:

وورد عن أبي سعيد مولى بني أسيد أنه تزوج فحضره عبد الله بن مسعود وأبو ذر وحذيفة وغيرهم من أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم عنهم فقالوا له: إِذَا أُدْخِل عَلَيْكَ أَهْلُكَ فَصَل رَكْعَتَيْنِ وَمُرْهَا فَلْتُصَل خَلْفَكَ، وَخُذْ بِنَاصِيَتِهَا وَسَل اللَّهَ خَيْرًا، وَتَعَوَّذْ بِاللَّهِ مِنْ شَرِّهَا.

Terdapat Atsar dari Abi Said mantan budak dari Bani Usaid, bahwa saat Abi Said menikah dihadiri oleh Ibnu Mas'ud ra, Abu Dzarrin, Hudzaifah dan lainnya dari kalangan sahabat Rusulullah. Mereka berkata pada Abi Said: "Bila istrimu masuk ke kamarmu, maka sholatlah dua rakaat dan ajaklah dia sholat di belakangmu dan peganglah ubun-ubunnya, memohonlah kebaikan dan mintalah perlindungan dari keburukannya." Atsar tersebut dikeluarkan oleh al-Hafidz Abu Bakar Abdul Razaq bin Hammam bin Nafi' Al-Humairu Ash-shan'any al-Yamaniy (w. 211 H) dalam kitabnya al-Mushannaf, Daru al-Kutub al-Ilmiyah juz 6 hal 153-154.

Waallahu A'lamu

Penulis: Abdul Adzim
Postingan ini telah dipostkan oleh:
https://www.syaichona.net/2021/06/23/doa-mempelai-pria-setelah-akad-nikah/

Minggu, 25 Oktober 2020

RABU WEKASA (RABU TERAKHIR BULAN SHOFAR)

Rabu Pungkasan jatuh pada Hari Rabu, Tgl 13 Oktober 2020 / 26 Shofar 1442 H. (Nanti dimulai Ba'da Maghrib) Salah satu amalan Rabu Pungkasan membaca Surat Yasin, ketika membaca:

"سلام قولا من رب الرحيم" di baca 313x 

Lalu diteruskan sampai akhir Surat Yasin. Dan kemudian membaca doa sebagai berikut :

اللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً تُنْجِيْنَا بِهَا مِنْ جَمِيْعِ الْأَهْوَالِ وَاْلآفَاتِ وَتَقْضِـيْ لَنَا بِهَا جَمِيْعَ الْحَاجَاتِ وَتُطَهِّرُنَا بِهَا مِنْ جَمِيْعِ السَّيِّئَاتِ وَتَرْفَعُنَا بِهَا عِنْدَكَ أَعْلَى الدَّرَجَاتِ وَتُبَلِّغُنَا بِهَا أَقْصَـى الْغَايَاتِ مِنْ جَمِيْعِ الْخَيْرَاتِ فِيْ الْحَيَاةِ وَبَعْدَ الْمَمَاتِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ. اللهم اصْرِفْ عَنَّا شَرَّ مَا يَنْزِلُ مِنَ السَّمَاءِ، وَمَا يَخْرُجُ مِنَ الْأَرْضِ، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ، وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

Semoga kita selamat dan dijauhkan dr segala fitnah, kerusakan dan kehancuran akhir zaman, di tambah iman dan taqwa. Aamiin Ya Alloh Ya Robbal Alamiin.

Asal-usul tradisi ini bermula dari anjuran Syeikh Ahmad bin Umar Ad-Dairobi (w.1151 H) dalam kitab “Fathul Malik Al-Majid Al-Mu-Allaf Li Naf’il ‘Abid Wa Qam’i Kulli Jabbar ‘Anid (biasa disebut: Mujarrobat ad-Dairobi). Anjuran serupa juga terdapat pada kitab: ”Al-Jawahir Al-Khams” karya Syeikh Muhammad bin Khathiruddin Al-‘Atthar (w. th 970 H), Hasyiyah As-Sittin, dan sebagainya.

Dalam kitab-kitab tersebut disebutkan bahwa salah seorang Waliyullah yang telah mencapai maqam kasyaf (kedudukan tinggi dan sulit dimengerti orang lain) mengatakan bahwa dalam setiap tahun pada Rabu terakhir Bulan Shafar, Allah Swt menurunkan 320.000 (tiga ratus dua puluh ribu) macam bala’ dalam satu malam. 

Oleh karena itu, beliau menyarankan Umat Islam untuk shalat dan berdoa memohon agar dihindarkan dari bala’ tsb. Tata-caranya adalah shalat 4 Rakaat. Waktunya dilakukan pada pagi hari (waktu Dhuha) dan bisa dilakukan pada Selasa malam Rabu.. 
       Setiap rakaat membaca surat al Fatihah dan Surat Al-Kautsar 17 kali, Al-Ikhlas 5 kali, Al-Falaq dan An-Nas 1 kali. Kemudian setelah salam membaca doa khusus sebagai berikut yang dibaca sebanyak 3 kali:

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. وَصَلَّى اللهُ تَعَالَى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ. اللّٰهُمَّ يَا شَدِيْدَ الْقُوَى وَيَا شَدِيْدَ الْمِحَالِ يَا عَزِيْزُ ذَلَّتْ لِعِزَّتِكَ جَمِيْعُ خَلْقِكَ اِكْفِنَا مِنْ جَمِيْعِ خَلْقِكَ يَا مُحْسِنُ يَا مُجَمِّلُ يَا مُتَفَضِّلُ يَا مُنْعِمُ يَا مُكْرِمُ يَا مَنْ لَآ إِلٰهَ إِلَّا أَنْتَ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. اللّٰهُمَّ بِسِرِّ الْحَسَنِ وَأَخِيْهِ وَجَدِّهِ وَأَبِيْهِ اِكْفِنَا شَرَّ هٰذَا الْيَوْمِ وَمَا يَنْزِلُ فِيْهِ يَا كَافِيْ فَسَيَكْفِيْكَهُمُ اللهُ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَحَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ. وَصَلَّى اللهُ تَعَالَى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. وَصَلَّى اللهُ تَعَالَى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ. نَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شَرِّ هٰذَا الزَّمَانِ وَأَهْلِهِ، وَنَعُوْذُ بِجَلَالِكَ وَجَلَالِ وَجْهِكَ وَكَمَالِ جَلَالِ قُدْسِكَ أَنْ تُجِيْرَنَا وَوَالِدِيْنَا وَأَوْلَادَنَا وَأَهْلَنَا وَأَحْبَابَنَا، وَمَا تُحِيْطُهُ شَفَقَةُ قُلُوْبِنَا مِنْ شَرِّ هٰذِهِ السَّنَةِ، وَقِنَا شَرَّ مَا قَضَيْتَ فِيْهَا، وَاصْرِفْ عَنَّا شَرَّ شَهْرِ صَفَرَ يَا كَرِيْمَ النَّظَرِ، وَاخْتِمْ لَنَا فِيْ هٰذَا الشَّهْرِ وَالدَّهْرِ بِالسَّلَامَةِ وَالْعَافِيَةِ وَالسَّعَادَةِ لَنَا وَلِوَالِدِيْنَا وَأَوْلَادِنَا وَأَهْلِنَا وَمَا تُحِيْطُهُ شَفَقَةُ قُلُوْبِنَا وَجَمِيْعِ الْمُسْلِمِيْنَ، وَصَلَّى اللهُ تَعَالَى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. اللهم صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَنَبِيِّكَ وَرَسُوْلِكَ، النَّبِيِّ الْأُمِّيِّ وَعَلَى آلِهِ وَبَارِكْ وَسَلِّمْ، اللهم إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ هٰذَا الشَّهْرِ، وَمِنْ كُلِّ شِدَّةٍ وَبَلَاءٍ وَبَلِيَّةٍ قَدَّرْتَهَا فِيْهِ يَا دَهْرُ، يَا مَالِكَ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، يَا عَالِمًا بِمَا كَانَ وَمَا يَكُوْنُ، وَمَنْ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا قَالَ لَهُ كُنْ فَيَكُوْنُ، يَا أَزَلِيُّ يَا أَبَدِيُّ، يَا مُبْدِئُ يَا مُعِيْدُ، يَا ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ، يَا ذَا الْعَرْشِ الْمَجِيْدِ، أَنْتَ تَفْعَلُ مَا تُرِيْدُ، اللهم احْرُسْ بِعَيْنِكَ أَنْفُسَنَا وَأَهْلَنَا وَأَوْلَادَنَا وَأَمْوَالَنَا وَدِيْنَنَا وَدُنْيَانَا الَّتِيْ ابْتَلَيْتَنَا بِصُحْبَتِهَا بِحُرْمَةِ الْأَبْرَارِ وَالْأَخْيَارِ، بِرَحْمَتِكَ يَا عَزِيْزُ يَا غَفَّارُ، يَا كَرِيْمُ يَا سَتَّارُ، بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ، اللهم إِنَّا نَسْأَلُكَ بِأَسْمَائِكَ الْحُسْنَى، وَبِكَلِمَاتِكَ التَّامَّاتِ، وَبِحُرْمَةِ نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ تَحْفَظَنَا وَأَنْ تُعَافِيَنَا مِنْ بَلَائِكَ، يَا دَافِعَ الْبَلَايَا، يَا مُفَرِّجَ الْهَمِّ وَيَا كَاشِفَ الْغَمِّ، اِكْشِفْ عَنَّا مَا كُتِبَ عَلَيْنَا فِيْ هٰذِهِ السَّنَةِ مِنْ هَمٍّ أَوْ غَمٍّ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ، وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا.

- Minum Air dg Niat Mengharap Ridlo dan Ma'unah Alloh.
Air Salamun adalah air yang dimasuki ayat salamah untuk diminum agar terhindar dari bala’ yang akan turun dalam masa setahun. Ayat-ayat tersebut ditulis pada kertas putih kemudian dicelupkan ke air dan diminum dengan niat TABARRUK ( mengharapkan berkah ) dan hati tetap meminta kepada Allah.
       Diantara ulama’ kudus – sebagaimana riwayat KH. M. Sya’roni Ahmadi pada saat ngaji tafsir jum’at fajar (11/11/2016) – yang rutin mengamalkan air salamun adalah Mbah Arwani Kajeksan, Mbah Ma’mun Langgardalem, Mbah Hisyam Janggalan dan Mbah Siraj Undaan.
       Disebutkan dalam catatan kaki bab qunut nazilah hal. 67 kitab Nihayatuz Zain karya Syeikh Nawawi Aljawi Albantani yang merupakan syarah atau penjelasan dari kitab matan Fiqih Qurrotul ‘Ain cetakan Alawiyah Semarang, barang siapa yang menulis ayat salamah tujuh yaitu tujuh ayat Alqur’an yang diawali dengan lafal Salaamun:

سَلاَمٌ قَوْلاً مِنْ رَبٍّ رَحِيْمٍ، سَلاَمٌ عَلَى نُوْحٍ فِي الْعَالَمِيْنَ، سَلاَمٌ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، سَلاَمٌ عَلَى مُوْسَى وَهَارُوْنَ، سَلاَمٌ عَلَى إِلْيَاسِيْنَ، سَلاَمٌ عَلَيْكُمْ طِبْتُمْ فَادْخُلُوْهَا خَالِدِيْنَ، سَلاَمٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ

kemudian tulisan tersebut dilebur/direndam dengan air, maka barang siapa yang meminum air tersebut akan diselamatkan dari baliyyah/bala’ yang diturunkan.
       Bisa juga memakai wifiq salamun yang terdiri dari “Qowluhul Haq, Walahul Mulku” (Q.S. Al An’am: 73) serta angka-angka tertentu yang dikelilingi tulisan ayat salamah.

اللهم صل على سيدنا محمد وعلى ال سيدنا محمد كرم الاباء وامهات

Semoga bisa mengamalkan, dan terhindar dari musibah dan adzab. Aamiin Ya Robbal Aalamiin

Syair Yaa Rosululloh

Allohumma sholli ala sayyidina Muhammadin
Wa ala ali sayyidina muhammad

ﺫَﺍﻙَ ﻗــُـــﺒــَــﺎﺏٌ ﻃَﻴﺒﺔ ﻣَﺪﻳــْﻨـَﺔ  ﻧــَـﺒﻴــِّـﻨــَﺎ 
ﻃَﺎﺑَﺖ ﺛُﺮﺍﻫَﺎﺑِﺮﺳُﻮﻝِ
ﻣُﺤﻤﺪﻋَﻠﻴﻪ ﺳَﻼﻣﻨﺍ
DZaa kaqu baabun thoyyibatun madinatun 
Nabiina, thoobaturoha bi rosuli muhammadin
Alaihi salamuna.

ﻳــَﺎ ﺭَﺳُــــــﻮﻝَ ﺍﻟﻠﻪ.      ﻣِﻦ ﺍﻟــْﺒـُــﻌﺪ ﻭَﺻـَــــﻠﻨﺎ
 ﻳــَﺎ ﺭَﺳُــــــﻮﻝَ ﺍﻟﻠﻪ.     ﻻَ ﻟــِــﻐــَﻴﺮﻙَ ﻣَﻘــْﺼﺪﻧـَﺎ
ﻳــَﺎ ﺭَﺳُــــــﻮﻝَ ﺍﻟﻠﻪ.      ﻋِــــﻨــْﺪ ﺑــَــﺎﺑِﻚ ﻭَﻗَﻔـَﺎ.
 ﻳــَﺎ ﺭَﺳُــــــﻮﻝَ ﺍﻟﻠﻪ.     ﺇِﻓــْــﺘــَـﺢ ﺑَﺎﺑــَﻚ ﻟـــَـﻨــَﺎ
Ya rosululloh minal bu'di washolna
" lii ghorika maqosodna
"Inda baabika waqaffana 
"Iftah babaka lana

ﻳــَﺎ ﺭَﺳُــــــﻮﻝَ ﺍﻟﻠﻪ.    ﺍِﻧــِّﻰ ﺍُﺣِــﺒﻚ ﻓــَﺎﻗــْﺒﻠﻨﺍ
 ﻳــَﺎ ﺭَﺳُــــــﻮﻝَ ﺍﻟﻠﻪ.   ﺫِﻛـــْـــﺮﻙَ ﺷِــــﻔﺍﺀً ﻟــَﻨﺎ
ﻳــَﺎ ﺭَﺳُــــــﻮﻝَ ﺍﻟﻠﻪ.    ﺍِﺳــْــﻤﻚ ﻧــُـــﻮﺭٌ ﻟــَــﻨـَـﺎ
 ﻳــَﺎ ﺭَﺳُــــــﻮﻝَ ﺍﻟﻠﻪ.   ﺣَـــﻴﺜــُﻤﺎ ﻛُﻨﺎﻭَﺍَﻭﻻَﺩَﻧﺎ
"Inni uhibbuka faqbalna
"Dzikruka syifa'ulana
"Ismuka nuurun nurullana
"HAitsuma kunna wa awladana

ﻳــَﺎ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠﻪ.         ﺍِﺳْﺘــَﺠﺐ ﺩُﻋَﺎﻧَﺎﻭَﻧـِﺪﺍﺀَﻧﺎ
 ﻳــَﺎ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠﻪ.        ﻣِﻦﺧَــــﻴﺮﺟُﻮﺩِﻙَ ﺟُﺪﻟَﻨﺎ
ﻳــَﺎ ﺭَ ﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠﻪ.        ﻭَﻟــِـﻘــَﺎﺋــُـﻚ ﻫُــﻮ ﻣُـﻨﺎﻧَﺎ
 ﻳــَﺎ ﺭَﺳُــﻮﻝَ ﺍﻟﻠﻪ.      ﻣِﻦ ﺑــَﺭﻛَﺎﺗــِﻚ ﻫَﺐ ﻟَﻨﺎ
"Istajib du'ana wa nida'ana
"Min khoiri juudika jud lana
"Waliqo uka huwa munana
"Min barokatika hablana

 

ﻳــَﺎ ﺭَﺳُــــــﻮﻝَ ﺍﻟﻠﻪ.          ﻓِﻰ ﺩُﻧــْـﻴــَﻧــَﺎﻭَﺍُﺧْﺮﺍﻧـَﺍ
 ﻳــَﺎ ﺭَﺳُــــــﻮﻝَ ﺍﻟﻠﻪ.         ﺍَﻧــْﺖ ﺍﻟﺸـﻔﻴﻊ ﻟــَﻨــَﺎ
ﻳــَﺎ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠﻪ.           ﻣِﻦ ﺣَﻮﺿِﻚ ﺍْﻟﻤﻮﺭﻭْﺩِﺇِﺳْﻘﻨﺎ
 ﻳــَﺎ ﺭَﺳُــــﻮﻝَ ﺍﻟﻠﻪ.         ﺷَـــﺮﺑــَﺔ ﻓِﻳـﻪ ﻫَـــﻨـﺎﺀَﻧﺎ
"Fiddunyana wa ukhrona
"Anta anta anta syafi'ulana
"Min hawdikal maurud isqina
"Syarbatan fiihi hana Ana

