Abdul Hamid Aly

Rindu ini selalu milikmu Yaa Rosuul

Save Muslim Muslimah

Saling berpesan kepada hal kebenaran dan kesabaran

KH. M. Ali Bahruddin

Pesantren At-taqwa Pasuruan (Keluarga Jam'iyyah Thoriqoh Al-Mu'tabaroh Qodiririyyah wa Naqsyabandiyah).

Nahdlatul Ulama'

Ahlus Sunnah wal Jama'ah An-Nahdliyyah.

Diamond Class

Alhamdulillah ala kulli chaal.

Minggu, 22 Desember 2019

KISAH ORANG SHOLEH YANG DI BERIKAN AMALAN DAN IJAZAH LANGSUNG DARI RASULULLAH SAW.

Dikisahkan ada laki-laki shalih (Al-Qodhi Abdullah Al-Baghdadiy). Beliau berkata:
"Aku pernah melihat Rosulullah SAW dalam tidurku dengan wajah yang sangat pucat karena merasakan kesedihan yang sangat dalam".

Lalu aku bertanya: "Ya Rosulullah, kenapa wajahmu begitu pucat, gerangan apa yg telah membuat Baginda begitu bersedih?".

Lalu Rosulullah berkata, "pada malam ini telah meninggal Dunia 1.500 orang dari Ummatku, dua orang dari mereka meninggal dalam keadaan beriman (Husnul Khatimah) dan sisanya (1.498 Orang) meninggal tanpa membawa Iman (suu'ul khotimah)."

Aku bertanya lagi: "Lalu apa kiat-kiat dari Engkau untuk orang-orang yg sering bermaksiat agar mereka meninggal dengan membawa Iman (Husnul Khotimah)?".

Rosulullah SAW berkata: 
"Ambilah kertas ini dan bacalah : "Siapa saja yg membacanya dan membawanya, lalu dia pindah dari satu tempat ke tempat yang lain, menyebarkan dan mengajarkannya, maka mereka termasuk dari golonganku (Orang yang di akui oleh Rosulullah SAW sebagai Ummatnya) dan akan wafat dalam keadaan membawa iman (Husnul Hotimah). Akan tetapi siapa saja yang telah mendengarnya dan dia tidak mau membacanya tidak mau menyebarkannya maka dia lepas dari aku dan akupun lepas darinya (Tidak di akui sebagai Ummat Rosulullah saw)."

Seketika itu aku langsung terbangun dari tidurku, dan aku lihat kertas tersebut telah ada dalam genggamanku,  ternyata di dalamnya berisi tulisan yg penuh barokah, tulisan tersebut adalah:

ﺑﺴﻢ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ
ﻻ ﺍﻟﻪ ﺍﻻ ﺍﻟﻠﻪ , ﺍﻟﻤﻮﺟﻮﺩ ﻓﻲ ﻛﻞ ﺯﻣﺎﻥ
Tiada tuhan selain ALLAH (yang) selalu ada sepanjang zaman.

ﻻ ﺍﻟﻪ ﺍﻻﺍﻟﻠﻪ، ﺍﻟﻤﻌﺒﻮﺩ ﻓﻲ ﻛﻞ ﻣﻜﺎﻥ
Tiada tuhan kecuali ALLAH yang di sembah di setiap tempat.

ﻻﺍﻟﻪ ﺍﻻﺍﻟﻠﻪ، ﺍﻟﻤﺪ ﻛﻮﺭ ﺑﻜﻞ ﻟﺴﺎﻥ
Tiada tuhan kecuali ALLAH yang di sebut pada setiap Lisan.

ﻻﺍﻟﻪ ﺍﻻﺍﻟﻠﻪ، ﺍﻟﻤﻌﺮﻭﻑ ﺑﺎﻻحسان
Tiada tuhan selain ALLAH yang di kenal dengan kebaikannya.

ﻻﺍﻟﻪ ﺍﻻﺍﻟﻠﻪ، ﻛﻞ ﻳﻮﻡ ﻫﻮ ﻓﻲ شأﻥ.
Tiada tuhan kecuali ALLAH Yang setiap hari selalu ada dalam setiap keadaan.

ﻻﺍﻟﻪ ﺍﻻﺍﻟﻠﻪ، ﺍﻻﻣﺎﻥ ﺍﻻﻣﺎﻥ ﻣﻦ ﺯﻭﺍﻝ ﺍﻻﻳﻤﺎﻥ
Tiada tuhan kecuali ALLAH. Semoga kita selalu Aman terjaga dari hilangnya iman.

ﻭﻣﻦ ﻓﺘﻨﺔ ﺍﻟﺸﻴﻄﺎﻥ، ﻳﺎﻗﺪﻳﻢ ﺍﻻﺣﺴﺎﻥ
Dan dari gangguan syetan, wahai Dzat Yang mendahulukan kebaikan.

ﻛﻢ ﻟﻚ ﻋﻠﻴﻨﺎ ﻣﻦ ﺍﺣﺴﺎﻥ
Sudah berapa banyak kebaikan yang telah kami terima.

ﺍحسانك ﺍﻟﻘﺪﻳﻢ، ﻳﺎ ﺣﻨﺎﻥ ﻳﺎ ﻣﻨﺎﻥ.
Kebaikanmu sudah ada sejak dahulu kala, wahai Dzat Yg Maha Pemberi tanpa diminta.

