Minggu, 08 Maret 2020

Berbakhti kepada orangtua


      Seorang perempuan tua mempunyai tiga anak laki-laki yang semuanya sudah menikah.

     Pada satu kesempatan ia berkunjung ke rumah anak pertamanya dengan tujuan menginap di rumah keluarga itu. Tiba waktu pagi aku (perempuan tua tersebut) minta air untuk wudhu' pada istri anaknya itu, sang menantu mengambilkan air wudhu itu..., aku pun berwudhu dan malaksanakan shalat, tapi aku sengaja mengambil sebagian dari sisa air tadi kusiramkan ke atas kasur tempat aku tidur semalam. Ketika istri anakku menyuguhkan secangkir teh di pagi hari, aku bilang bahwa aku telah ngompol  di tempat tidur semalam sambil aku mengatakan bahwa ini adalah kondisi orang yang sudah tua sering mengalami seperti ini. Tiba-tiba ia berkata: "Engkau telah ngompol di atas kasur?" Lalu ia tidak henti-hentinya melontarkan kata-kata yang menyakitkan. Kemudian ia minta diriku untuk mencuci dan menjemurnya dan sambil mengancam jangan sampai hal ini terulang kembali kalau masih mau tinggal bersama mereka. Aku sembunyikan apa yang sesungguhnya terjadi kemudian aku pamit pulang.
     Kemudian pada hari yang lain aku mendatangi rumah anakku yang kedua juga untuk bermalam di sana. Aku juga melakukan hal yang sama. Istri dari anakku yang nomer dua ini tidak kalah galak dari istri anakku yang pertama, ia melaporkan kepada suaminya tapi anakku diam saja tak melakukan suatu apapun untuk membela diriku. Akhirnya aku pamit pulang ke rumah.
     Berikutnya, suatu ketika aku sambang ke rumah keluarga anakku yang ketiga. Aku juga melakukan hal yang sama, yaitu menumpahkan air di atas tempat tidur. Ketika pagi tiba menantuku menyuguhkan teh dan di saat itulah aku mengatakan bahwa semalam aku telah melakukan hal yang memalukan, yaitu ngompol di atas tempat tidur. Ia mengatakan: "Tidak apa-apa ibu, ini memang kondisi orang tua. Dulu ketika saya masih kecil, Ibu..., berapa kali saya ngompol membasahi baju kalian para ibu." Kemudian tanpa basa-basi ia mengambil sprei dan mencuci dan mengeringkannya.     
     Ketika menantuku itu sudah selesai mencuci dan duduk santai, aku menghampirinya sambil berkata: "Anakku..., Sahabatku menyerahkan sejumlah uang yang sangat banyak kepadaku, ia minta tolong agar aku membelikan perhiasan berupa gelang emas dan perhiasan lainnya untuk dipakai sendiri olehnya. Aku tidak tahu berapa ukuran gelang yang pas untuknya, tapi sosok tubuhnya seperti dirimu, coba sih aku ukur lingkar pergelangan tanganmu!" Setelah selesai mengukur lingkar pergelangan sàng menantu, perempuan tua tersebut bergegas ke toko perhiasan untuk membelinya dan lalu pulang ke rumahnya sendiri.
     Beberapa hari kemudian, singkat cerita, perempuan tua tadi mengundang seluruh anak dan menantunya untuk berkumpul di rumahnya. Ketika mereka sudah kumpul semua, ibu tadi mengeluarka  sejumlah perhiasan emasnya sambil bercerita bahwa yang membasahi tempat tidur itu bukanlah air kencingnya dan ia mengabarkan bahwa dirinya masih dalam keadaan sehat-sehat saja tidak pernah ngompol. Tak seberapa lama ia mengenakan perhiasan itu ke leher dan tangan menantunya yang ketiga, sambil berkata: "Inilah anakku... suatu saat ketika aku sudah tua dan di sisa umurku kepadanya lah aku akan berlindung. Ternyata ibu tadi sudah menghabiskan seluruh hartanya untuk dihibahkan kepada menantu ketiganya kecuali sebagian untuk masa tuanya. Di saat itulah dua perempuan dari istri anak yang pertama dan kedua tertunduk malu sambil menyesali perbuatannya, penyesalan sudah terlambat dari keputusan sang ibu mertua. Ibu itu berkata kepada anak-anak laki-lakinya: "Bahwa seperti ini akan terulang, kalian juga akan diperlakukan sedemikian rupa oleh anak-anak kalian. Ambillah pelajaran dari penyesalanmu ini... betapa berat seorang ibu membesarkan anak-anaknya. Didiklah anak-anak kalian untuk tidak salah mencari istri yang baik untuk menjadi pendamping hidupnya. Aku melihat kebahagiaan berumahtangga hanya ada pada keluarga anakku yang nomer tiga, ia hidup berumahtangga dan tidak banyak yang aku ketahui, semoga kebaikan seorang istri yang tertutup dan tidak tampak oleh seorang ibu selalu menjadi sumber kebahagiaan rumahtangga dan kebahagiaan yang nyata di hadapan Allah kelak."

Allah, Ya Tuhanku.... Ampunilah kedua orangtuaku dan kasihanilah mereka sebagaimana mereka mengasihi diriku di masa aku masik kanak-kanak dalam keadaan lemah tak berdaya. Ya Allah semoga Engkau menjadikan diriku ini tergolong orang-orang yang berbakti kepada kedua orangtua."

***

Diterjemah dari versi bahasa Arab.
Malang
KH. Badruddin (Dosen UIN Maliki)

2 komentar: