Abdul Hamid Aly

Rindu ini selalu milikmu Yaa Rosuul

Save Muslim Muslimah

Saling berpesan kepada hal kebenaran dan kesabaran

KH. M. Ali Bahruddin

Pesantren At-taqwa Pasuruan (Keluarga Jam'iyyah Thoriqoh Al-Mu'tabaroh Qodiririyyah wa Naqsyabandiyah).

Nahdlatul Ulama'

Ahlus Sunnah wal Jama'ah An-Nahdliyyah.

Diamond Class

Alhamdulillah ala kulli chaal.

Sabtu, 31 Desember 2016

Pesan dr KH Marzuki Mustamar.

Ceramah Agama oleh
KH Marzuki Musytamar
(Pengajian Ahad Legi)

1. Melunturkan kepercayaan pada Kyai
Dengan ucapan" ojo percoyo nang kyai percoyoo nang Al Qur an Hadis"

2. Orang awam yang memahani Al Qur an Hadis dengan akalnya sendiri adalah sesat.

3. Mengaji tanpa bimbingan guru akan tersesat.

4. NU Ahlussunnah berpegang Al Qur an Hadis dengan bimbingan Ulama.

5. Banyak aliran sesat yang perlu diwaspadai dengan bimbingan Ulama.

6. Beberapa contoh yang bukan sealiran dengan kita.

A. Allohu Akbar kabiiro
Bacaan kabiro dianggap bidah oleh suatu aliran, padahal hal ini terdapat dalam hadis shoheh Muslim.

B. Bacaan kunut
Diluar ahlusunnah kunut tersesat dan bid ah, padahal dalam hadis Muslim no 1001 disebutkan.
Sahabat anas yang ditanya oleh sahabat tentang kunut dan Anas sendiri adalah Sahabat dekat Rasul selama 10 tahun.

C. Tentang tawassul
Ada tiga macam tawassul
1. Tawassul dengan amal sholeh.
2. Tawassul dengan orang sholeh.
3. Tawassul

Keterangan  tawassul dijelaskan dalam shoheh bukhori no 1009
Yustasqol ghomamu biwajhihil karimi.

D.  Ziarah kubur
Dijelaskan dalam kitab bukhori no 116 dan masih banyak dari keterangan hadis shohih yang lain.
Bukhori 163 tentang shodaqoh terhadap orang meninggal.

E.  Mengikuti madzhab
Diluar ahlussunnah tidak bermadzhab.
Ahlussunnah bermadzhab tegak lurus sanadnya hingga Rosululloh.
Ilmu yang tidak bersanad pada Rosululloh adalah tersesat.

Setiap amalan yang diluar koridor ajaran Nabi SAW. adalah sesat.
Kewajiban Santri dan alumni wajib manut KH Moh Badruddin Anwar.
Kepada KH Moh Badruddin Anwar santri wajib  Dhohir bathin.
Berharap selamat dunia akhirat bersama kyai.

Ta'dhim manut kyai dengan ikhlas membawa berkah dunia akhirat.

Keikhlasan santri terhadap gurunya seharusnya meniru Akhlak Abu Bakar dan Umar terhadap Rosululloh.

Jumat, 30 Desember 2016

KISAH PENUH HIKMAH DARI PEMIMPIN SUFI : ABU YAZID AL- BUSTTHOMI

NAJIS YANG MENEMPEL DIHATIMU, TIDAK AKAN BERSIH WALAU KAU BASUH DENGAN AIR TUJUH SAMUDRA...

...

Seperti biasa, Abu Yazid suka berjalan sendiri di malam hari. Lalu ia melihat seekor anjing berjalan ke arahnya, anjingnya cuek aja jalan tidak menghiraukan sang Syech, namun ketika sudah lewat hampir dekat, Al-Busthomi mengangkat gamisnya kuatir tersentuh anjing yang najis itu.

Spontan anjing itu berhenti dan memandangnya. Entah bagaimana Abu Yazid seperti mendengar anjing itu berkata padanya,

"Tubuhku kering tidak akan menyebabkan najis padamu, kalo pun engkau merasa terkena najis, engkau tinggal basuh 7x dengan air & tanah, maka najis di tubuhmu itu akan hilang. Namun jika engkau mengangkat gamismu karena menganggap dirimu yang berbaju badan manusia lebih mulia, dan menganggap diriku yang berbadan anjing ini najis dan hina, maka NAJIS yang menempel di HATI mu itu tidak akan BERSIH walau kau basuh dengan AIR 7 samudra".

Abu Yazid tersentak dan minta ma'af. Lalu sebagai permohonan ma'afnya dia mengajak anjing itu untuk bershahabat & jalan bersama. Tapi si anjing itu menolaknya.

"Engkau tidak pantas berjalan denganku, mereka yang memuliakanmu akan mencemoohmu dan melempari aku dengan batu. Aku tidak tau mengapa mereka menganggapku begitu hina, padahal aku berserah diri pada sang pencipta wujud ini, lihatlah aku juga tidak menyimpan dan membawa sebuah tulang pun, sedangkan engkau masih menyimpan sekarung gandum", lalu anjing itu pun berjalan meninggalkan abu yazid.

Abu Yazid masih terdiam, " Yaa ALLOOH, untuk berjalan dengan seekor anjing ciptaanMU saja aku tak pantas, bagaimana aku merasa pantas berjalan denganMU, ampuni aku dan sucikan hatiku dari NAJIS ".

Allahumma Shalli 'Alaa Sayyidina Muhammad Wa 'Alaa Aali Sayyidina Muhammad.

Azizah alattas

KISAH IMAM SYAFI'I DALAM MENUNTUT ILMU

Imam Syafii ketika berguru di kota Mekkah beliau disuruh oleh gurunya, "wahai muhammad pergilah engkau ke Madinah untuk berguru lagi, karena sesungguhnya ilmuku sudah habis, semuanya sudah kuajarkan padamu".

Imam Syafii menuruti gurunya itu dan berpamitan kepada ibunya.

Berkatalah Ibundanya Imam Syafii "Nak, pergilah engkau menuntut ilmu di jalan Allah, kita ketemunya nanti di akhirat"

Maka Imam Syafii pun berangkat ke Madinah mencari guru untuk belajar. Saat itu usianya masih sangat muda.

Di Madinah beliau berguru kepada Imam Malik. Tak butuh waktu lama bagi Imam Syafii untuk menyerap ilmu dari Imam Malik sehingga semua orang terkagum-kagum dibuatnya, termasuk sang guru yang pada saat itu merupakan ulama tertinggi di Madinah, tampuknya kutub hijaz, Imam Malik. Imam Syafii menjadi murid kesayangan Imam Malik.

Selesai belajar di Madinah Imam Syafii masih melanjutkan pencarian ilmu ke Irak. Irak saat itu juga merupakan salah satu kutub ilmu islam selain Madinah, karena disana ada Imam Abu Hanifah dan murid-muridnya.

Jadi pada masa itu terdapat dua kutub ilmu Islam, yaitu kutub Hijaz di Madinah yang mana Imam Malik sebagai mahagurunya dan ada kutub Baghdad dimana Imam Abu Hanifah sebagai mahagurunya.

Berangkatlah Imam Syafii mengembara ke Iraq dan Imam Syafii menimba ilmu disana kepada murid-muridnya Imam Abu Hanifah atau Imam Hanafi. Meski sudah banyak menyerap ilmu di Irak, Imam Syafii belum ingin pulang, karena belum ada panggilan dari ibundanya.

Di Irak Imam Syafii berkembang menjadi murid yang terkenal sangat pintar dan tercerdas, sehingga dalam waktu singkat ia sudah diminta untuk mengajar. Satu murid, dua murid, tiga murid sampai ribuan murid berbondong-bondong datang untuk berguru padanya. Hingga ia pun menjadi ulama besar yang terkenal keseluruh penjuru Irak hingga Hijaz.

Ketika musim haji datang, Ibunya Imam Syafii selalu menunaikan haji. Suatu ketika di musim haji di Masjidil Haram ada sebuah pengajian besar yang mana pengajiannya di pimpin oleh seorang ulama besar dari Irak.

Ulama Besar dari irak ini dalam ceramahnya sebentar-sebentar berkata "Qola Muhammad bin Idris Asy Syafii....Qola Muhammad bin Idris Asy Syafii" (berkata Muhammad bin Idris Asy Syafii).