ﻳﺎﺭﺣﻴﻢ ﻳﺎﺭﺣﻤﻦ، ﻳﺎﻏﻔﻮﺭ ﻳﺎﻏﻔﺎﺭ، ﺍﻏﻔﺮ ﻟﻨﺎ ﻭﺍﺭﺣﻤﻨﺎ.
Wahai Dzat Yg maha pengasih Yg maha penyayang, Maha pengampun dan Maha Yg suka memberi ampunan.
Ampuni kami dan rohmatilah kami ya ALLAH.

ﻭﺍﻧﺖ ﺧﻴﺮ ﺍﻟﺮﺍﺣﻤﻴﻦ.
Dan Engkaulah sebaik-baik Penyayang.

ﻭﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻰ ﺳﻴﺪﻧﺎ ﻣﺤﻤﺪ ﻭﺍﻟﻪ ﻭﺻﺤﺒﻪ ﻭﺳﻠﻢ.

Note:
Dzikir diatas telah di ijazahkan oleh yang Mulia Al-imam Al-Quthb Al-Habib
Abu Bakar Bin Muhammad Assegaf.

Dzikir Yang Tidak Dibaca Oleh Nabi Bukan Berarti Dilarang (Baca Fatihah Setelah Shalat)


Oleh : Kyai Ma'ruf Khozin

Ustadz di bawah ini, dari kalangan Salafi, mengatakan tidak ada 1 pun hadis dari Nabi shalallahu alaihi wasallam dalam kitab-kitab hadis yang menyebutkan bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wasallam membaca Surat Fatihah setelah shalat. 

Yang hendak dipermasalahkan sebenarnya ialah dia hendak mengatakan Bid'ah membaca Fatihah setelah Shalat karena Rasulullah tidak melakukan hal itu. Seperti ini sudah lazim menjadi manhaj mereka.

Tapi benarkah hukumnya Bid'ah? Tunggu dulu. Kita baca seksama alur ijtihad dalam membaca Surat Fatihah setelah Shalat.

Abu Hafsh Al-Bazzar, murid Syekh Ibnu Taimiyah yang menulis biografi gurunya ini mengisahkan dengan kesaksiannya langsung:

ﻭَﻛﻨﺖ ﻣُﺪَّﺓ اﻗﺎﻣﺘﻲ ﺑِﺪِﻣَﺸْﻖ ﻣﻼﺯﻣﻪ ﺟﻞّ اﻟﻨَّﻬَﺎﺭ ﻭَﻛَﺜِﻴﺮًا ﻣﻦ اﻟﻠَّﻴْﻞ ﻭَﻛَﺎﻥَ ﻳﺪﻧﻴﻨﻲ ﻣِﻨْﻪُ ﺣَﺘَّﻰ ﻳﺠﻠﺴﻨﻲ اﻟﻰ ﺟَﺎﻧِﺒﻪ 

Selama saya berada di Damaskus menemani Ibnu Taimiyah sepanjang siang dan kebanyakan malam, ia menyuruh saya mendekat hingga saya duduk di sebelahnya

ﻭَﻛﻨﺖ اﺳْﻤَﻊ ﻣَﺎ ﻳَﺘْﻠُﻮ ﻭَﻣَﺎ ﻳﺬﻛﺮ ﺣِﻴﻨَﺌِﺬٍ ﻓﺮﺃﻳﺘﻪ ﻳﻘْﺮَﺃ اﻟﻔﺎﺗﺤﺔ ﻭﻳﻜﺮﺭﻫﺎ ﻭَﻳﻘﻄﻊ ﺫَﻟِﻚ اﻟْﻮَﻗْﺖ ﻛُﻠﻪ اﻋﻨﻲ ﻣﻦ اﻟْﻔﺠْﺮ اﻟﻰ اﺭْﺗِﻔَﺎﻉ اﻟﺸَّﻤْﺲ ﻓِﻲ ﺗَﻜْﺮِﻳﺮ ﺗﻼﻭﺗﻬﺎ

Saya mendengar apa yang ia baca dan dzikirnya. Saya melihat Ibnu Taimiyah membaca Surat Fatihah dan mengulang-ulang Fatihah, serta ia habiskan keseluruhan waktu yakni sejak Fajar hingga terbit matahari untuk mengulang Fatihah

ﻓﻔﻜﺮﺕ ﻓِﻲ ﺫَﻟِﻚ ﻟﻢ ﻗﺪ ﻟﺰﻡ ﻫَﺬِﻩ اﻟﺴُّﻮﺭَﺓ ﺩﻭﻥ ﻏَﻴﺮﻫَﺎ ﻓَﺒَﺎﻥ ﻟﻲ ﻭَاﻟﻠﻪ اﻋْﻠَﻢ اﻥ ﻗَﺼﺪﻩ ﺑﺬﻟﻚ اﻥ ﻳﺠﻤﻊ ﺑﺘﻼﻭﺗﻬﺎ ﺣِﻴﻨَﺌِﺬٍ ﺑَﻴﻦ ﻣَﺎ ﻭﺭﺩ ﻓِﻲ اﻻﺣﺎﺩﻳﺚ ﻭَﻣَﺎ ﺫﻛﺮﻩ اﻟْﻌﻠﻤَﺎء ﻫَﻞ ﻳﺴْﺘَﺤﺐّ ﺣِﻴﻨَﺌِﺬٍ ﺗَﻘْﺪِﻳﻢ اﻻﺫﻛﺎﺭ اﻟْﻮَاﺭِﺩَﺓ ﻋﻠﻰ ﺗِﻼَﻭَﺓ اﻟْﻘُﺮْﺁﻥ اَﻭْ اﻟْﻌَﻜْﺲ 

Saya berfikir tentang hal itu mengapa Ibnu Taimiyah selalu membaca Surat Fatihah bukan Surat yang lainn? Akhirnya menjadi jelas bagi saya, Wallahu A'lam, bahwa tujuan Ibnu Taimiyah adalah memadukan dalil hadis antara mendahulukan dalil dzikir yang datang dari Nabi ataukah membaca Al-Qur'an, maupun sebaliknya

ﻓﺮاﻯ ﺭَﺿِﻲ اﻟﻠﻪ ﻋَﻨﻪُ اﻥ ﻓِﻲ اﻟْﻔَﺎﺗِﺤَﺔ ﻭﺗﻜﺮاﺭﻫﺎ ﺣِﻴﻨَﺌِﺬٍ ﺟﻤﻌﺎ ﺑَﻴﻦ اﻟْﻘَﻮْﻟَﻴْﻦِ ﻭﺗﺤﺼﻴﻼ ﻟﻠﻔﻀﻴﻠﺘﻴﻦ ﻭَﻫَﺬَا ﻣﻦ ﻗُﻮَّﺓ ﻓﻄﻨﺘﻪ ﻭﺛﺎﻗﺐ ﺑﺼﻴﺮﺗﻪ

Maka Ibnu Taimiyah berpendapat bahwa membaca Surat Fatihah dan mengulangi Fatihah adalah bentuk mengamalkan 2 pendapat dan meraih 2 keutamaan pahala. Hal ini adalah karena kecerdasan Ibnu Taimiyah dan tajamnya mata hatinya (Al-A'lam Al-Aliyah Fi Manaqib Ibni Taimiyah 1/38)

Jika anda membidahkan baca Fatihah setelah Shalat maka bidahkan dulu Syekh Ibnu Taimiyah, yang mereka sebut dengan Syaikhul Islam. Dan ingat semua Bid'ah adalah sesat. Mungkinkah Ibnu Taimiyah yang mereka puja itu melakukan Bid'ah yang sesat?

Kamis, 19 Desember 2019

PERBANYAKLAH MENGINGAT MATI

Mengingat Mati sebenarnya suatu yang dituntut pada setiap orang. Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ

“Perbanyaklah mengingat pemutus kelezatan” (HR. An Nasai no. 1824, Tirmidzi no. 2307 dan Ibnu Majah no. 4258 dan Ahmad 2: 292.),

 Yang dimaksud adalah kematian. Kematian disebut haadzim (pemutus) karena ia menjadi pemutus kelezatan dunia.

عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّهُ قَالَ : كُنْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَجَاءَهُ رَجُلٌ مِنَ الأَنْصَارِ فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- ثُمَّ قَالَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ الْمُؤْمِنِينَ أَفْضَلُ قَالَ : « أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا ». قَالَ فَأَىُّ الْمُؤْمِنِينَ أَكْيَسُ قَالَ : « أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا أُولَئِكَ الأَكْيَاسُ ».

Dari Ibnu ‘Umar, ia berkata, “Aku pernah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu seorang Anshor mendatangi beliau, ia memberi salam dan bertanya, “Wahai Rasulullah, mukmin manakah yang paling baik?” Beliau bersabda, “Yang paling baik akhlaknya.” “Lalu mukmin manakah yang paling cerdas?”, ia kembali bertanya. Beliau bersabda, “Yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling baik dalam mempersiapkan diri untuk alam berikutnya, itulah mereka yang paling cerdas.” (HR. Ibnu Majah no. 4259).

Kita juga dapat mengambil pelajaran dari ayat,

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ

“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS. Al Mulk: 2). 

Dalam Tafsir Al Qurthubi disebutkan bahwa As Sudi berkata mengenai ayat ini, yang dimaksud orang yang paling baik amalnya adalah yang paling banyak mengingat kematian dan yang yang paling baik persiapannya menjelang kematian. Ia pun amat khawatir menghadapinya.

Faedah Mengingat Mati

1- Mengingat kematian adalah termasuk ibadah tersendiri, dengan mengingatnya saja seseorang telah mendapatkan ganjaran karena inilah yang diperintahkan oleh suri tauladan kita, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

2- Mengingat kematian membantu kita dalam khusyu’ dalam shalat. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

اذكرِ الموتَ فى صلاتِك فإنَّ الرجلَ إذا ذكر الموتَ فى صلاتِهِ فَحَرِىٌّ أن يحسنَ صلاتَه وصلِّ صلاةَ رجلٍ لا يظن أنه يصلى صلاةً غيرَها وإياك وكلَّ أمرٍ يعتذرُ منه

“Ingatlah kematian dalam shalatmu karena jika seseorang mengingat mati dalam shalatnya, maka ia akan memperbagus shalatnya. Shalatlah seperti shalat orang yang tidak menyangka bahwa ia masih punya kesempatan melakukan shalat yang lainnya. Hati-hatilah dengan perkara yang kelak malah engkau meminta udzur (meralatnya) (karena tidak bisa memenuhinya).” (HR. Ad Dailami )

3- Mengingat kematian menjadikan seseorang semakin mempersiapkan diri untuk berjumpa dengan Allah. Karena barangsiapa mengetahui bahwa ia akan menjadi mayit kelak, ia pasti akan berjumpa dengan Allah. Jika tahu bahwa ia akan berjumpa Allah kelak padahal ia akan ditanya tentang amalnya didunia, maka ia pasti akan mempersiapkan jawaban.

4- Mengingat kematian akan membuat seseorang memperbaiki hidupnya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أكثروا ذكر هَاذِمِ اللَّذَّاتِ فإنه ما ذكره أحد فى ضيق من العيش إلا وسعه عليه ولا فى سعة إلا ضيقه عليه

“Perbanyaklah banyak mengingat pemutus kelezatan (yaitu kematian) karena jika seseorang mengingatnya saat kehidupannya sempit, maka ia akan merasa lapang dan jika seseorang mengingatnya saat kehiupannya lapang, maka ia tidak akan tertipu dengan dunia (sehingga lalai akan akhirat).” (HR. Ibnu Hibban dan Al Baihaqi)

5- Mengingat kematian membuat kita tidak berlaku zholim. Allah Ta’ala berfirman,

أَلَا يَظُنُّ أُولَئِكَ أَنَّهُمْ مَبْعُوثُونَ

“Tidaklah orang-orang itu menyangka, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan.” (QS. Al Muthoffifin: 4). 

Ayat ini dimaksudkan untuk orang-orang yang berlaku zholim dengan berbuat curang ketika menakar. Seandainya mereka tahu bahwa besok ada hari berbangkit dan akan dihisab satu per satu, tentu mereka tidak akan berbuat zholim seperti itu.

Semoga kita semua di wafatkan dalam keadaan husnul khatimah.

SESUAI YANG DIINGINKANNYA


Nilai seseorang adalah sesuai dengan apa-apa yang diinginkannya.
Ibnu Rajab al-Hanbaly rahimahullah berkata:

قيمة كل إنسان ما يطلب، فمن كان يطلب الدنيا فلا أدنى منه فإن الدنيا دنية.

"Nilai setiap orang tergantung pada hal-hal yang menjadi keinginannya, jadi siapa yang keinginannya adalah dunia maka tidak ada yang lebih rendah darinya, karena sesungguhnya dunia ini adalah sesuatu yang rendah."

(Lathaiful Ma’arif, hlm. 245)

Ibnul Qayyim Al-Jauziyah mengatakan:

الدنيا كالظل لو لاحقتها تهرب منك و لو اعطيتها ظهرك تلاحقك.

"Dunia itu ibarat bayangan, bila kau kejar, dia akan lari darimu. Tapi bila kau palingkan badanmu, dia tak punya pilihan lain kecuali mengikutimu".

Apa yang dikatakan Ibnul Qayyim di atas selaras dengan Sabda Nabi Shallallahu alaihi wasallam berikut ini:

مَنْ كَانَتِ الْآخِرَةُ هَمَّهُ جَعَلَ اللهُ غِنَاهُ فِي قَلْبِهِ وَجَمَعَ لَهُ شَمْلَهُ وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ، وَمَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ جَعَلَ اللهُ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ وَفَرَّقَ عَلَيْهِ شَمْلَهُ وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلَّا مَا قُدِّرَ لَهُ

“Siapa yang obsesi hidupnya akhirat, maka Allah Azza wa Jalla akan menjadikan kekayannya berada di dalam hatinya, menyatukan urusannya, dan dunia datang kepadanya dalam keadaan tunduk. Sebaliknya, siapa yang menjadikan dunia sebagai obsesinya, maka Allah Azza wa Jalla  akan meletakkan kefaqiran di depan kedua matanya, Dia akan mencerai-beraikan urusannya, sementara dunia tidak mendatanginya kecuali sebatas apa yang telah ditakdirkan baginya.”

(HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Setiap penggalan episode kehidupan selalu menyajikan pilihan-pilihannya sendiri. 
Di sini kita hanya punya dua pilihan, mengejar bayangan semu atau berbalik menuju kepastian. Tak ada pilihan ketiga, sebab kita tak mungkin berhenti, karena dengan berhenti itu artinya kita telah memilih untuk binasa. 
Teruslah melangkah maju... 
Sesekali lihatlah bayang itu, karena Allah Azza wa Jalla berfirman:

وَابْتَغِ فِيمَا آَتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآَخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah Azza wa Jalla  kepadamu (berupa kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu 
dari (kenikmatan) duniawi”. 

(QS. Al Qashshash: 77) 

Al-Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah berkata:

‏«الدنيا دارُ عمل، والآخرةُ دار جزاء، فَمَنْ لم يعمل هنا؛ نَدُمَ هناك»

"Dunia ini adalah negeri untuk beramal, sedangkan akhirat adalah negeri balasan, maka siapa yang tidak beramal di sini, dia pasti akan menyesal di sana."

(Az-Zuhd, karya al-Baihaqy, No. 725).

Kita diperintahkan untuk senantiasa bersyukur kehadirat Allah Azza wa Jalla atas segala nikmat yang telah diberikan kepada kita. Syukur inilah yang kita buktikan dengan taqwa sebagaimana yang Allah perintahkan,

‎يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah sebenar-benar taqwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” 

(QS. Ali Imran: 102). 

Karena hakikat syukur adalah menjalankan ketaatan dan menjauhi maksiat sebagaimana kata Abu Hazim mengenai syukur dengan anggota badan adalah,

‎أَنْ تُكَفَّ عَنِ المَعَاصِي ، وَتُسْتَعْمَلَ فِي الطَّاعَاتِ

“Engkau tahan anggota badanmu dari maksiat dan engkau tinggalkan dalam ketaatan pada Allah.” 

(Jami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 2:84).

Adapun tanda-tanda orang cinta dunia adalah gila harta, gila jabatan, gila kehormatan, gila ketenaran; hidup mewah dengan pakaian, makanan dan minuman; waktunya sibuk mengejar dunia; ia mengejar dunia lewat amalan akhirat; juga lalai dari ibadah...

Orang yang cinta dunia bisa saja mengorbankan agama dan lebih memilih kekafiran. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‎بَادِرُوا بِالأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِى كَافِرًا أَوْ يُمْسِى مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا

“Bersegeralah melakukan amalan shalih sebelum datang fitnah (musibah) seperti potongan malam yang gelap. Yaitu seseorang pada waktu pagi dalam keadaan beriman dan di sore hari dalam keadaan kafir. Ada pula yang sore hari dalam keadaan beriman dan di pagi hari dalam keadaan kafir. Ia menjual agamanya karena sedikit dari keuntungan dunia.” 

(HR. Muslim no. 118)

Para pecinta dunia menjadikan hati lalai dari mengingat akhirat sehingga kurang dalam beramal shalih.
Dari Abu Musa Al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‎مَنْ أَحَبَّ دُنْيَاهُ أَضَرَّ بِآخِرَتِهِ وَمَنْ أَحَبَّ آخِرَتَهُ أَضَرَّ بِدُنْيَاهُ فَآثِرُوا مَا يَبْقَى عَلَى مَا يَفْنَى

“Siapa yang begitu gila dengan dunianya, maka itu akan memudaratkan akhiratnya. Siapa yang begitu cinta akhiratnya, maka itu akan mengurangi kecintaannya pada dunia. Dahulukanlah negeri yang akan kekal abadi (akhirat) dari negeri yang akan fana (dunia).” 

(HR. Ahmad, 4:412. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa hadits ini hasan lighairihi.)

Dalam surat Adz-Dzariyat juga disebutkan,

‎قُتِلَ الْخَرَّاصُونَ (10) الَّذِينَ هُمْ فِي غَمْرَةٍ سَاهُونَ (11)

“Terkutuklah orang-orang yang banyak berdusta, (yaitu) orang-orang yang terbenam dalam kebodohan yang lalai.” 

(QS. Adz-Dzariyat: 10-11)

Yang dimaksud “alladzina hum fii ghamrah” adalah mereka buta dan jahil akan perkara akhirat. “Saahun” berarti lalai. As-sahwu itu berarti lalai dari sesuatu dan hati tidak memperhatikannya. Sebagaimana hal ini ditafsirkan dalam Zaad Al-Masir karya Ibnul Jauzi.

Cinta dunia juga akan menjadikan seseorang kurang mendapatkan kelezatan ketika berdzikir.
Di dalam Majmu’ah Al-Fatawa (9:312), Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menyebutkan perkataaan ulama Syam yaitu Sulaiman Al-Khawwash, “Dzikir bagi hati kedudukannya seperti makanan untuk badan. Ketika badan sakit, tentu seseorang sulit merasakan lezatnya makanan. Demikian pula untuk hati tidak bisa merasakan nikmatnya dzikir ketika seseorang terlalu cinta dunia.”

Saudaraku,
Orang yang mengejar dunia urusannya akan jadi sulit. Berbeda jika seseorang mengutamakan akhirat.  Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‎مَنْ كَانَتِ الآخِرَةُ هَمَّهُ جَعَلَ اللَّهُ غِنَاهُ فِى قَلْبِهِ وَجَمَعَ لَهُ شَمْلَهُ وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِىَ رَاغِمَةٌ وَمَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ جَعَلَ اللَّهُ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ وَفَرَّقَ عَلَيْهِ شَمْلَهَ وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلاَّ مَا قُدِّرَ لَهُ

“Barangsiapa yang niatnya adalah untuk menggapai akhirat, maka Allah akan memberikan kecukupan dalam hatinya, Dia akan menyatukan keinginannya yang tercerai berai, dunia pun akan dia peroleh dan tunduk hina padanya. Barangsiapa yang niatnya adalah untuk menggapai dunia, maka Allah akan menjadikan dia tidak pernah merasa cukup, akan mencerai beraikan keinginannya, dunia pun tidak dia peroleh kecuali yang telah ditetapkan baginya.” 

