Abdul Hamid Aly

Rindu ini selalu milikmu Yaa Rosuul

Save Muslim Muslimah

Saling berpesan kepada hal kebenaran dan kesabaran

KH. M. Ali Bahruddin

Pesantren At-taqwa Pasuruan (Keluarga Jam'iyyah Thoriqoh Al-Mu'tabaroh Qodiririyyah wa Naqsyabandiyah).

Nahdlatul Ulama'

Ahlus Sunnah wal Jama'ah An-Nahdliyyah.

Diamond Class

Alhamdulillah ala kulli chaal.

Rabu, 20 November 2019

Akibat tidak dapat Ridho Guru


Habib Abdullah Asy Syathiri, Hadramaut, Yaman pernah mempunyai seorang murid yang cerdas, sajian ceramahnya indah. Setiap kali si murid ini akan menyampaikan ceramah di suatu tempat, ia pasti menghadap terlebih dahulu kepada Habib Abdullah untuk meminta izin dan restu.  "Iya, saya kasih izin, semoga engkau dilimpahi keberkahan," kata Habib Abdullah.  Berbagai majelis didatangi oleh murid ini. 

Namun tiba satu waktu yang dilematis. Ia mendapat undangan mengisi ceramah dalam satu tempat, namun berbenturan dengan jadwal mengaji yang diasuh gurunya, Habib Abdullah. Timbul dalam hati si murid ini untuk membolos. "Ah, sesekaIi tak masalah lah kalau aku tidak masuk majelis taklim," pikirnya.  

Namun tidak seperti biasa, dalam pengajian Ribath Tarim ini, tiba-tiba Sang Guru, Habib Abdullah Asy-Syathiri mengabsen satu persatu nama murid hingga sampai pada panggilan nama seorang murid yang bolos tadi.  "Fulan bin Fulan," Panggil Habib Salim. "Maaf, dia tidak hadir Tuan Guru," kata salah satu murid yang duduk di majelis.  "Lho, ke mana dia?" tanya sang guru. "Dia mengisi ceramah di suatu tempat." "Kenapa dia tidak izin terlebih dahulu kepadaku? Aku tidak ridho dunia akhirat," tegas Habib Abdullah. 

Tiba-tiba si murid yang sedang memulai ceramah itu mendadak ia hanya bisa menyampaikan "amma ba'du, amma ba'du, amma ba'du", begitu terus tidak bisa menyampaikan ceramah satu patah kata pun sebagaimana biasanya.  

Setelah kejadian itu, si murid di kemudian hari hidupnya selalu terlunta-lunta, miskin dan tidak bisa cemerlang sebagaimana sebelumnya di mana ceramah agamanya nikmat dan ditunggu banyak orang. Ini hilang semua karena dia tidak mendapat ridho guru.  

(Ahmad Mundzir) Cerita ini disampaikan oleh KH Agus Reza Ahmad Zahid (Gus Reza Imam Yahya) dalam acara Haul Akbar Ngroto di Komplek Pesantren Miftahul Huda, Ngroto, Gubug, Grobogan, Jawa Tengah, Rabu (18/1/2017). 

Sumber: NU Online

Ridho Orang tua


Dari Abdullah bin ’Amru radhiallahu ‘anhuma, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

رِضَى الرَّبِّ فِي رِضَى الوَالِدِ، وَسَخَطُ الرَّبِّ فِي سَخَطِ الْوَالِدِ

“Ridha Allah tergantung pada ridha orang tua dan murka Allah tergantung pada murka orang tua” (Hasan. at-Tirmidzi : 1899,  HR. al-Hakim : 7249, ath-Thabrani  al-Bazzar : 2394)

Kandungan hadits

Pertama: Seorang anak wajib berusaha membuat orang tuanya ridha. Dalam hadits di atas, Rasulullah menyebutkan bahwa ridha Allah bergantung pada ridha orang tua. Sama halnya dengan mencari ridha Allah yang merupakan suatu kewajiban, demikian pula dengan mencari ridha orang tua;

Kedua: Haram melakukan segala sesuatu yang memancing kemarahan kedua orang tua. Sama halnya dengan mengundang kemarahan Allah yang merupakan suatu keharaman, demikian pula dengan melakukan sesuatu yang dapat memancing kemarahan mereka;

Ketiga: Terdapat hubungan sebab-musabab. Berbakti kepada orang tua merupakan sebab. Adapun ridha Allah dan ridha orang tua merupakan musabab.

Keempat: Sebagian ulama berpendapat keridhaan orang tua wajib diprioritaskan ketimbang melakukan amalan wajib yang hukumnya fardhu kifayah seperti jihad. Hal ini berdasarkan hadits Abdullah bin ‘Amru radhiallahu ‘anhuma, beliau mengatakan,

جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَاسْتَأْذَنَهُ فِي الجِهَادِ، فَقَالَ: «أَحَيٌّ وَالِدَاكَ؟»، قَالَ: نَعَمْ، قَالَ: «فَفِيهِمَا فَجَاهِدْ

“Seorang pria mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk meminta izin beliau agar diberangkatkan berjihad. Maka beliau bertanya,”Apakah kedua orang tua Anda masih hidup?” Pria tersebut menjawab,”Iya”. Maka Nabi pun berkata,”Berjihadlah dengan berbakti kepada keduanya.” (Shahih. HR. Bukhari :3004 dan Muslim : 5).