ﻳــَﺎ ﺭَﺳُــــــﻮﻝَ ﺍﻟﻠﻪ.        ﺑــِـــﻬــُـﺪﺍﻙَ ﺍِﻫْــﺘــَﺪﻳــْﻨﺎ
 ﻳــَﺎ ﺭَﺳُــــــْﻮﻝَ ﺍﻟﻠﻪ.      ﻣِﻦﺍَﺣْـﺒﺎﺑِﻚ ﻓَﺎﺟْﻌﻠﻨﺎ
ﻳــَﺎ ﺭَﺳُــــــﻮﻝَ ﺍﻟﻠﻪ.        ﺍِﻥْ ﻓِـــﻴﻚ ﺭَﺟــَـــﺎﺀَﻧــَـﺎ
 ﻳــَﺎ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠﻪ.          ﺍِﻥَ ﺍﻟﻠﻪ ﻻَ ﻳُﺨﻴﺐ ﺭَﺟَﺎﺀَﻧﺎ
"Bi hudaka ihtadaina
"Min ahbabika faj'alna
"Infika roja'ana
"Innalloha laa yukhoibu roja ana

ﻳــَﺎ ﺭَﺳُــــــﻮﻝَ ﺍﻟﻠﻪ.     ﻋَﻠــَﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﺭَﺑــَّﻨﺎ ﺗـﻭﻛَﻠﻨﺎ
 ﻳــَﺎ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠﻪ.          ﻧــَﺴﻌﻠﻪ ﺍْﻟﻌﻔﻮ ﻭَﺍﻟﺮﺿَﺎﻋَﻨﺎ
ﻳــَﺎ ﺭَﺳُــــــﻮﻝَ ﺍﻟﻠﻪ.     ﻣَــﺪﺩْﻧــَﺎ ﺍَﻳـْﺪﻳْﻨﺎﻟِ ﻤﻮﻻَﻧـﺎ
 ﻳــَﺎ ﺭَﺳُــــــﻮﻝَ ﺍﻟﻠﻪ.     ﺑِﺠﺎﻫِﻚ ﻳـَﻘﺒﻞ ﺩُﻋَﺎﺀَﻧﺎ

"Alallohi robbuna tawakalna
"Nas aluhu afwa warzuqo ana
"Tadadna aidiina bi maulaana
"Bi jahiika yaqbal du'ana

"Ji'na bi ziyarohh ..
Nartadzi minka syafa'ah bi jami'I'll hadhiriina
Nartadzi minka syafa'ah inda ...

" Undzur ilaina
"

lirik suluk dzakakubabun
{ ﺫَﺍﻙَ ﻗُﺒَﺎﺏٌ {

ﺫَﺍﻙَ ﻗــُـــﺒــَــﺎﺏٌ ﻃَﻴْﺒﺔ ﻣَﺪﻳــْﻨـَﺔ ﻧــَـﺒـِّـﻨــَﺎ
 ﻃَﺎﺑَﺖ ﺛُﺮﺍﻫَﺎﺑِﺮﺳُﻮﻝِ
ﻣُﺤﻤَﺪﻋَﻠﻴﻪ ﺳَﻼﻣﻨﺍ

ﻳــَﺎ ﺭَﺳُــــــﻮْﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ.      ﻣِﻦَ ﺍﻟــْﺒـُــﻌْﺪِ ﻭَﺻـَــــﻠْﻨَﺎ 
 ﻳــَﺎ ﺭَﺳُــــــﻮْﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ.     ﻻَﻟــِــﻐــَﻴْﺮِﻙَ ﻣَﻘــْﺼَﺪْﻧـَﺎ
ﻳــَﺎ ﺭَﺳُــــــﻮْﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ.     ﻋِــــﻨــْﺪَ ﺑــَــﺎﺑِﻚَ ﻭَﻗَﻔْﻨَﺎ
 ﻳــَﺎ ﺭَﺳُــــــﻮْﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ .   ﺇِﻓــْــﺘــَـﺢْ ﺑَﺎﺑــَـﻚَ ﻟـــَـﻨــَﺎ

ﻳــَﺎ ﺭَﺳُــــــﻮْﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ.       ﺍِﻧــِّﻰ ﺍُﺣِــﺒُّﻚَ ﻓــَﺎﻗــْﺒَﻠْﻨَﺎ
 ﻳــَﺎ ﺭَﺳُــــــﻮْﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ.      ﺫِﻛـــْـــﺮُﻙَ ﺷِــــﻔَﺎﺀً ﻟــَﻨَﺎ
ﻳــَﺎ ﺭَﺳُــــــﻮْﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ.       ﺍِﺳــْــﻤُﻚَ ﻧــُـــﻮْﺭٌ ﻟــَــﻨـَـﺎ
 ﻳــَﺎ ﺭَﺳُــــــﻮْﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ.    ﺣَـــﻴْﺜــُﻤَﺎ ﻛُﻨَّﺎ ﻭَﺍَﻭْﻻَﺩَﻧﺎَ

ﻳــَﺎ ﺭَﺳُﻮْﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ.          ﺍِﺳْﺘــَﺠِﺐْ ﺩُﻋَﺎﻧَﺎﻭَﻧـِﺪَﺍﺀَﻧﺎَ
 ﻳــَﺎ ﺭَﺳُﻮْﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ.         ﻣِﻦْﺧَــــﻴْﺮِ ﺟُﻮْﺩِﻙَ ﺟُﺪْﻟَﻨَﺎ
ﻳــَﺎ ﺭَﺳُــــــﻮْﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ.      ﻭَﻟــِـﻘــَﺎﺋــُـﻚَ ﻫُــﻮَ ﻣُـﻨَﺎﻧَﺎ
 ﻳــَﺎ ﺭَﺳُــــــﻮْﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ.     ﻣِﻦْﺑــَﺮَﻛَﺎﺗــِﻚَ ﻫَﺐْ ﻟَﻨﺎَ

ﻳــَﺎ ﺭَﺳُــــــﻮْﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ.       ﻓِﻰ ﺩُﻧــْـﻴــَـﺎﻧــَﺎﻭَﺍُﺧْﺮَﺍﻧـَ
ﺍ ﻳــَﺎ ﺭَﺳُــــــﻮْﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ.      ﺍَﻧــْﺖَ ﺍﻟﺸَّــــﻔِـــﻴْﻊُ ﻟــَﻨــَﺎ
ﻳــَﺎ ﺭَﺳُﻮْﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ.           ﻣِﻦْ ﺣَﻮْﺿِﻚَ ﺍْﻟﻤَﻮْﺭُﻭْﺩِ ﺇِﺳْﻘِﻨَﺎ ﻳــَﺎ ﺭَﺳُــــــﻮْﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ.       ﺷَـــﺮْﺑــَﺔً ﻓِﻴْﻪِ ﻫَـــﻨَـﺎﺀَﻧﺎَ

ﻳــَﺎ ﺭَﺳُــــــﻮْﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ.         ﺑــِـــﻬــُـﺪَﺍﻙَ ﺍِﻫْــﺘــَﺪَﻳــْﻨَﺎ
 ﻳــَﺎ ﺭَﺳُــــــﻮْﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ.        ﻣِﻦْﺍَﺣْـﺒَﺎﺑِﻚَ ﻓَﺎﺟْﻌَﻠْﻨَﺎ
ﻳــَﺎ ﺭَﺳُــــــﻮْﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ.       ﺍِﻥْ ﻓِـــﻴْﻚَ ﺭَﺟــَـــﺎﺀَﻧــَـﺎ
 ﻳــَﺎ ﺭَﺳُﻮْﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ.          ﺍِﻥَّ ﺍﻟﻠﻪَﻻَ ﻳُﺨَﻴِّﺐُ ﺭَﺟَﺎﺀَﻧﺎَ

ﻳــَﺎ ﺭَﺳُــــــﻮْﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ.      ﻋَﻠــَﻰ ﺍﻟﻠﻪِ ﺭَﺑــَّﻨَﺎﺗــَﻮَﻛَّﻠْﻨَﺎ
 ﻳــَﺎ ﺭَﺳُﻮْﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ.          ﻧــَﺴْﺌَﻠُﻪُ ﺍْﻟﻌَﻔْﻮَ ﻭَﺍﻟﺮِّﺿَﺎﻋَﻨَّﺎ
ﻳــَﺎ ﺭَﺳُــــــﻮْﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ.      ﻣَــﺪَﺩْﻧــَﺎ ﺍَﻳـْﺪِﻳْﻨَﺎﻟِﻤَﻮْﻻَﻧـﺎَ
 ﻳــَﺎ ﺭَﺳُــــــﻮْﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ.      ﺑِﺠَﺎﻫِﻚَ ﻳـَﻘْﺒَﻞْ ﺩُﻋَﺎﺀَﻧﺎ