(HR. Tirmidzi, no. 2465. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.)
 
Agar kita terhindar dari cinta dunia maka kita harus yakin dunia itu fana dibanding akhirat yang kekal abadi. Kita harus senantiasa _qana’ah_ (menerima) dengan apa saja yang Allah Azza wa Jalla telah berikan. Kita harus mendahulukan ridha Allah Azza wa Jalla daripada hawa nafsu dan kepentingan dunia, karena akan memperoleh kenikmatan begitu banyak di surga.
 
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‎الدُّنْيَا سِجْنُ الْمُؤْمِنِ وَجَنَّةُ الْكَافِرِ

“Dunia adalah penjara bagi orang beriman dan surga bagi orang kafir.” 

(HR. Muslim, no. 2392)

Al-Munawi rahimahullah dalam Mirqah Al-Mafatih menjelaskan, “Dikatakan dalam penjara karena orang mukmin terhalang untuk mengumbar syahwat yang diharamkan. Sedangkan keadaan orang kafir adalah sebaliknya sehingga seakan-akan ia berada di surga.”

Semoga Allah Azza wa Jalla  mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah untuk senantiasa qana'ah, tidak silau dengan gemerlap kehidupan dunia yang fana ini...
Aamiin Ya Rabb.

Wallahua'lam bishawab
FB- Pecinta Habaib

Kisah Imam Husain Kecil

Pada Masa kanak kanaknya Imam Al-Husain Seringkali ke Masjid dan duduk di bawah mimbar Rasulullah serta menghafalkan segala yang Nabi Muhammad khutbahkan, kemudian Al Husain kecil pulang dan menceritakan kepada Ibundanya Sayyidah Fathimah Az-Zahra.

Suatu kali Ibundanya menyiapkan satu kursi dan mendudukkan Al Husain di kursi itu seraya berkata,
Baiklah anakku sayang berceramahlah seperti kakekmu"

Al Husain kecil pun menjelaskan apa yang dikatakan kakeknya Nabi Muhammad ﷺ di Masjid dengan gaya bahasa yang sama.

Sayyidah Fathimah Az-Zahra pun bersyair tentangnya,
"Engkau serupa dengan ayahku engkau tak mirip dengan Ali"

Imam Ali yang mendengar syair Istri tercintanya pun tersenyum.

Suatu ketika Sayyidah Fathimah Az-Zahra bercerita kepada Ayahandanya perihal keindahan tutur kata Al Husain hingga Nabi Muhammad pun ingin menyaksikan dan mendengar langsung ceramah cucunya tersebut namun Beliau berkata kepada putrinya,
"Barangkali dia akan malu jika melihatku"

Karenanya Nabi berencana bersembunyi di balik tirai untuk menyaksikan dan mendengarkan ceramah cucunya

Nabi pun bersembunyi di balik tirai dan Sayyidah Fathimah mempersiapkan Al Husain untuk berceramah.

Namun sungguh tak seperti biasanya hingga Sayyidah Fathimah Az-Zahra pun heran ketika menyaksikan putra kecilnya Al Husain hanya berdiam diri tanpa sepatah kata yang keluar dari lisan mungilnya. 
Lidah Al Husain seolah kaku dan tak mampu berucap apapun hingga As-Sayyidah Fathimah Az-Zahra sangat Heran dan menanyakan keadaan putranya tersebut,
"Apa yang terjadi wahai anakku sayang?" _

Al Husain menjawab keheranan ibunya,
"Janganlah heran wahai ibuku, lidahku tak mampu bergerak karena ada pribadi agung yang berada dibalik tirai.Jika seluruh ahli dan pembicara di seluruh dunia berkumpul pun niscaya mulut mulut mereka akan terkunci dihadapan Beliau." Mendengar ini Rasulullah yang berada di balik tirai keluar dan memeluk cucunya Al Husain. 
اللهمَّ صلِّ على سيِّدنا محمَّد وعلى آلِ سيِّدنا محمَّد .

Habib Ahmad bin Hasan Al Athos

Kamu bukan siapa-siapa dihadapan orang tidak mengenalmu

Seorang santri sedang membersihkan aquarium gurunya, ia memandang ikan arwana dengan takjub. Tak sadar gurunya sudah berada di belakangnya.

"Kamu tahu berapa harga ikan itu?". Tanya sang guru.

"Tidak tahu". Jawab si murid.

"Coba tawarkan kepada tetangga sebelah!!". Perintah sang guru.

Ia memfoto ikan itu dan menawarkan ke tetangga. Kemudian kembali menghadap sang guru.

"Ditawar berapa nak?" tanya sang guru.

"50.000 Rupiah guru". Jawab si murid mantap.

"Coba tawarkan ke toko ikan hias!!". Perintah sang guru lagi.

"Baiklah guru". Jawab si murid. Kemudia ia beranjak ke toko ikan hias.

"Berapa ia menawar ikan itu?". Tanya sang guru.

"800.000 Rupiah guru". Jawab si murid dengan gembira, ia mengira sang guru akan melepas ikan itu.

"Sekarang coba tawarkan ke Si Fulan, bawa ini sebagai bukti bahwa ikan itu sudah pernah ikut lomba". Perintah sang guru lagi.

"Baik guru". Jawab si murid. Kemudian ia pergi menemui si Fulan yang dikatakan gurunya. Setelah selesai, ia pulang menghadap sang guru.

"Berapa ia menawar ikannya?".

"15 juta Rupiah guru".

Ia terkejut sendiri menyaksikan harga satu ikan yang bisa berbed-beda.

"Nak, aku sedang mengajarkan kepadamu bahwa kamu hanya akan dihargai dengan benar ketika kamu berada di lingkungan yang tepat".

"Oleh karena itu, jangan pernah kamu tinggal di tempat yang salah lalu marah karena tidak ada yang menghargaimu. Mereka yang mengetahui nilai kamu itulah yang akan selalu menghargaimu".

يسقى بماء واحد.

Rabu, 04 Desember 2019

JANGAN SOMBONG



قال الحبيب علوي بن شهاب

Alhabib Alwi bin Syahab berkata :

لا احد يغتر بمكانه يقول انا في تريم
شوفوا ادم كان في الجنه بس عصى الله ونزل للارض

Jangan ada di antara kalian ada yang tertipu dengan merasa sombong mengatakan aku ada di kota Tarim..
Cuba kalian lihat Nabi Adam dulu ada di Syurga akan tetapi bermaksiat sehingga Allah turunkan ke bumi..

ولا احد يغتر بعلم
شوفوا بلعم بن باعورا كان عالم بس مانفعه علمه

Jangan kalian merasa sombong dengan ilmu..
Cuba kalihan lihat Bal'am bin Ba'uroh dahulu orang yang sangat alim akan tetapi tidak memberikan manfaat ilmunya..

ولا احد يغتر بنسب
شوفوا ابن نوح هلك مع انه ابن نبي

Jangan kalian merasa sombong dengan garis keturunan..
Cuba kalian lihat putera Nabi Nuh celaka sedangkan ia adalah anak seorang Nabi..

ولا برويته للصالحين
فابو جهل وابو لهب راو النبي صل الله عليه وسلم ولا نفعهم ذالك

Jangan juga engkau sombong kerana pernah melihat orang sholeh..
Kerana Abu Jahal dan Abu Lahab mereka melihat Nabi ﷺ akan tetapi tidak memberikan manfaat bagi mereka..

ولا احد يغتر بكثره عبادته
شوفوا ابليس ماترك شبر في الارض الا سجد عليها ومانفغه ذالك

Jangan sekali-kali kalian tertipu dengan banyaknya ibadah..
Kerana iblis tidak pernah melewatkan sejengkal dari bumi kecuali pernah ia gunakan untuk bersujud, akan tetapi tidak memberikan manfaat atasnya..

يالله بالتوفيق حتى نفيق ونلحق الفريق

Mudah mudahan kita mendapat taufiq sehingga kita di golongkan dengan orang-orang sholeh..
.

*(Photo ilustrasi Alhabib Abdullah Bin Syihab)

Minggu, 01 Desember 2019

NABI MUHAMMAD BUKAN MANUSIA BIASA


Beberapa kalangan menyebarkan pemahaman bahwa Nabi Muhammad SAW adalah manusia biasa sama seperti manusia pada umumnya. Argumentasi mereka adalah dalil Al-Qur’an Surat al-Kahf:

قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَىٰ إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ

“Katakanlah (wahai Nabi), bahwasanya aku adalah manusia seperti kalian, dan bahwasanya Tuhan kalian adalah Tuhan yang Satu…”(Surat Al-Kahfi 110)

Atas dasar itu, mereka melarang penambahan kata “sayyidina” di depan nama Nabi Muhammad, dengan alasan beliau adalah manusia biasa.

Argumentasi di atas, perlu dipertanyakan jika dikaitkan dengan dalil surat al-Ahzab berikut ini:

Nabi itu lebih utama bagi orang-orang mukmin dibandingkan diri mereka sendiri (Qs 33:6)

BAHKAN baru-baru ini , beredar kabar ada ceramah seseorang yang mengatakan NABI itu lahir seperti bayi-bayi biasa, masa kecilnya dekil tidak terawat, maklum karena ikut kakeknya.
ASTAGHFIRULLAH ! 

Kami sangat tidak percaya kalau omongan naif seperti bisa keluar dari seorang tokoh, sebab seorang tokoh agama pasti mengerti adab bertatakrama kepada siapapun, apalagi ketika menceritakan sirah nabi yang di mulia-kan Allah.

Entah kenapa beberapa kalangan sering keBablasan. Menceritakan sirah mulia Nabi seakan-akan tidak ada penghormatannya.

Jika Allah Ta'ala saja yang Maha Agung memuliakan Nabi Muhammad SAW, lantas bagaimana kita sebagai hamba Allah yang hina dina ini ?

Apakah keutamaan yang dimiliki Nabi itu dikarenakan beliau adalah seorang Nabi ataukah keutamaan itu tidak ada hubungannya dengan keadaan beliau sebagaimana manusia?