Kelima: Segala bentuk interaksi yang mampu mendatangkan ridha orang tua tercakup dalam pengertian berbakti kepada kedua orang tua. Demikian pula sebaliknya, segala bentuk interaksi yang mengundang kemurkaan mereka tercakup dalam tindakan durhaka kepada kedua orang tua;

Keenam: Mendatangkan keridhaan orang tua dengan cara menaati perintah mereka merupakan salah satu bentuk berbakti. Namun, hal tersebut memiliki batasan selama perintah mereka tidak bertentangan dengan perintah Allah. Apabila perintah keduanya bertentangan, maka wajib memprioritaskan ridha Allah di atas ridha makhluk;

Ketujuh: Ridha orang tua merupakan sebab terkabulnya do’a sang anak. Pelajaran ini dipetik dari kisah tabi’in, Uwais al-Qarni rahimahullah, di mana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda perihal diri beliau,

يَأْتِي عَلَيْكُمْ أُوَيْسُ بْنُ عَامِرٍ مَعَ أَمْدَادِ أَهْلِ الْيَمَنِ، مِنْ مُرَادٍ، ثُمَّ مِنْ قَرَنٍ، كَانَ بِهِ بَرَصٌ فَبَرَأَ مِنْهُ إِلَّا مَوْضِعَ دِرْهَمٍ، لَهُ وَالِدَةٌ هُوَ بِهَا بَرٌّ، لَوْ أَقْسَمَ عَلَى اللهِ لَأَبَرَّهُ، فَإِنِ اسْتَطَعْتَ أَنْ يَسْتَغْفِرَ لَكَ فَافْعَلْ

“Seorang bernama Uwais bin ‘Amir akan mendatangi kalian bersama rombongan orang-orang Yaman. Dia berasal dari Murad, kemudian dari Qarn. Dulu dia memiliki penyakit kulit kemudian sembuh kecuali satu bagian sebesar keping uang satu dirham. Dia memiliki seorang ibu dan sangat berbakti kepadanya. Seandainya dia meminta kepada Allah, maka akan dikabulkan. Jika anda mampu memintanya untuk mendoakan ampunan Allah bagimu, maka lakukanlah” (Shahih. HR. Muslim : 225).

Kedelapan: Ridha dan murka merupakan sifat Allah ta’ala. Wajib bagi setiap muslim menetapkan sifat yang ditetapkan Allah bagi diri-Nya sendiri sesuai dengan kesempurnaan dan keagungan Allah.

Senin, 18 November 2019

Ketenaranmu berkat orang lain

Ternyata untuk menjadi seorang yang terkenal tidak selamanya susah dan butuh modal besar. Di era digital dan serba canggih ini, semuanya berbeda dengan jadul (jaman dahulu), jika ingin populer harus masuk tv dulu. Sekarang semua jadi mudah dan murah. Cukup bermodal kamera hp lalu selfie atau groufie, kemudian diposting maka jadilah terkenal di dunia maya.

Sebenarnya untuk menjadi sosok terkenal tidak terbatas melalui media foto, bisa juga dengan melakukan sesuatu yang kontroversi maupun fenomenal. Misalnya mengeluarkan statement kontroversi, mengkritik seorang tokoh atau menantangnya berdebat.

Sebagaimana ungkapan: 
بُلْ عَلٰى زَمْزٌمَ تُعْرٌفْ
Kencingilah sumur zam-zam, maka kamu akan terkenal.

Ketika kita melakukan sesuatu yang lain drpd kebiasaan (yg mengherankan, mencengangkan, memiriskan sekalipun), maka tanpa disengaja kita akan dikenal. Namun bila kita memaksakan perbedaan itu, walau menurut agama tidak pantas, hanya utk terkenal, maka kita patut mjd orang yang dikasihani. 😔

Dan terkadang kita terkenal karena jasa atau pengorbanan orang yang ada di dekat kita. 
كَمْ مِنْ مَشْهُوْرٍ، بِبَرَكَةِ الْمَسْتُور
Banyak orang yang tenar berkat orang yang tersembunyi. 
Maka pandanglah mereka yang berkekurangan di dekat kita, disekitar kita, siapa tahu wasilah kewaro'annya, ketirakatannya, kesabarannya kita mendapat barokah shg mendpt nikmat.

كَمْ مِنْ مَشْهُورٍ فِي الأَرْضِ مَجْهُولٌ فِي السَّمَاءِ
Berapa banyak orang yang terkenal di bumi, tetapi tidak ada artinya di hadapan para Malaikat. 
Maka mari kita meneladani Uwais Alqorni, yang menjalani hidupnya didunia dg sederhana, berkhidmah, tp mjd sosok terkenal di langit dan dikenal para penghuninya. 

Sumber : IG Ning Nafa 

LAMARAN NIKAH


Merupakanelaziman bahwa sebelum acara pernikahan, terlebih dahulu dilaksanakan prosesi khitbah (melamar). Selain sebagai ajang perkenalan (ta’arruf), khitbah juga menjadi ajang silaturrahim antara kedua keluarga calon mempelai.

Dikutip dari karya Muhyiddin Abu Zakaria Yahya bin Syaraf al-Nawawi al-Dimasyqi, Al-Adzkâr al-Muntakhabah min Kalâmi Sayyid al-Abrâr, (Surabaya: Kharisma, 1998), hal. 283, berikut ini adalah doa yang sepatutnya diucapkan oleh seorang calon mempelai yang akan melaksanakan prosesi khitbah.

Diharapkan dengan doa ini, kita akan bisa mendapatkan pasangan yang baik bagi kita menurut Penglihatan Allah SWT. Sebaiknya doa ini dilafalkan oleh kita di malam sebelum khitbah sesudah terlebih dahulu melaksanakan shalat hajat dan shalat istikharah. Doa tersebut ialah:

اللَّهُمَّ إِنَّكَ تَقْدِرُ وَلآ أَقْدِرُ وَتَعْلَمُ وَلآ أَعْلَمُ وَأَنْتَ عَلاَّمُ الْغُيُوْبِ فَإِنْ رَأَيْتَ لِيْ فِيْ (.......) خَيْرًا فِى دِيْنِيْ وَآخِرَتِيْ فَاقْدِرْهَا لِيْ .
Allahumma innaka taqdiru wa lâ aqdiru wa lâ a’lamu wa anta ‘allâmul ghuyûbi. Fa in ra`aita lî fî (.....) khairan fî dînî wa âkhiratî faqdirhâ lî

“Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Men-takdir-kan, dan bukanlah aku yang men-takdir-kan. Dan (Engkau) Maha Mengetahui apa yang tidak kuketahui. Engkau Maha Mengetahui hal-hal yang ghaib. Maka jika Engkau melihat kebaikan antara diriku dan (..... [sebutkan nama calon pasangan bin/binti ayahnya]) untuk agama dan akhiratku, maka takdirkanlah aku bersamanya.”
.
Demikian doa sebelum khitbah ini. Semoga kita ditakdirkan oleh Allah mendapatkan pasangan yang baik untuk agama dan akhirat kita. Amin. Wallahu a’lam bi shawab.


(Muhammad Ibnu Sahroji)

***


Kapan mau khitbah, mblo? 😁

KEUNTUNGAN PENUNTUT ILMU YANG BELUM MENDAPATKAN ILMU

يُقَالُ مَنِ انْتَهَى إِلَى الْعَالِمِ، وَجَلَسَ مَعَهُ، وَلَا يَقْدِرُ عَلَى أَنْ يَحْفَظَ الْعِلْمَ، فَلَهُ سَبْعُ كَرَامَاتٍ
Dikatakan bahwa, seseorang yang pergi menuju orang alim, duduk bersamanya tetapi dia tidak mampu menghafalkan ilmu, maka orang tersebut masih mendapatkan tujuh kemuliaan.

أَوَّلُهَا: يَنَالُ فَضْلَ الْمُتَعَلِّمِينَ.
1. mendapatkan keutamaan orang-orang yang belajar.

وَالثَّانِي: مَا دَامَ جَالِسًا عِنْدَهُ كَانَ مَحْبُوسًا عَنِ الذُّنُوبِ وَالْخَطَأِ.
2. selama masih duduk bersama orang alim maka dia tercegah dari melakukan dosa dan kesalahan.

وَالثَّالِثُ: إِذَا خَرَجَ مِنْ مَنْزِلِهِ تَنْزِلُ عَلَيْهِ الرَّحْمَةُ.
3. ketika keluar dari rumahnya maka rahmat turun kepadanya.

وَالرَّابِعُ: إِذَا جَلَسَ عِنْدَهُ، فَتَنْزِلُ عَلَيْهِمُ الرَّحْمَةُ، فَتُصِيبُهُ بِبَرَكَتِهِمْ.
4. ketika dia duduk disamping orang alim maka rahmat turun kepada mereka dan diapun mendapatkan rahmat sebab berkah mereka.

وَالْخَامِسُ: مَا دَامَ مُسْتَمِعًا تُكْتَبُ لَهُ الْحَسَنَةُ.
5. selama masih mendengarkan maka ditulis kebaikan baginya.

وَالسَّادِسُ: تَحُفُّ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ بِأَجْنِحَتِهَا رِضًا وَهُوَ فِيهِمْ.
6. mereka dilindungi malaikat dengan sayap-sayapnya karena ridha dan orang tersebut juga bersama mereka.

وَالسَّابِعُ: كُلُّ قَدَمٍ يَرْفَعُهُ، وَيَضَعُهُ يَكُونُ كَفَّارَةً لِلذُّنُوبِ، وَرَفْعًا لِلدَّرَجَاتِ لَهُ، وَزِيَادَةً فِي الْحَسَنَاتِ
7. setiap langkah kakinya yang diangkat dan diletakkan maka menjadi penghapus bagi dosa-dosa, pengangkat derajat dan tambahan kebaikan baginya.
Wallahu A'laam Bis shawab.

Dinukil dari kitab Tanbihul Ghafilin karya 
Abul Laist Al Samarqand 

Percakapan antara Wahabi dan Aswaja

WAHABI: “Mengapa Anda mengerjakan Maulid. Padahal itu bid’ah.”

ASWAJA: “Maulid itu perbuatan baik, dan setiap kebaikan diperintah oleh agama untuk dikerjakan.”

WAHABI: “Mana dalilnya?.”

ASWAJA: “Allah SWT berfirman dalam al-Qur’an:

وَافْعَلُوا الْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

“Kerjakanlah semua kebaikan, agar kamu beruntung.” (QS. al-Hajj : 77). Maulid itu termasuk kebaikan, karena isinya sedekah, mempelajari sirah Nabi SAW dan membaca shalawat. Berarti masuk dalam keumuman perintah dalam ayat tersebut.”

WAHABI: “Itu kan dalil umum. Tolong carikan dalil khusus dalam al-Qur’an yang menganjurkan Maulid.”

ASWAJA: “Sebelum saya menjawab pertanyaan Anda, tolong jelaskan dalil anda yang melarang Maulid?”

WAHABI: “Dalil kami sangat jelas. Maulid itu termasuk bid’ah. Setiap bid’ah pasti sesat. Rasulullah SAW bersabda: “Kullu Bid’atin Dholalah.” Setiap bid’ah adalah sesat.”

ASWAJA: “Ah, kalau begitu dalil anda sama dengan dalil kami, sama-sama dalil umum. Yang saya minta adalah, jelaskan ayat atau hadits yang secara khusus melarang maulid.”

Sampai sini, ternyata si Wahabi mati kutu, dan tidak bisa menjawab. Akhirnya si Aswaja berkata: “Anda percaya kepada Syaikh Ibnu Taimiyah?”

WAHABI: “Ya tentu. Beliau itu Syaikhul Islam, ulama besar, dan inspirator dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab an-Najdi, panutan kami kaum Wahabi.”

ASWAJA: “Syaikh Ibnu Taimiyah, membenarkan dan menganjurkan Maulid, dalam kitabnya Iqtidha’ al-Shirath al-Mustaqim, hal. 621.” Lalu si Aswaja menunjukkan teks asli kitab tersebut. Akhirnya si Wahabi terkejut dan terperangah. Mukanya seketika menjadi pucat. Kitab tersebut, dia bolak balik, ternyata penerbitnya juga orang Wahabi di Saudi Arabia.

---

Untuk menolak perkataan sekelompok orang yang mengatakan bahwa perayaan Maulid Nabi dianggap Bid’ah ada beberapa dalil dalam kitab Allah yang menerangkan tentang hal di atas.

Dalil pertama:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ

Artinya: Dan kami tidak mengutus Engkau  (Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam. (Q.S. al-Anbiya’ ayat 7)

Dalil diatas menunjukkan bahwa Nabi Muhammad adalah Rahmat bagi seluruh alam dan  semua manusia.[1] demikian juga disabdakan oleh Nabi sendiri “aku diutus sebgai pembawa rahmat bukan diutus untuk melaknat” [2]. Dan Allah memberi izin bagi seluruh hambanya senang dan bergembira dengan lahirnya rahmat sebagaimana akan kami singgung pada dalil kedua.

Dalil kedua:
قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ

Artinya: Katakanlah (Muhammad) dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Itu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan. (Q.S. Yunus Ayat 58).

Dalam ayat di atas terdapat kata Fadzlillah dan kata Rahmat, tentang penafsiran kata tersebut kata Fadzlillah oleh ulama’ ditafsiri dengan Ilmu sedangkan kata Rahmat ditafsiri dengan Nabi Muhammad S.A.W,[3] dengan demikian mengindikasikan bahwa bergembira dengan kelahiran Nabi muhammad S.A.W bukanlah suatu yang bid’ah.

Dalil ketiga:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

Artinya: Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bersalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh kehormatan kepadanya. (Q.S. al-Ahzab 56)

Dalil yang krtiga ini merupakan sebuah tuntutan membaca shalawat dengan tuntutan secara syar’i.

Dalil keempat:
وَكُلًّا نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ وَجَاءَكَ فِي هَذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ

Artinya: Dan semua kisah Rasul-Rasul, kami ceritakan kepadamu (Muhammad), agar dengan kisah itu kami teguhkan hatimu, dan didalamnya telah diberikan kepadamu (segala) kebenaran, nasihat dan peringatan bagi orang yang beriman. (Q.S. Hud ayat 120).

Diceritakannya kisah-kisah Rasul dalam ayat di atas supaya kisah tersebut meneguhkan hati Nabi Muhammad S.A.W. sedangkan kita sebagai umatnya juga sangat butuh untuk meneguhkan hati kita melalui kisah-kisah tentang Nabi.

Kesimpulan dari dalil yang keempat adalah kita sebagai umat Nabi Muhammad butuh mengetahui kisah-kisah Nabi. Dari hal ini kebiasaan orang indonesia merayakan maulid Nabi dengan membaca kisah-kisahnya baik berupa kalam Natsar atau kalam kosidah untuk meneguhkan hati mereka.

Dalil kelima:
قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا أَنْزِلْ عَلَيْنَا مَائِدَةً مِنَ السَّمَاءِ تَكُونُ لَنَا عِيدًا لِأَوَّلِنَا وَآخِرِنَا وَآيَةً مِنْكَ وَارْزُقْنَا وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ

Artinya: “Isa putra Maryam berdoa, “Ya Tuhan kami, turunkanlah kepada kami hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami, yaitu bagi orang-orang yang sekarang bersama kami maupun yang datang setelah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau: berilah kami rezeki, dan Engkaulah sebaik-baik pemberi rezeki. (Q.S. al-Maidah ayat 114)

Dalam ayat diatas tertera lafal Maidah, ulama’ menafsirinya dengan makanan. Ayat ini menerangkan kisah Nabi Isa A.S yang meminta diturunkannya Maidah dari langit agar pada hari itu dijadikan sebuah perayaan besar bagi kaum Nabi Isa A.S dan kaum-kaum di setelahnya sebagai bentuk kegembiraan mereka.[4]

Penulis: Abd Mutollib (Kader Annajah Center Sidogiri)

Refrensi:

[1][1][1] Al-Qurtubi Abu Abdillah. Al-Jami’ al-Ahkam al- Qur,an, Dar al-Fikr. Juz 12 hal 35.

[2] As-suyuthi Jami’ as-Shaghir

[3] As-Suyuthi, Jalaluddin Abdurrahman, ad-Durrul mantsur, 1414 H/1993 M. Dar al-Fikr, juz 4 hal 367.

[4] Al-Quraisyi ad-dimsiqi Abi al-Fida’ Isma’il bin Katsir. Tafsir al-Qur’an al’Adzim. 1403 H/1983 M. Dar Al-Mufid. Juz 2 hal 108-109.

Sumber : FB Ala NU 

Minggu, 17 November 2019

KITA TIDAK AKAN HINA, HANYA MERENDAHKAN HATI KEPADA SESAMA



Tawadhu’ adalah sifat yang amat mulia, namun sedikit orang yang memilikinya. Ketika orang sudah memiliki gelar yang ternama, berilmu tinggi, memiliki harta yang mulia,namun sedikit yang memiliki sifat kerendahan hati, alias tawadhu’. Padahal kita seharusnya seperti ilmu padi, yaitu “kian berisi, kian merunduk”.

Dan tidaklah seseorang memiliki sifat tawadhu’ (rendah hati) karena Allah melainkan Allah akan meninggikannya.” (HR. Muslim no. 2588)

قال الحسن رحمه الله: هل تدرون ما التواضع؟ التواضع: أن تخرج من منزلك فلا تلقى مسلماً إلا رأيت له عليك فضلاً .
Al Hasan Al Bashri berkata, “Tahukah kalian apa itu tawadhu’? Tawadhu’ adalah engkau keluar dari kediamanmu lantas engkau bertemu seorang muslim. Kemudian engkau merasa bahwa ia lebih mulia darimu.”
يقول الشافعي: « أرفع الناس قدرا : من لا يرى قدره ، وأكبر الناس فضلا : من لا يرى فضله »
Imam Asy Syafi’i berkata, “Orang yang paling tinggi kedudukannya adalah orang yang tidak pernah menampakkan kedudukannya. Dan orang yang paling mulia adalah orang yang tidak pernah menampakkan kemuliannya.”
يقول بشر بن الحارث: “ما رأيتُ أحسنَ من غنيّ جالسٍ بين يدَي فقير”.
Basyr bin Al Harits berkata, “Aku tidaklah pernah melihat orang kaya yang duduk di tengah-tengah orang fakir.” Yang bisa melakukan demikian tentu yang memiliki sifat tawadhu’.

Wallahu A'laam Bis Shawab

Bersyukurlah atas ringan beratnya hidup.

Alkisah, hiduplah seorang penggembala miskin dengan anak laki-lakinya, dia hanya mempunyai satu kerbau yg sangat bagus nan gemuk. 

Oleh karena sehat dan bagus, kerbau milik si penggembala td banyak yg mentaksir untuk membeli dg harga yg mahal, akan tetapi dia tidak menjualnya. 

Lalu teman penggembala berkomentar, "sungguh rugi dirimu, kenapa tidak engkau jual kerbau itu untuk membuatmu jd kaya!"

Mendengar itu, Si penggembala diam. 

Beberapa hari kemudian, Kerbau milik penggembala itu hilang tanpa diketahui kemana. 

Dan temannya pun berkomentar lagi "Sungguh sial nasibmu, sudah miskin dan sekarang hartamu yg paling berharga telah hilang"

Si penggembala itu hanya diam. 

Beberapa hari kemudian kerbau td kembali lagi dg 5 ekor kerbau liar lainnya. Dan kini bertambahlah kerbau milik penggembala td. 

Teman2 penggembala itu berkomentar lagi "Beruntung nasibmu, kerbaumu telah kembali dan skrg bertambah 5"

Si penggembala diam saja.

Setelah itu, anak si penggembala td bermain dg menuggangi para kerbau, lalu terjatuh dan menyebabkan patah tulang di kakinya. 

Seperti biasa, teman2 nya berkomentar lg "Sungguh menyedihkan nasibmu, ternyata Kerbaumu membawa musibah bagi keluargamu"

Namun si penggembala tetap diam. 

Setelah beberapa hari, ada panggilan perang dr Raja pada waktu itu yg mengharuskan seluruh anak laki-laki ikut serta berperang. Oleh karena itu semua anak laki2 teman penggembala itu ikut berperang dan terbunuh semua. Kecuali anak si penggembala karena kakinya patah. 

Lagi, teman si penggembala td berkata "Sungguh mujur anakmu, dia tidak ikut peperangan karena kakinya, dan kami telah kehilangan anak-anak kami"

Dan akhirnya si penggembala menjawab"Janganlah engkau cepat menyimpulkan sesuatu dengan mengatakan nasib baik atau buruk. Semua itu adalah rangkaian proses yg belum selesai. Syukuri dan terima keadaan yg terjadi saat ini. Karena apa yg kelihatan baik saat ini belum tentu baik untuk masa mendatang, dan yg kelihatan jelek sekarang belum tentu jelek di hari esok juga. Namun yg pasti Allah SWT tau yg terbaik untuk kita. Tugas kita adalah mensyukuri Nikmat Allah swt bagaimanapun keadaannya, karena Allah swt pasti menyimpan sesuatu yg indah setelah kesulitan dan kesusahan itu. Mungkin yg di tunjukkan Allah bukanlah yg tercepat dan termudah akan tetapi percayalah, hal itu pasti yg terbaik dan terindah."

Edited version

Guru

Guru merupakan aspek besar dalam penyebaran ilmu, apalagi jika yang disebarkan adalah ilmu agama yang mulia ini. Para pewaris nabi begitu julukan mereka para pemegang kemulian ilmu agama. Tinggi kedudukan mereka di hadapan Sang Pencipta.

Ketahuilah saudaraku para pengajar agama mulai dari yang mengajarkan iqra sampai para ulama besar, mereka semua itu ada di pesan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam. Beliau bersabda,

ليس منا من لم يجل كبيرنا و يرحم صغيرنا و يعرف لعالمنا حقه

“Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda serta yang tidak mengerti hak ulama” (HR. Ahmad dan dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jami).

Tersirat dari perkatanya shallahu ‘alaihi wa salam, bahwa mereka para ulama wajib di perlakukan sesuai dengan haknya. Akhlak serta adab yang baik merupakan kewajiban yang tak boleh dilupakan bagi seorang murid.

Umar As-Sufyani Hafidzohullah mengatakan, “Jika seorang murid berakhlak buruk kepada gurunya maka akan menimbulkan dampak yang buruk pula, hilangnya berkah dari ilmu yang didapat, tidak dapat mengamalkan ilmunya, atau tidak dapat menyebarkan ilmunya. Itu semua contoh dari dampak buruk.”

Sahabat Abu Sa’id Al-Khudri Radhiallahu ‘anhu berkata,

كنا جلوساً في المسجد إذ خرج رسول الله فجلس إلينا فكأن على رؤوسنا الطير لا يتكلم أحد منا

“Saat kami sedang duduk-duduk di masjid, maka keluarlah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian duduk di hadapan kami. Maka seakan-akan di atas kepala kami terdapat burung. Tak satu pun dari kami yang berbicara” (HR. Bukhari).

Ibnu Abbas seorang sahabat yang ‘alim, mufasir Quran umat ini, seorang dari Ahli Bait Nabi pernah menuntun tali kendaraan Zaid bin Tsabit al-Anshari radhiallahu anhu dan berkata,

هكذا أمرنا أن نفعل بعلمائنا

“Seperti inilah kami diperintahkan untuk memperlakukan para ulama kami”.

Berkata Abdurahman bin Harmalah Al Aslami,

ما كان إنسان يجترئ على سعيد بن المسيب يسأله عن شيء حتى يستأذنه كما يستأذن الأمير

“Tidaklah sesorang berani bertanya kepada Said bin Musayyib, sampai dia meminta izin, layaknya meminta izin kepada seorang raja”.

Ar-Rabi’ bin Sulaiman berkata,

مَا وَاللَّهِ اجْتَرَأْتُ أَنْ أَشْرَبَ الْمَاءَ وَالشَّافِعِيُّ يَنْظُرُ إِلَيَّ هَيْبَةً لَهُ

“Demi Allah, aku tidak berani meminum air dalam keadaan Asy-Syafi’i melihatku karena segan kepadanya”.

Diriwayatkan oleh Al–Imam Baihaqi, Umar bin Khattab mengatakan,

تواضعوا لمن تعلمون منه

“ Tawadhulah kalian terhadap orang yang mengajari kalian”.

Al Imam As Syafi’i berkata,

كنت أصفح الورقة بين يدي مالك صفحًا رفيقًا هيبة له لئلا يسمع وقعها

“Dulu aku membolak balikkan kertas di depan Malik dengan sangat lembut karena segan padanya dan supaya dia tak mendengarnya”.

Abu ‘Ubaid Al Qosim bin Salam berkata, “Aku tidak pernah sekalipun mengetuk pintu rumah seorang dari guruku, karena Allah berfirman,

وَلَوْ أَنَّهُمْ صَبَرُوا حَتَّى تَخْرُجَ إِلَيْهِمْ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

“Kalau sekiranya mereka sabar, sampai kamu keluar menemui mereka, itu lebih baik untuknya” (QS. Al Hujurat: 5).

Sungguh mulia akhlak mereka para suri tauladan kaum muslimin, tidaklah heran mengapa mereka menjadi ulama besar di umat ini, sungguh keberkahan ilmu mereka buah dari akhlak mulia terhadap para gurunya.

Sumber : WA Dosen Nahdlatul ulama

Do’a yg belum dikabulkan


.
Imam Ibrahim bin Adham mengatakan jika do'a kita belum dikabulkan berarti hati kita mati dalam sepuluh hal:
.
1. Kita mengenal Allah, tapi tidak menunaikan hak-hakNya.

2. Kita membaca kitab Allah, tapi tidak mengamalkannya.

3. Kita mengaku mencintai Rosul Allah, tetapi tidak mengikuti Sunnahnya.

4. Kita mengaku benci kepada syaithon, tapi selalu menyetujuinya.

5. Kita yaqin mati itu pasti, tapi tidak pernah memersiapkannya.

6. Kita bilang takut neraka, tapi terus membiarkan diri kita ke sana.

7. Kita bilang mendambakan syurga, tapi tak pernah beramal untuknya.

8. Kita sibuk dengan aib-aib orang lain dan mengabaikan aib kita sendiri.

9. Kalian menikmati anugerah-anugerah Allah, tapi tidak mensyukurinya.

10. Kita setiap kali mengubur jenazah-jenazah, tapi tidak pernah menganbil pelajaran darinya.
.
📸: KH. Abdul Malik Kedungparuk Purwokerto Jateng @pp_banimalik dan Habib Ahmad Tempel Jogjakarta.
.
sumber : majalah santri

Sabtu, 16 November 2019

JANGAN MENURUTI HAWA NAFSU

KH. Bashori Alwi (Malang)

Hawa nafsu yang jelek bisa mengantarkan pada malas beribadah, juga bisa mengantarkan pada maksiat, dan amalan yang tidak ada tuntunan dalam islam , bahkan yang lebih parah lagi bisa mengantarkan pada 'tasyabbuh' menyerupai non muslim dan kesyirikan. Oleh karenanya kita mesti mengendalikan hawa nafsu dan tidak mengikutinya terus.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Salah satu caranya adalah dengan memperbanyak doa agar kita bisa dilindungi oleh Allah dari hawa nafsu yang jelek.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Dari Ziyad bin ‘Ilaqoh dari pamannya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca doa,

اللهم إني أعوذ بك من منكرات الأخلاق والأعمال والأهواء

“Allahumma inni a’udzu bika min munkarootil akhlaaqi wal a’maali wal ahwaa’ (Artinya: Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari akhlaq, amal dan hawa nafsu yang mungkar).” (HR. Tirmidzi no. 3591).
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Faedah dari hadis dan doa di atas:

1. Dalam doa ini kita meminta perlindungan dari akhlak yang jelek. Doa ini mencakup kita meminta berlindung dari akhlak yang jelek dari sisi syariat. Termasuk pula kita meminta perlindungan pada Allah dari sesuatu yang dikenal jelek secara batin.

2. Doa ini mencakup berlindung dari akhlak mungkar seperti begitu takjub dengan diri sendiri, sombong, berbangga diri, hasad dan melampaui batas.