Menaranya.
Menara itu adalah kota yang indah.
Muhammad.
Rasul Allah dari dimensi kita, Rasul Allah tidak
Tidak ada tujuan.
Utusan Allah di pintu anda. Kami berhenti, utusan Allah.
Buka Pintumu.
Utusan Tuhan, aku mencintaimu.
Mengingatkan Anda untuk menyembuhkan kami.
Wahai Nabi, namamu adalah cahaya bagi kami, Rasul Allah.
Di mana kita dan anak-anak kita.
Rasul Allah, terimalah panggilan kami, utusan Allah dari
Selamat datang.
Rasul Allah dan aku adalah siapa yang mnạnạ, utusan Allah dari
Aku akan memberitahu Anda.
Utusan Allah, dalam dua orang saya.
Utusan Allah, kau penyelamat kami
Utusan Allah dari sekitar yang telah kami berkoordinasi, utusan Allah.
Minumlah, Hannah.
Rasul-Rasul Allah dengan tenang kami, Rasul Allah dari
Orang yang kau sayangi adalah buatlah.
Utusan Allah, kami telah datang kepada Anda, utusan Allah bahwa Allah.
Jangan mengecewakan kami.
Utusan Allah kepada Allah. Kita Semua Rasul Allah
Kami Meminta pengampunan dan asi kami
Wahai Nabi, messenger tangan, utusan Allah.
Bjạhk menerima doa kita

--------------------------------------------------------------------

هُوَ النُّورُ
Dialah Pelita Cahaya
هُوَ النُّورُ يَهدِى الحَا ئِرِينَ ضِيَاؤُهُ
وَفِى الحَشرِ ظِلُّ المُرسَلِينَ لِوَاؤُهُ
Huwan Nuuru Yahdil Haairiina Dhiyaauhu
Wa fil Hasri Zhillul Mursaliina Liwaauhu

Dialah Nabi ﷺ Pelita Cahaya yang memberi petunjuk orang-orang yang bimbang di Padang Mahsyar Panjinya sebagai pemberi naungan...

تَلَقَّى مِنَ الغَيب المًجَرَّدِ حِكمَةً
بِهَا اَمطَرَت فِى الخَافِقِينَ سَمَاؤُهُ
Talaqqoo Minal Ghoibil Mujarrodi Hikmata
Bihaa Amthorot Fiil Hoofiqoini Samaauhu

Sampailah kepadanya hikmah tanpa perantara apapun dengan hikmah itu hujanlah langit (dengan Rahmat) di segala penjuru barat dan timur...

وَمَشهُودُ اَهلِ الحَقِّ مِنهُ لَطَائِفٌ
تُخَبِّرُ اَنَّ المَجدَ وَالشَّأ وَشَأوُهُ
Wa Mashuudu Ahlil Haqqi Minhu Lathooifun
Tuhobbiru Annal Majda Wassaawasaauhu

Para saksi dari para Ahli Ma`rifah yang dalam kebenaran, menyaksikan dari Beliau ﷺ kasih sayang dan kelembutan-kelembutan, dikhabarkan sungguh apa yang terjadi adalah dengan keinginanmu (ﷺ).
فَلِله مَالِلعَينِ مِن مَشهَدِ اجتِلاَ
يَعِزًّ عَلَى اَهلِ الحِجَابِ اجتِلاَؤُهُ
Falillahi Maa Lil'aini min Mashadij Tilaa
Ya'izzu 'Alaa Ahlil Hijaabij Tilaauhu

Padaku penglihatan apa-apa yang kusaksikan sangatlah berpijar luhur, menundukkan para pemilik kemuliaan yang masih tertutup penglihatannya dari pandangan keluhuran ini.

اَيَانَازِحًاعَنِّى وَمَسكَنُهُ الحَشَا
اَجِب مَن مَلاَ كُلَّ النَّوَاحِى نِدَاؤُهُ
Ayaa Naazihan 'Annii Wamaskanuhul hasaa
Ajib Man Malaa Kullan Nawaahii Nidaauhu

Wahai yang jauh dariku dan tempatnya di lubuk hati yang terdalam, jawablah wahai Saudaraku seruan (Sang Nabi ﷺ) yang memenuhi segala penjuru.

اَجِب مَن تَوَلاَّهُ الهَوى فِيكَ وَامضِ فِى
فُؤَادِى مَايَهوَىَ الهَوى وَيَشَاؤُهُ
Ajib Man Tawallaahul Hawaa Fiika Wamdhi Fii
Fuadiiya Maa Yahwaal Hawaa Wa Yassauhu

Jawablah wahai yang diriku adalah terbenam dalam rindu padamu (ﷺ) dan mengalir pada sanubariku apa-apa yang dirindukan sanubari ini dan yang ia (diriku) dambakan.

فَيَارَبِّى شَرِّفنِى بِرُؤ يَةِ سَيِّدِى
وَاَجلِ صَدَى القَلبِ الكَثِير صَدَاؤُهُ
Fayarobbi Sarrifnii Biru'yati Sayyidii
Wa Ajli Shodaal Qolbil Kasyiiru Shodaauhu

Wahai ALLAH, Muliakanlah aku dengan memandang Tuanku (Sayyidina Muhammad) dan Bersihkanlah hati yang penuh dengan kekeruhan ini.

وَبَلَّغ عَلِيًّا مَيَرُومُ مِنَ اللِّقَا
بِاشرَفِ عَبدٍ جُلَّ قَصدِى لِقَاؤُهُ
Dan Sampaikanlah pada diriku (al-Habib `Ali al-Habsyi) pada puncak harapan untuk berjumpa dengan semulia-mulia hamba,dan perjumpaan dengannya adalah segala tujuanku...

عَلَيهِ صَلاَةُ الله مَاهَبَّتِ الصَّبَا
وَمَااَطرَبَ الحَادِى فَطَابَ حِدَاؤُهُ
'Alaihi Sholaatullohi Maa Habbatis Shobaa
Wa Maa Athrobal Haadi Fatooba Hidaauhu

Atasnya Curahan Selawat selama angin berhembus sebanyak asyik merdunya Qasidah pujian yang memadukan cinta padamu (ﷺ), maka semakin indahlah yang menyatukan hati dalam cinta padanya (ﷺ)

Kamis, 21 Mei 2020

Ziarah Kubur dan Silaturahmi Setelah Shalat Id


Oleh: KH. Ma'ruf Khozin
Imam Bukhari meriwayatkan dalam Sahihnya:

ﻋَﻦْ ﺟَﺎﺑِﺮِ ﺑْﻦِ ﻋَﺒْﺪِ اﻟﻠَّﻪِ ﺭَﺿِﻲَ اﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻨْﻬُﻤَﺎ، ﻗَﺎﻝَ: «ﻛَﺎﻥَ اﻟﻨَّﺒِﻲُّ ﺻَﻠَّﻰ اﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺇِﺫَا ﻛَﺎﻥَ ﻳَﻮْﻡُ ﻋِﻴﺪٍ ﺧﺎﻟﻒ اﻟﻄﺮﻳﻖ»

Jabir bin Abdullah berkata bahwa Nabi shalallahu alaihi wasallam jika berangkat (ke tempat shalat Id) maka pulangnya tidak melewati tempat awal berangkat (Sahih al-Bukhari No 986)

Mengapa Nabi shalallahu alaihi wassallam melakukan hal tersebut? Para ulama memiliki penafsiran sendiri-sendiri seperti yang disampaikan oleh pensyarah Sahih al-Bukhari, Al-Hafidz Ibnu Hajar Al Asqalani:

ﻭَﻗَﺪِ اﺧْﺘُﻠِﻒَ ﻓِﻲ ﻣَﻌْﻨَﻰ ﺫَﻟِﻚَ ﻋَﻠَﻰ ﺃَﻗْﻮَاﻝٍ ﻛَﺜِﻴﺮَﺓٍ اﺟْﺘَﻤَﻊَ ﻟِﻲ ﻣِﻨْﻬَﺎ ﺃَﻛْﺜَﺮُ ﻣِﻦْ ﻋِﺸْﺮِﻳﻦَ 

Para ulama beda pendapat tentang makna hadis di atas ke dalam banyak pendapat, yang terkumpul bagi saya lebih dari 20 pendapat

ﻭَﻗِﻴﻞَ ﻟﻴﺰﻭﺭ ﺃَﻗَﺎﺭِﺑَﻪُ اﻷَْﺣْﻴَﺎءَ ﻭَاﻷَْﻣْﻮَاﺕَ ﻭَﻗِﻴﻞَ ﻟِﻴَﺼِﻞْ ﺭَﺣِﻤَﻪُ 

Ada yang mengatakan bahwa agar Nabi bisa menziarahi kerabatnya baik yang masih hidup atau sudah wafat. Ada juga yang berpendapat agar Nabi dapat melakukan silaturahmi (Fathul Bari 2/473)

Apakah anjuran itu hanya bagi imam saja? Al-Hafidz mengutip dari Madzhab Syafi'i:

ﻭَاﻟَّﺬِﻱ ﻓِﻲ اﻷُْﻡِّ ﺃَﻧَّﻪُ ﻳُﺴْﺘَﺤَﺐُّ ﻟِﻹِْﻣَﺎﻡِ ﻭَاﻟْﻤَﺄْﻣُﻮﻡِ ﻭَﺑِﻪِ ﻗَﺎﻝَ ﺃَﻛْﺜَﺮُ اﻟﺸَّﺎﻓِﻌِﻴَّﺔِ 

Penjelasan yang ada dalam kitab Al-Umm bahwa anjuran tersebut berlaku bagi imam dan makmum. Pendapat ini juga disampaikan oleh kebanyakan Madzhab Syafi'iyah (Fathul Bari 2/472)

•] Ini adalah dalil kita untuk ziarah kubur dan silaturahmi setelah hari raya dalam keadaan normal. Untuk saat ini kita cukup baca Yasin dari rumah, kita yakin pahalanya sampai. Untuk silaturahmi juga dari rumah, pakai alat telekomunikasi, telpon, video call dan sebagainya.

Rabu, 20 Mei 2020

Ringkasan Hukum mengenai Shalat Kafarat / Baro'ah ( Sholat 5 Waktu di Jum'at Akhir Romadhon


oleh : Al-Ustadz H.Muhammad Hazami Bin Al-Ustadz KH.Muhammad Ro'i Ats-Tsaqofy

Mufti Hadlramaut Yaman, *Syekh Fadl bin Abdurrahman* dalam kitabnya, _Kasyf al-Khafa’ wa al-Khilaf fi Hukmi Shalat al-Baro'ah min al-Ikhtilaf_ mengatakan : Para  Ulama berbeda pandangan tentang hukum melakukan shalat kafarat, ada yang *MEMBOLEHKAN dan MENGHARAMKAN.*

Pandangan yang *membolehkan* di antaranya karena pertimbangan sebagai berikut: 

```pertama```: ```pendapat *Al-Qadli Husain* yang membolehkan mengqadha shalat fardlu yang diragukan ditinggalkan``` 

قال القاضي لو قضى فائتة على الشك فالمرجو من الله تعالى أن يجبر بها خللا في الفرائض أو يحسبها له نفلا وسمعت بعض أصحاب بني عاصم يقول : إنه قضى صلوات عمره كلها مرة ، وقد استأنف قضاءها ثانيا ا هـ قال الغزي وهي فائدة جليلة عزيزة عديمة النقل ا هـ إيعاب

   ```Al-Qadli Husain berkata: Bila seseorang mengqadha shalat fardlu yang ditinggalkan secara ragu, maka yang diharapkan dari Allah, shalat tersebut dapat mengganti kecacatan dalam shalat fardlu atau paling tidak dianggap sebagai shalat sunah. Saya mendengar bahwa sebagian *Ashabnya Bani Ashim* berkata: Bahwa ia mengqadha seluruh shalat seumur hidupnya satu kali dan memulai mengqadhanya untuk kedua kalinya. Al-Ghuzzi mengatakan, ini adalah faidah yang agung, yang jarang sekali dikutip oleh ulama.” (Syekh Sulaiman al-Jamal, Hasyiyah al-Jamal, juz.2, halaman 27)```

```Kedua:``` ```Tidak ada orang yang meyakini keabsahan shalat yang baru saja ia kerjakan, terlebih shalat yang dulu-dulu.``` 

```Ketiga```: ```Larangan shalat kafarat dikarenakan ada kekhawatiran shalat tersebut cukup untuk mengganti shalat yang ditinggalkan selama setahun, ketika kekhawatiran tersebut hilang, maka hukum haram hilang.```

```Keempat```: ```Mengikuti amaliyyah para pembesar ulama dan para Wali Allah yang ahli makrifat billah, di antaranya *Sayyidi Syekh Fakr al-Wujud Abu Bakar bin Salim* , *Habib Ahmad bin Hasan al-Athas*, *al-Imam al Habib Ahmad bin Zain al-Habsyi* dan masih banyak lainnya. Shalat tersebut rutin dilakukan dan diimbau oleh para pembesar ulama di Yaman. Bahkan di _Masjid Zabid Yaman_ shalat kafarat ini rutin dilakukan secara berjamaah. Mengikuti amaliyyah para wali dan ulama ‘arifin (ahli ma'rifat) tanpa diketahui dalil istinbathnya dari hadits Nabi, sudah cukup untuk menjadi hujjah membolehkan shalat kafarat ini.``` 

*Syekh Abdul Wahhab al-Sya’rani* dalam _kitab Tanbih al-Mughtarrin_ sebagaimana dikutip dalam Kasyf al-Khafa’ mengatakan:

ومن القوم إذا لم يجدوا لذلك العمل دليلا من سنة رسول الله صلى الله عليه وسلم الثابتة في كتب الشريعة يتوجهون بقلوبهم إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم فإذا حضروا بين يديه سألوه عن ذلك وعملوا بما قاله لهم ولكن مثل هذا خاض بأكابر الرجال “

```Artinya : Di antara kaum, apabila mereka tidak memiliki dalil dari sunnah Nabi yang ditetapkan dalam kitab syari’ah, mereka menghadap hatinya kepada Rasul, bila sudah berhadapan dengan Nabi, mereka bertanya kepada beliau dan mengamalkan apa yang dikatakan Nabi, akan tetapi yang demikian ini khusus untuk para pembesar sufi.```

*Syekh Fadl bin Abdurrahman al-Tarimi al-Hadlrami* dlm _kitab Kasyf al-Khafa’ wa al-Khilaf fi hukmi Shalat al-Bara’ah min al-Ikhtilaf_ mengatakan :

فإن قيل فهل لصاحب هذا المقال أن يأمر الناس بما أمره رسول الله صلى الله عليه وسلم بفعله وقوله؟ الجواب لا ينبغي له ذلك لأنه أمر زائد على السنة الصحيحة الثابتة من طريق النقل ومن أمر الناس بشيء زائد على ما ثبت من طريق النقل فقد كلف الناس شططا اللهم إلا أن يشاء أحد ذلك فلا حرج عليه كما هو شأن مقلدي المذاهب المستنبطة من الكتاب والسنة والله أعلم

```Artinya : Bila ditanya, Apakah sufi yang mendapat amaliyah dari Nabi boleh memerintahkan orang lain sebagaimana Nabi memerintahkan kepadanya?? Jawabannya: tidak sebaiknya hal tersebut dilakukan, sebab merupakan perkara tambahan atas sunnah shahih. Barang siapa memerintahkan manusia perkara yang melebihi sunnah Nabi yang dicetuskan berdasarkan riwayat yang sahih, maka ia telah memberi beban kerancauan kepada mereka. _Kecuali bila ada orang yang dengan sukarela mengikutinya, maka tidak ada masalah,_ sebagaimana keadaan para pengikut mazhab-mazhab yang bersumber dari al-Quran dan hadits.```

*Syekh Abdurrahman bin Syekh Ahmad Bawazir* sebagaimana dikutip dalam _Kasyf al-Khafa_ mengatakan: 

ولا شك أن العارف بالله فخر الوجود أبا بكر بن سالم ممن يقلد في الصلاة المذكورة لأن العارف لا يتقيد بمذهب كما في الإبريز للشيخ عبد العزيز الدباغ بل قال فيه إن مذهب الولي العارف بالله أقوى من المذاهب الأربعة. انتهى

```Artinya: Tidak diragukan lagi bahwa al-Arif billah Fakhr al-Wujud Syekh Abu Bakar bin Salim adalah termasuk tokoh yang mengikuti amaliyyah shalat kafarat/ baraah ini, sebab orang yang ahli makrifat tidak terikat dengan mazhab tertentu, seperti keterangan dalam kitab al-Ibriznya Syekh Abdul Aziz al-Dabbagh, bahkan beliau mengatakan, sesungguhnya mazhabnya wali yang al-Arif billah lebih kuat dibandingkan dengan mazhab empat.```

Pandangan yang *mengharamkan* setidaknya karena pertimbangan sebagai berikut:

```Pertama: Tidak ada tuntunan yang jelas dari hadits Nabi atau kitab-kitab syari’ah, sehingga melakukannya tergolong isyra’u ma lam yusyra’ (mensyariatkan ibadah yang tidak disyari’atkan) atau ta’athi bi ‘ibadatin fasidah (melakukan ibadah yang rusak).```