Ibundanya Imam Syafii yang juga turut mendengar pengajian itu bertanya-tanya, Muhammad bin Idris Asy Syafii yang disebut guru besar itu Muhammad bin Idris Asy Syafii yang mana? karena Muhammad adalah anaknya dan Idris adalah nama suaminya.

Maka bertanyalah Ibunya kepada Ulama besar tadi,
"wahai Syaikh maaf saya bertanya, siapakah itu Muhammad bin Idris Asy Syafii?"

Dengan bangganya Kyai besar itu berkata "Dia adalah guruku, seorang ulama besar di Irak yang berasal dari kota Mekkah ini"

Mendengar jawaban itu Ibunya terkejut. Setahu dia tak ada nama Muhammad bin Idris Asy Syafii yang berasal dari Mekkah ini selain dari anaknya. Maka ibunya Imam Syafii berkata "Ketahuilah wahai Syaikh, sesungguhnya Muhammad bin Idris Asy Syafii adalah anakku"

Mendengar jawaban itu Kyai besar itu pun terkejut, "Benarkah itu wahai ibu? ibunya Imam Syafii masih ada?"
"Benar wahai syaikh, Muhammad bin Idris Asy Syafii adalah anakku"

Maka dia pun hormat kepada Ibu Imam Syafii tersebut.

Setelah bercerita banyak Syaikh dari irak tadi pun bertanya "Lalu apa pesanmu untuk Imam Syafii wahai ibu?"
"Katakah pada anakku, jika ia ingin pulang ke Mekkah sekarang dia boleh pulang"

Setelah sampai ke Irak maka pesan pun disampaikan kepada Imam Syafii.
"Wahai Imam, Ibumu berpesan jika Imam ingin pulang ke Mekkah sekarang Imam boleh pulang"

Maka Imam Syafii pun bergegas ingin pulang. Sudah sangat rindu kepada ibunda tercintanya. Namun disisi lain masyarakat Irak begitu berat melepaskan Sang Imam. Namun dengan berat hati dan perasaan penuh haru mereka pun rela melepaskan Imam Syafii untuk pulang.

Karena mereka semua cinta kepada Imam Syafii dan Imam Syafii merupakan Ulama Besar, maka saat Imam Syafii ingin pulang mereka banyak sekali memberikan bekal kepada Imam Syafii, diantaranya banyak yang memberi onta hingga Imam Syafii mendapat ratusan onta yang mana masing-masing onta terdapat isi bekal dan kekayaan di punggungnya.

Imam Syafii terkejut melihat begitu banyaknya bekal yang diberikan kepadanya. Hampir semua orang irak memberi bekal.

Imam Syafii pun pulang menuju mekkah, di kawal oleh beberapa orang muridnya berikut ratusan onta. Sesampainya di pinggiran kota Mekkah Imam Syafii menyuruh salah seorang muridnys untuk menemui ibunya dan mengabarkan bahwa Imam Syafii sudah hampir sampai ke Mekkah.

Muridnya pun mendatangi rumah Ibunda Imam Syafii dan mengetuk pintu. Setelah di buka ibunya bertanya "Kamu siapa?"
"Saya muridnya Imam Syafii" jawab murid itu
"Ada apa?" tanya ibunya
"Imam Syafii sedang dalam perjalanan pulang ke sini, dan sekarang sudah berada di pinggiran kota Mekkah" jawab muridnya lagi.
"Apa saja yang di bawa Syafii?" tanya ibunya lagi.

Si murid tersebut dengan bangganya menjawab "Imam Syafii datang dengan membawa ratusan unta dan harta", berharap Ibunya Imam Syafii menjadi senang mendengarnya.

Bukannya senang, Ibunya Imam Syafii malah marah. "Apa? Syafii membawa ratusan onta?, aku menyuruh berkelana bukan untuk mencari dunia !!!!, katakan pada Syafii bahwa dia tidak boleh pulang kerumah !!!" tegas ibunya sambil menutup pintu dengan marah", Muridnya terkejut.

Maka dengan perasaan yang serba salah murid tersebut menyampaikan pesan ibunya kepada Imam Syafii. Ketika mendengar pesan tersebut Imam Syafii gemeteran ketakutan.