3. Doa ini mencakup kita berlindung pada Allah dari amalan yang mungkar, yaitu amalan yang zhohir atau ditampakkan.

4. Doa berlindung dari amal yang mungkar mencakup zina, minum khamar, dan bentuk keharaman lainnya.

5. Doa ini juga mencakup meminta perlindungan pada keinginan atau nafsu yang mungkar. Dan kebanyakan hawa nafsu mengantarkan kepada kejelekan, itulah umumnya.

6. Doa berlindung dari keinginan atau nafsu yang mungkar mencakup berlindung dari aqidah yang jelek, niatan-niatan yang batil, dan pemikiran yang sesat.

7. Doa ini mendorong kita agar berakhlak yang mulia dan beramal yang saleh.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Semoga yang singkat ini bermanfaat.

CARA MENJERNIHKAN HATI



Syekh Ibnu Atha'illah dalam kitab Taj al-'Arus mengatakan: "Terdapat empat perkara yang dapat membantu membeningkan hati:
1) Banyak berdzikir.
2) Banyak diam.
3) Banyak khalwat.
4) Mengurangi makan dan minum."

Menurut Dr. Muhammad Najdat, sebenarnya Syekh Ibnu Atha'illah mengenalkan kita bagaimana membersihkan dan membeningkan hati.
Pertama, dzikir kepada Allah akan membersihkan hati dari kesesatan dari kebergantungan kepada selain Dia.

Hati yang biasa dan mudah berdzikir adalah hati yang mengenali iman, mengenal nikmat ibadah, merasakan manisnya ketaatan, dan memiliki rasa takut kepada Allah. Hati yang selalu mengingat Allah akan bergetar ketika mendengar nama-Nya disebut, hati pun semakin lembut dan bersih dari kotoran.

ٱللَّهُ نَزَّلَ أَحْسَنَ ٱلْحَدِيثِ كِتَٰبًا مُّتَشَٰبِهًا مَّثَانِىَ تَقْشَعِرُّ مِنْهُ جُلُودُ ٱلَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ ثُمَّ تَلِينُ جُلُودُهُمْ وَقُلُوبُهُمْ إِلَىٰ ذِكْرِ ٱللَّهِ ذَٰلِكَ هُدَى ٱللَّهِ يَهْدِى بِهِۦ مَن يَشَآءُ وَمَن يُضْلِلِ ٱللَّهُ فَمَا لَهُۥ مِنْ هَادٍ

Allah SWT berfirman,:
"Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Qur’an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada seorangpun pemberi petunjuk baginya." (QS Az-Zumar (39): 23)

Orang yang berdzikir mengingat Allah dengan lisannya tidak disebut berdzikir jika hatinya tidak ikut berdzikir. Hati harus menjadi sumber dzikir untuk lisan dan bagian tubuh lainnya.

Kedua, memperbanyak diam. Tergelincirnya lisan akibat terlalu banyak berbicara dapat berakibat buruk bagi dirinya dan orang lain. Diam adalah emas. Di dalamnya terkandung hikmah yang sangat dalam. Rasulullah bersabda, "Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir hendaklah mengatakan yang baik atau diam."

Imam Syafii r.a. mengatakan:
Mereka bertanya, "Mengapa kau diam saja saat kau dicaci."
Maka kukatakan padanya: "Menjawab adalah kunci pintu keburukan. Sedangkan diam di depan orang bodoh adalah kemuliaan. Di dalamnya juga terdapat upaya menjaga kehormatan. Bukankah singa ditakuti meski dalam keadaan diam. Sedangkan anjing tak diacuhkan, meski terus menggonggong."

Ketiga, memperbanyak khalwat atau menyendiri. Dalam khalwat kita merenung dan terus berhubungan dengan realitas yang lebih tinggi dan membersihkan hati dari kotoran dunia. Merasa lemah dan tak berdaya, serta merasa hanya Allahlah satu-satunya tempat bergantung. Hatinya hanya dipenuhi tasbih, takbir, tahlil, serta shalawat Nabi.

Keempat, mengurangi makan dan minum atau dengan memperbanyak puasa sunnah. Dengan begitu kita mematahkan hasrat hawa nafsu, dan melunakkan hati yang keras. Dengan mengurangi makan dan minum sebenarnya kita belajar mengendalikan nafsu badani, mengawal emosi, belajar qanaah dan zuhud.

Imam Al-Ghazali rahimahullah menjelaskan bahwa rasa lapar akan membersihkan hati, membangkitkan tekad, dan menajamkan mata hati. Sebaliknya, rasa kenyang dapat melahirkan ketumpulan dan membutakan hati, dan mengganggu pikiran.

Menurut beliau, rasa lapar juga dapat menghaluskan hati dan menjernihkannya, sebab hanya dengan hati yang dapat meraih nikmatnya ketaatan, merasakan manfaat dzikir dan nikmatnya bermunajat kepada Allah SWT.

---Dinukil dari Kitab Taj Al-'Arus karya Syekh Ibnu Atha'illah,