```Kedua: Pengkhususan shalat kafarat pada akhir Jumat bulan Ramadhan tidak memiliki dasar yang jelas dalam syari’at.```

```Ketiga: Terdapat keterangan shorih dari pakar fikih otoritatif mazhab Syafi’i, Syekh Ibnu Hajar al-Haitami dalam Kitab Tuhfah al-Muhtaj sebagai berikut:```

وأقبح من ذلك ما اعتيد في بعض البلاد من صلاة الخمس في هذه الجمعة عقب صلاتها زاعمين أنها تكفر صلوات العام أو العمر المتروكة وذلك حرام أو كفر لوجوه لا تخفى 

```Artinya : Yang lebih buruk dari itu adalah tradisi di sebagian daerah berupa shalat 5 waktu di jumat ini (jumat akhir Ramadhan) selepas menjalankan shalat jumat, mereka meyakini shalat tersebut dapat melebur dosa shalat-shalat yang ditinggalkan selama setahun atau bahkan semasa hidup, yang demikian ini adalah Haram atau bahkan Kufur karena beberapa sisi pandang yang tidak samar.```

Mengomentari statemen di atas, *Syekh Abdul Hamid al-Syarwani* dalam _Kitab Hasyiyah al-Syarwani ‘ala al-Tuhfah,_ mengatakan: 

قوله ( وذلك ) أي الزعم المذكور قوله ( لوجوه إلخ ) منها إسقاط القضاء وهو مخالف للمذاهب كلها كردي

 ```Artinya : Ucapan Syekh Ibnu Hajar, (yang demikian ini adalah haram atau bahkan kufur) karena beberapa sisi pandang yang tidak samar, di antaranya adalah dapat menggugurkan kewajiban mengqadha shalat, hal ini menyalahi seluruh mazhab-mazhab.```

```Keempat:  Hadits tentang shalat kafarat tidak dapat dibuat dalil, karena tidak memiliki sanad yang jelas.```

*Kesimpulan ikhtilaf mengenai hukum shalat Kafarat/ Bara'ah* 

Shalat kafarat / bara'ah ini adalah amaliyyah para tokoh ilmu dan imam-imam fatwa, shalat ini dilakukan oleh para imam yang wara’, yang menonjol dalam ilmu zhahir dan batin, seperti al-Fakhr Syekh Abu Bakr bin Salim, al-‘Allamah Ahmad bin Zain al-Habsyi, Habib Umar bin Zain bin Smith, Habib Ahmad bin Muhammad al-Muhdhar dan ulama Hadlramaut yang lainnya. 