Imam Syafii pun memerintahkan kepada muridnya untuk mengumpulkan warga miskin kota Mekkah. Lalu semua onta berikut hartanya di berikan kepada warga Mekkah hingga tak tersisa. Yang tersisa hanya kitab saja.

Maka si murid tadi pun disuruh kembali menemui sang ibu. Sesampainya di rumah ibunya, murid tadi menceritakan kepada sang ibu bahwa semua onta dan hartanya sudah di bagikan kepada warga Mekkah yang tersisa hanya kitab dan ilmunya saja. Maka Imam Syafii pun diperbolehkan pulang.

Semoga rahmat Allah turun kepada kita semua karena kita menceritakan orang yang sholeh...

عند ذكر الصالحين تتنزل الرحمات

Dan semoga kita bisa mendapat keberkahan beliau.

Amiinn Yaa Robbal 'Alamin..

Minggu, 25 Desember 2016

Aswaja NU di Indonesia

Akhir dekade 1990-an saya pernah diajak bapak sowan Kyai Sepuh (ketika itu usianya sdh 90-th.an), didaerah Winongan Pasuruan. Kyai itu dawuh, “Kang Hamid sekalipun tidak pernah kerso menjadi pengurus NU, tapi Kang Hamid sangat besar perhatiannya kepada NU. Melalui Kyai Ali Maksum Krapyak Jogja (Rais Aam NU 1981-1884) dan Kyai Achmad Shiddiq Jember (Rais Aam NU 1984-1989), Kang Hamid banyak memberikan masukan demi kebesaran NU”. Kang Hamid yang dimaksud adalah KH A Hamid Abdullah Umar Pasuruan.
“Begitulah. Semua wali yang hidup setelah berdirinya NU bergandengan tangan menjaga NU. Karena seperti pernah diceritakan KHR As’ad Syamsul Arifin, dalam suatu kitab karangan Sunan Ampel ada ditulis; ‘Ketika saya (Sunan Ampel) masih mengaji kepada paman di Madinah, saya bermimpi ditemui Rasulullah seraya berpesan agar membawa Islam ini hijrah ke Jawa karena disini (Arab) Islam Ahlussunnah tidak bisa berkembang dengan baik.’ Nah selama ini terus menjaga Ahlussunnah, para wali akan menjaga NU”.


Untuk meyakinkan saya tentang penjagaan para wali tanah jawa terhadap NU, saya nderek pirso kepada KHM Badrus Salam—salah seorang putra KH Muhsin Syafi’i—Maqbul, Bululawang. Kepada beliau saya ceritakan persowanan saya ke kyai di Winongan tadi. Gus Badrus ternyata memberikan isyarat yang seakan2 mengabarkan bahwa Kiai Muhsin mengatakan hal yang sama. Setelah itu mantap dan yakinlah saya jika NU dalam penjagaan para Wali.

(Kewalian KH Muhsin mulai diketahui umum ketika suatu ketika Kyai Muhsin menyopiri mobil serombongan orang yang sowan Kyai Hamid Pasuruan. Ketika hendak pulang jamaah memohon doa Kyai Hamid tapi Kyai Hamid malah meminta seseorang memanggil Kyai Muhsin. Tentu saja yang diminta heran mengapa seorang sopir harus dipanggil sowan beliau. Syahdan, Kyai Hamid meminta Kyai Muhsin yang berdoa dan Kyai Hamid mengamini dengan khusyu’.
Karena kejadian itu terbukalah tabir tentang kewalian Kyai Muhsin. Saya bersyukur memiliki kesempatan banyak dan sering tabarrukan dimakam beliau, karena anak dan dua ponakan saya ngudi ilmu di pesantren tinggalan Kyai Muhsin)

Sekalipun para wali itu tidak berkenan menjadi pengurus, tetapi beliau2 selalu ada menjaga NU. Seperti dulu lazim kita saksikan bagaimana Mbah Lim (KH Muslim Imam Puro, pengasuh Pesantren Muttaqin Pancasila Sakti, Klaten Jateng) senantiasa hadir dalam kondisi2 sulit yang dihadapi Gus Dur dalam memmpin NU

Sumber fb @jama'ah KH Marzuki Mustamar