Menjawab pertanyaan itu, kita perlu pertimbangkan keistimewaan yang Allah berikan kepada Nabi Yahya dan Nabi Isa sejak mereka berdua dilahirkan:

وَسَلَامٌ عَلَيْهِ يَوْمَ وُلِدَ وَيَوْمَ يَمُوتُ وَيَوْمَ يُبْعَثُ حَيًّا

“Dan kesejahteraan bagi dirinya (Yahya) pada hari lahirnya, pada hari wafatnya, dan pada hari dia dibangkitkan hidup kembali”(Surat Maryam 15)

وَالسَّلَامُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدْتُ وَيَوْمَ أَمُوتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيًّا

“Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku (Isa putera Maryam), pada hari kelahiranku, pada hari wafatku, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.”(Surat Maryam 33)

Tentu saja, keistimewaan itu juga diberikan kepada Nabi Muhammad SAW. Karena di dalam surat Al-Baqarah disebutkan:

آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ ۚ كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ ۚ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۖ غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِير

“Rasul (Muhammad) beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya (Al-Qur’an) dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semua beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka berkata), “Kami tidak membeda-bedakan seorang pun dari rasul-rasul-Nya.” Dan mereka berkata, “Kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami Ya Tuhan kami, dan kepada-Mu tempat (kami) kembali.”(Surat Al-Baqarah 285)

Semua Nabi dan Rasul diberikan keistimewaan masing-masing. Sehingga keistimewaan itu melekat kepada pribadi mereka.

Kembali kepada pernyataan bahwa Nabi Muhammad bukanlah manusia biasa. Kita dapat memahaminya dari hadits berikut:

وعن أبي هريرة رضي الله عنه قال نهى رسول الله عليه وسلم عن الوصال. فقال رجل من المسلمين فإنك تواصل يا رسول الله؟ فقال وأيكم مثلي؟ إني أبيت ربي ويسقني…متفق عليه

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, ia berkata “Rasulullah SAW melarang puasa wishal (bersambung tanpa makan). Lalu ada seseorang bertanya, “Tetapi baginda sendiri berpuasa wishal wahai Rasul Allah?” Beliau menjawab, “Siapa di antara kalian yang seperti aku?” Aku bermalam dan Tuhanku memberi aku makan dan minum…”(muttafa ‘alayhi, hadits nomor 682 dalam Bulugh ul-Maram)

Mari kita sorot kalimat berikut:

وأيكم مثلي؟ إني أبيت ربي ويسقني

“Siapa di antara kalian yang seperti aku?” Aku bermalam dan Tuhanku memberi aku makan dan minum..”.

Bukankah di dalam kalimat ini terkandung keistimewaan Nabi secara fisik, daripada manusia biasa pada umumnya? Jika beliau memang manusia biasa, tentu Allah tidak akan memberi beliau makan dan minum seperti yang beliau katakan di dalam hadits. Karena beliau bukan manusia biasa, menambahkan kata “sayyidina” sebelum nama beliau merupakan sebuah kepantasan. Dan itu pun dikuatkan oleh ucapan beliau sendiri:

انا سيد ولد ادم يوم القيامة ولا فخر

“Aku adalah sayyid (pemimpin) anak-anak keturunan Adam nanti pada hari kiamat, bukan untuk membanggakan diri” (HR: al-Bukhari)

Yang menjadi pertanyaan kemudian, jika ada orang yang tidak mau menyebut Nabi dengan sebutan sayyid padahal dia tahu bahwa Nabi adalah pemimpin seluruh manusia, siapa sebenarnya yang memimpin mereka?

يَوْمَ نَدْعُو كُلَّ أُنَاسٍ بِإِمَامِهِمْ ۖ فَمَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ فَأُولَٰئِكَ يَقْرَءُونَ كِتَابَهُمْ وَلَا يُظْلَمُونَ فَتِيلًا

“(Ingatlah), pada hari (ketika) Kami panggil setiap umat dengan pemimpinnya; dan barang siapa diberikan catatan amalnya di tangan kanannya mereka akan membaca catatannya (dengan baik), dan mereka tidak akan dirugikan sedikit pun.” (Surat Al-Isra’ 71).

 Imam Al-Bushiri dalam gubahannya berkata :
ﻣﺤﻤﺪ ﺑﺸﺮ ﻭﻟﻴﺲ ﻛﺎﻟﺒﺸﺮ ..
ﻣﺤﻤﺪ ﻳﺎﻗﻮﺗﺔ ﻭﺍﻟﻨﺎﺱ ﻣﻦ ﺣﺠﺮ..

Nabi Muhammad memang manusia, akan tetapi tidak seperti manusia biasa - Nabi Muhammad adalah ibarat permata sedangkan manusia hanya bebatuan saja.

محمد سيد الكونين والثقلين ۞  والفريقين من عرب ومن عجمِ

“Muhammad saw adalah pemimpin dunia dan akhirat. Pemimpin jin dan manusia, juga pemimpin bangsa arab maupun ajam (non-Arab)”

هو الحبيب الذي ترجى شفاعته ۞ لكل هولٍ من الأهوال مقتحم

“Muhammad kekasih Allah syafa’atnya selalu diharapkan. Di hari yang sangat mencekam. Hari Kiamat yang menakutkan”.

PELAJARAN untuk kita semua, setinggi apapun ilmu agama kita, kalau kita tidak berakhlak kepada Baginda Mulia Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam, semua hanya sia-sia bahkan pasti akan jatuh kelembah kenistaan yang paling hina.