Mereka-mereka ini melakukan shalat kafarat/baraah di daerah-daerahnya dan memerintahkan orang untuk melakukannya, kebolehan shalat ini juga diamini oleh Al Habib Abdurrahman bin Abdullah Bilfaqih yang dijuluki oleh Habib Abdullah al-Haddad dengan “orang sangat alim di dunia.” Cukuplah imam ini dan imam-imam lain yang disebutkan sebelumnya dari para imam agama dan ulama yang wira', dijadikan *sebagai Hujjah kebolehan Shalat Bara’ah,* bila tidak bisa, lantas siapa lagi ulama yang bisa dijadikan hujjah???

```Demikian penjelasan mengenai ikhtilaf ulama tentang shalat kafarat atau shalat bara'ah, semoga bisa saling menghargai atas perbedaan tersebut, karena keduanya sama-sama memiliki argumen yang dapat dipertanggungjawabkan.```

Yang perlu ditegaskan adalah, *keyakinan bahwa shalat kafarat diyakini sebagai pengganti shalat fardlu yang ditinggalkan selama satu tahun, sama sekali tidak dibenarkan,* sebab kewajiban bagi orang yang meninggalkan shalat, baik sengaja atau lupa, adalah mengqadhanya satu persatu, ulama tidak ikhtilaf dalam hal ini. Shalat kafarat dimaksudkan sebagai langkah antisipasi (ihtiyath) saja. Wallahu a‘lam

20 Mei 2020 M / 27 Romadhon 1441 H

Selasa, 19 Mei 2020

17 hal tentang salat Id yang belum tentu anda tau, nomor 14 bikin mata melotot


Oleh: Wildan Jauhari

1. Salat Id (صَلاةُ العِيْد) terdiri dari dua kata; Salat dan Id. Salat ya salat. Kalau Id - secara bahasa - berasal dari kata (العَوْد) artinya kembali dan terulang, karena kita senantiasa menjumpainya setiap tahun. Secara istilah Id itu ya hari raya yaitu hari dimana kita mengenang sesuatu yang berharga, peristiwa besar di dalamnya. 

2. Salat Id (idulfitri dan iduladha) disyariatkan pertama kali pada tahun ke-2 hijriyah. Jadi salat Id pertama yg dilakukan Nabi saw ya salat idulfitri. Secara idulfitri kan 1 syawal sedangkan iduladha itu 10 dzulhijjah. Hafal kan ya urutan nama bulan di kalender hijriyah?

3. Dalil disyariatkannya salat id itu banyak. Ada dalil Quran, sunnah dan Ijma'-nya. Kita ambil satu contoh saja ya; QS. al-Kautsar; 2. Umumnya para ulama menafsirkan ayat di atas dengan salat iduladha dan menyembelih hewan kurban. 

4. Apa hukumnya? Jumhur ulama menyebutkan bahwa salat id itu sunnah muakkadah. Meski ada sebagian ulama yg menghukuminya dengan fardu kifayah. Dan umat islam sepakat tidak ada yg mengatakan bahwa hukumnya fardu ain. Tidak ada.

5. Salat Id diselenggarakan secara berjamaah. Ini aturan default-nya. Sebagaimana contoh dari Nabi saw dan para sahabat. Adapun yg tak bisa dengan berjamaah, tetap disunnahkan mengerjakannya meskipun sendirian. Dan kalau salat sendirian, tak perlu pakai khotbah setelahnya. Mau nyeramahin siapa? Wong kamu sendirian. Ambyar.

6. Kesunnahan salat id ini berlaku umum ya. Baik untuk laki-laki, perempuan, anak-anak, dan juga musafir. Bahkan perempuan yg sedang haid pun tetap dianjurkan hadir di tempat salat untuk menyimak khotbah, bertakbir dan berdoa. Tentu saja dengan mengambil tempat di belakang saf salat.

7. Kapan dimulai salat? Salat id boleh dimulai sesaat setelah terbitnya matahari dan membentang waktunya hingga matahari tergelincir ke arah barat. Awal hari dimulai dengan terbitnya fajar, itulah saat kita salat subuh (berakhir sampai terbit matahari). Dan ketika matahari telah condong ke arah barat, saat demikianlah kita mulai salat zuhur. Waktu salat id terbentang antara keduanya.

8. Bagi yang ketinggalan salat id, misal dateng-dateng udah selesai salat dan khotbahnya; tetep disunnahkan salat sendirian. Kalau dikerjakan sebelum matahari tergelincir, nilainya adaa-an. Karena memang masih berada di domain waktunya. Tapi kalau udah lewat zawal, maka waktunya abis. Eits, namun tetap disunnahkan untuk meng-qadha-nya sebagaimana kesunnahan meng-qadha salat-salat nafilah yang lain.

9. Soal waktu dimulainya salat, disunnahkan untuk baru memulainya ketika matahari setinggi tombak. Ya sekira 20 menit pasca terbit lah. Karena beberapa alasan; pertama, Nabi saw senantiasa melakukannya demikian. Kedua, agar terhindar dari waktu makruh salat yaitu pas matahari sedang terbit. Dan ketiga, supaya lebih memberi waktu bagi kaum muslimin untuk bisa menunaikan zakat fitrinya di waktu yg paling afdal, yaitu dibayarkan sebelum dimulainya salat id. Ini untuk kasus salat idulfitri ya.

10. Kalau untuk salat iduladha, justru sebaliknya. Disunnahkan untuk sesegera mungkin dikerjakan pasca terbit matahari. Kenapa? Agar cepat selesai salatnya dan cepat mengeksekusi hewan-hewan kurban. Kan enak kalau bakda zuhur udah beres tu tongseng kambing. Hehe

11. Salai Id ndak perlu pakai azan dan ikamah. Cukup diganti dengan seruan (الصلاة جامعة) as-sholaatu jaami'ah. So, ndak perlu ngajuin diri sebagai muazin/bilal ke panitia salat Id. Malu-maluin diri sendiri aja. 

12. Terakhir kita bahas soal tempat ya. Salat id boleh diselenggarakan di tanah lapang, atau juga di masjid. Kalau masjidnya luas, bisa menampung jamaah salat, maka salat id di masjid lebih afdal. Karena masjid lebih mulia dibanding tempat manapun. Apalagi kalau kondisinya memang tidak memungkinkan untuk salat di tanah lapang, seperti hujan, salju, udara sangat dingin, dll. 

13. Jika masjidnya sempit, hanya muat untuk sebagian kecil jamaah salat, maka yang afdal ya salat di tanah lapang. Sebagaimana Nabi saw dahulu dan para sahabat senantiasa salat di tanah lapang (musalla), karena memang jamaah yg hadir membludak saat salat id. Laki-laki, perempuan, anak-anak, yg sehat, yg lagi haid, yg baru dapat THR, yg abis borong Khong Guan, yg ini, yg itu, semua hadir, rame, masya Allah. 

14. Ada lagi yang menarik, yaitu jika seorang imam/ pemimpin/ pemerintah setempat mengajak kaum muslimin untuk keluar salat id ke tanah lapang, bagusnya ditunjuk pula salah seorang (atau tim) untuk bertugas menjadi imam dan khatib di masjid, khusus untuk jamaah tertentu seperti orang tua yg sudah sepuh, yang sedang sakit, disabilitas, dlsb sebagai kemudahan bagi mereka ini tetap salat dan mendapatkan semua keutamaan di hari raya itu. Sebagaimana dahulu Ali bin Abi Talib ra menunjuk Abu Mas'ud al-Anshari ra utk memimpin salat di masjid, sedangkan beliau keluar untuk memimpin salat di tanah lapang. 

15. Dalam situasi yang tidak normal, seperti adanya pandemi virus corona sekarang ini, bolehkah salat id di rumah? Jawabannya boleh. Para ulama tetap menganjurkan untuk salat id secara mandiri (baik di rumah atau selainnya) jika memang tidak memungkinkan berjamaah di tanah lapang atau masjid sebagaimana dalam kondisi normal. 

16. Tentu saja beda daerah beda hukumnya. Seperti kata pepatah; Lain lubuk lain ikannya. Ada zona merah, ada zona hijau. Ada aku, ada kamu, loh. Bagi masyarakat zona merah, sebaiknya memang tidak keluar dan salat id di rumah saja. Bisa sendiri (munfarid) atau berjamaah bersama keluarga. Di zona hijau (aman) silakan salat id berjamaah dengan tetap waspada dan menjaga protokol kesehatan yg dianjurkan. 

17. Intinya, dalam kondisi seperti saat ini, sebelum mengambil keputusan, tanyalah pada pihak-pihak yg punya otoritas di kawasan anda masing-masing. Para ulamanya, ahli medis dan pemerintah setempat. Jangan hanya bermodal perasaan. Itu sama sekali tidak cukup. Sebab berapa sering kita ini dikecoh oleh perasaan kita sendiri?! Kita suka seseorang dan ngerasa yakin dia juga suka. Setelah semua dikorbankan, ternyata cuma berakhir jadi tamu undangan di hari dia nikahan.. Awuwu.. 

Sumber;

1. Al-Mu'tamad fii al-Fiqh al-Syafi'i, karya DR. Muhammad al-Zuhaili, jilid 1, pasal salat dua hari raya. 

2. KBBI; guna mengetahui penulisan yg tepat bagi istilah-istilah seperti idulfitri, iduladha, azan, ikamah, khotbah, kurban, zuhur dll

Kamis, 14 Mei 2020

HUKUM MENGUSAP WAJAH SETELAH BERDOA


Jika Belum Tahu Tentang Dalil Hadis Lebih Baik Jawab: "Saya Belum Tahu"

Ustadz Salafi ini konon adalah lulusan S3 terbaik di masanya. Anehnya dalam rekaman pengajiannya ini beliau mengatakan tidak ada dalil hadis pada masalah:

1. Mengusap wajah setelah shalat
2. Mengusap wajah setelah berdoa
3. Membalikkan tangan saat doa meminta perlindungan
4. Bersalaman setelah shalat.

Baik. Bismillah saya jawab satu-persatu dalil hadisnya.

1. Hadis mengusap wajah setelah shalat

ﻭَﻋَﻦْ ﺃَﻧَﺲِ ﺑْﻦِ ﻣَﺎﻟِﻚٍ: «ﺃَﻥَّ اﻟﻨَّﺒِﻲَّ - ﺻَﻠَّﻰ اﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ - ﻛَﺎﻥَ ﺇِﺫَا ﺻَﻠَّﻰ ﻭَﻓَﺮَﻍَ ﻣِﻦْ ﺻَﻼَﺗِﻪِ ﻣَﺴَﺢَ ﺑﻴﻤﻴﻨﻪ ﻋَﻠَﻰ ﺭَﺃْﺳِﻪِ ﻭَﻗَﺎﻝَ: " ﺑِﺴْﻢِ اﻟﻠَّﻪِ اﻟَّﺬِﻱ ﻻَ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻻَّ ﻫُﻮَ اﻟﺮَّﺣْﻤَﻦُ اﻟﺮَّﺣِﻴﻢُ، اﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺃَﺫْﻫِﺐْ ﻋَﻨِّﻲ اﻟْﻬَﻢَّ ﻭَاﻟْﺤَﺰَﻥَ» ".

 Dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wasallam setelah selesai dari shalat maka beliau mengusap kepala dengan tangan kanan dan berdoa: "Dengan nama Allah yang tiada Tuhan selain Allah, maha Rahman dan Rahim. Ya Allah hilangkan susah dan sedih dariku"

ﻭَﻓِﻲ ﺭِﻭَاﻳَﺔٍ: «ﻣَﺴَﺢَ ﺟَﺒْﻬَﺘَﻪُ ﺑِﻴَﺪِﻩِ اﻟْﻴُﻤْﻨَﻰ ﻭَﻗَﺎﻝَ ﻓِﻴﻬَﺎ: " اﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺃَﺫْﻫِﺐْ ﻋَﻨِّﻲ اﻟْﻬَﻢَّ ﻭَاﻟْﺤَﺰَﻥَ».

Dalam riwayat lain Nabi mengusap kening/ dahi dan berdoa: "Ya Allah hilangkan susah dan sedih dariku"

ﺭَﻭَاﻩُ اﻟﻄَّﺒَﺮَاﻧِﻲُّ ﻓِﻲ اﻷَْﻭْﺳَﻂِ، ﻭَاﻟْﺒَﺰَّاﺭُ ﺑِﻨَﺤْﻮِﻩِ ﺑِﺄَﺳَﺎﻧِﻴﺪَ، ﻭَﻓِﻴﻪِ ﺯَﻳْﺪٌ اﻟْﻌَﻤِّﻲُّ، ﻭَﻗَﺪْ ﻭَﺛَّﻘَﻪُ ﻏَﻴْﺮُ ﻭَاﺣِﺪٍ، ﻭَﺿَﻌَّﻔَﻪُ اﻟْﺠُﻤْﻬُﻮﺭُ، ﻭَﺑَﻘِﻴَّﺔُ ﺭِﺟَﺎﻝِ ﺃَﺣَﺪِ ﺇِﺳْﻨَﺎﺩَﻱِ اﻟﻄَّﺒَﺮَاﻧِﻲِّ ﺛِﻘَﺎﺕٌ، ﻭَﻓِﻲ ﺑَﻌْﻀِﻬِﻢْ ﺧِﻼَﻑٌ.

HR Thabrani dan Bazzar dengan beberapa sanad. Di dalamnya ada Zaid Al-Ammi, lebih dari 1 ulama menilai terpercaya dan kebanyakan ulama menilai dhaif. Perawi lain dari 2 sanad Thabrani adalah terpercaya, sebagiannya diperselisihkan.

2. Hadis mengusap wajah setelah berdoa

Syekh Abdullah Al-Faqih, sesama Salafi dan pengasuh Fatawa Syabkah Islamiah, menulis:

ﻓﻘﺪ ﻭﺭﺩﺕ ﺃﺣﺎﺩﻳﺚ ﻓﻲ ﻣﺴﺢ اﻟﻮﺟﻪ ﺑﻌﺪ اﻟﺪﻋﺎء - ﺧﺎﺭﺝ اﻟﺼﻼﺓ- ﻛﻠﻬﺎ ﺿﻌﻴﻔﺔ، ﺇﻻ ﺃﻥ اﻟﺤﺎﻓﻆ اﺑﻦ ﺣﺠﺮ ﺃﺷﺎﺭ ﺇﻟﻰ ﺃﻥ ﻣﺠﻤﻮﻋﻬﺎ ﻳﺒﻠﻎ ﺩﺭﺟﺔ اﻟﺤﺴﻦ.

Sungguh terdapat beberapa hadis tentang mengusap wajah setelah berdoa -di luar shalat- yang keseluruhannya dhaif. Namun menurut Al-Hafidz Ibnu Hajar memberi isyarat secara akumulasi riwayat sampai pada derajat hadis Hasan (195/351)

ﻭﻣﻨﻬﺎ ﻗﻮﻟﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ: "ﻓﺈﺫا ﻓﺮﻏﺖ ﻓﺎﻣﺴﺢ ﺑﻬﻤﺎ ﻭﺟﻬﻚ" ﺭﻭاﻩ ﺃﺑﻮ ﺩاﻭﺩ ﻭاﺑﻦ ﻣﺎﺟﻪ

Diantaranya adalah sabda Nabi shalla Allahu alaihi wasallam: "Jika kalian selesai berdoa maka usaplah wajahmu dengan kedua tanganmu" (HR Abu Dawud dan Ibnu Majah)

Saya tambahkan penjelasan dari Mufti Salafi, Syekh Utsaimin:

ﻭﻣﻦ اﻟﻌﻠﻤﺎء ﻣﻦ ﻗﺎﻝ: ﺇﻥ اﻟﻤﺴﺢ ﺳﻨﺔ ﺑﻨﺎء ﻋﻠﻰ ﺃﻥ اﻷﺣﺎﺩﻳﺚ اﻟﻀﻌﻴﻔﺔ ﺇﺫا ﺗﻜﺎﺛﺮﺕ ﻗﻮﻯ ﺑﻌﻀﻬﺎ ﺑﻌﻀﺎً.

Diantara para ulama ada yang mengatakan bahwa mengusap wajah adalah sunah. Berdasarkan bahwa jika ada hadis dhaif jika memiliki banyak riwayat maka saling menguatkan (Majmu' Fatawa wa Rasail Ibni Utsaimin 14/100)

3. Hadis membalikkan tangan saat doa meminta perlindungan

ﻭَﻋَﻦْ ﺧَﻼَّﺩِ ﺑْﻦِ اﻟﺴَّﺎﺋِﺐِ اﻷَْﻧْﺼَﺎﺭِﻱِّ: «ﺃَﻥَّ ﺭَﺳُﻮﻝَ اﻟﻠَّﻪِ - ﺻَﻠَّﻰ اﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ - ﻛَﺎﻥَ ﺇِﺫَا ﺳَﺄَﻝَ ﺟَﻌَﻞَ ﺑَﺎﻃِﻦَ ﻛَﻔَّﻴْﻪِ ﺇِﻟَﻴْﻪِ، ﻭَﺇِﺫَا اﺳﺘﻌﺎﺫ ﺟَﻌَﻞَ ﻇَﺎﻫِﺮَﻫُﻤَﺎ ﺇِﻟَﻴْﻪِ». ﺭَﻭَاﻩُ ﺃَﺣْﻤَﺪُ ﻣُﺮْﺳَﻼً، ﻭَﺇِﺳْﻨَﺎﺩُﻩُ ﺣَﺴَﻦٌ.

Dari Khallad bin Saib Al Anshori bahwa jika Rasulullah shalallahu alaihi wasallam berdoa maka Nabi arahkan telapak tangannya ke wajahnya. Jika Nabi meminta perlindungan maka bagian luar tangannya diarahkan ke wajahnya -dibalik-" (HR Ahmad secara Mursal, sanadnya Hasan)

4. Hadis bersalaman setelah shalat

Imam Nawawi pengarang kitab Sahih Muslim mengatakan bahwa bersalaman setelah shalat Subuh dan Ashar adalah Bid'ah yang diperbolehkan. Mana hadisnya? Ada 2 hadis. Para Sahabat setelah shalat berebut bersalaman dengan Nabi setelah Ashar (HR Bukhari). Dalam riwayat lain setelah Subuh (riwayat Ahmad). Berikut isi hadisnya, maaf sampai pegel tangan saya yang mau nerjemah:

ﻋَﻦِ اﻟﺤَﻜَﻢِ، ﻗَﺎﻝَ: ﺳَﻤِﻌْﺖُ ﺃَﺑَﺎ ﺟُﺤَﻴْﻔَﺔَ، ﻗَﺎﻝَ: «ﺧَﺮَﺝَ ﺭَﺳُﻮﻝُ اﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ اﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺑِﺎﻟﻬَﺎﺟِﺮَﺓِ ﺇِﻟَﻰ اﻟﺒَﻄْﺤَﺎءِ، ﻓَﺘَﻮَﺿَّﺄَ ﺛُﻢَّ ﺻَﻠَّﻰ اﻟﻈُّﻬْﺮَ ﺭَﻛْﻌَﺘَﻴْﻦِ، ﻭَاﻟﻌَﺼْﺮَ ﺭَﻛْﻌَﺘَﻴْﻦِ، ﻭَﺑَﻴْﻦَ ﻳَﺪَﻳْﻪِ ﻋَﻨَﺰَﺓٌ» ﻗَﺎﻝَ ﺷُﻌْﺒَﺔُ ﻭَﺯَاﺩَ ﻓِﻴﻪِ ﻋَﻮْﻥٌ، ﻋَﻦْ ﺃَﺑِﻴﻪِ ﺃَﺑِﻲ ﺟُﺤَﻴْﻔَﺔَ، ﻗَﺎﻝَ: «ﻛَﺎﻥَ ﻳَﻤُﺮُّ ﻣِﻦْ ﻭَﺭَاﺋِﻬَﺎ اﻟﻤَﺮْﺃَﺓُ، ﻭَﻗَﺎﻡَ اﻟﻨَّﺎﺱُ ﻓَﺠَﻌَﻠُﻮا ﻳَﺄْﺧُﺬُﻭﻥَ ﻳَﺪَﻳْﻪِ ﻓَﻴَﻤْﺴَﺤُﻮﻥَ ﺑِﻬَﺎ ﻭُﺟُﻮﻫَﻬُﻢْ، ﻗَﺎﻝَ ﻓَﺄَﺧَﺬْﺕُ ﺑِﻴَﺪِﻩِ ﻓﻮﺿﻌﺘﻬﺎ ﻋَﻠَﻰ ﻭَﺟْﻬِﻲ ﻓَﺈِﺫَا ﻫِﻲَ ﺃَﺑْﺮَﺩُ ﻣِﻦَ اﻟﺜَّﻠْﺞِ ﻭَﺃَﻃْﻴَﺐُ ﺭَاﺋِﺤَﺔً ﻣِﻦَ اﻟﻤِﺴْﻚِ» رواه البخاري

ﻋَﻦْ ﺟَﺎﺑِﺮِ ﺑْﻦِ ﻳَﺰِﻳﺪَ ﺑْﻦِ اﻷَْﺳْﻮَﺩِ، ﻋَﻦْ ﺃَﺑِﻴﻪِ، ﻗَﺎﻝَ: ﺣَﺠَﺠْﻨَﺎ ﻣَﻊَ ﺭَﺳُﻮﻝِ اﻟﻠﻪِ ﺻَﻠَّﻰ اﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺣَﺠَّﺔَ اﻟْﻮَﺩَاﻉِ، ﻗَﺎﻝَ: ﻓَﺼَﻠَّﻰ ﺑِﻨَﺎ ﺭَﺳُﻮﻝُ اﻟﻠﻪِ ﺻَﻠَّﻰ اﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺻَﻼَﺓَ اﻟﺼُّﺒْﺢِ ﺃَﻭِ اﻟْﻔَﺠْﺮِ ... ﻭَﺃَﻧَﺎ ﻳَﻮْﻣَﺌِﺬٍ ﺃَﺷَﺐُّ اﻟﺮِّﺟَﺎﻝِ ﻭَﺃَﺟْﻠَﺪُﻩُ. ﻗَﺎﻝَ: ﻓَﻤَﺎ ﺯِﻟْﺖُ ﺃَﺯْﺣَﻢُ اﻟﻨَّﺎﺱَ ﺣَﺘَّﻰ ﻭَﺻَﻠْﺖُ ﺇِﻟَﻰ ﺭَﺳُﻮﻝِ اﻟﻠﻪِ ﺻَﻠَّﻰ اﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ، ﻓَﺄَﺧَﺬْﺕُ ﺑِﻴَﺪِﻩِ ﻓﻮﺿﻌﺘﻬﺎ ﺇِﻣَّﺎ ﻋَﻠَﻰ ﻭَﺟْﻬِﻲ ﺃَﻭْ ﺻَﺪْﺭِﻱ، ﻗَﺎﻝَ: ﻓَﻤَﺎ ﻭَﺟَﺪْﺕُ ﺷَﻴْﺌًﺎ ﺃَﻃْﻴَﺐَ ﻭَﻻَ ﺃَﺑْﺮَﺩَ ﻣِﻦْ ﻳَﺪِ ﺭَﺳُﻮﻝِ اﻟﻠﻪِ ﺻَﻠَّﻰ اﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ. رواه احمد

•] sebagian bantahan telah dijawab oleh Sidi Syekh Munir Mahyudin Munir

Sumber : Facebook/Ma'ruf Khozin