Minggu, 25 Desember 2016

Aswaja NU di Indonesia

Akhir dekade 1990-an saya pernah diajak bapak sowan Kyai Sepuh (ketika itu usianya sdh 90-th.an), didaerah Winongan Pasuruan. Kyai itu dawuh, “Kang Hamid sekalipun tidak pernah kerso menjadi pengurus NU, tapi Kang Hamid sangat besar perhatiannya kepada NU. Melalui Kyai Ali Maksum Krapyak Jogja (Rais Aam NU 1981-1884) dan Kyai Achmad Shiddiq Jember (Rais Aam NU 1984-1989), Kang Hamid banyak memberikan masukan demi kebesaran NU”. Kang Hamid yang dimaksud adalah KH A Hamid Abdullah Umar Pasuruan.
“Begitulah. Semua wali yang hidup setelah berdirinya NU bergandengan tangan menjaga NU. Karena seperti pernah diceritakan KHR As’ad Syamsul Arifin, dalam suatu kitab karangan Sunan Ampel ada ditulis; ‘Ketika saya (Sunan Ampel) masih mengaji kepada paman di Madinah, saya bermimpi ditemui Rasulullah seraya berpesan agar membawa Islam ini hijrah ke Jawa karena disini (Arab) Islam Ahlussunnah tidak bisa berkembang dengan baik.’ Nah selama ini terus menjaga Ahlussunnah, para wali akan menjaga NU”.


Untuk meyakinkan saya tentang penjagaan para wali tanah jawa terhadap NU, saya nderek pirso kepada KHM Badrus Salam—salah seorang putra KH Muhsin Syafi’i—Maqbul, Bululawang. Kepada beliau saya ceritakan persowanan saya ke kyai di Winongan tadi. Gus Badrus ternyata memberikan isyarat yang seakan2 mengabarkan bahwa Kiai Muhsin mengatakan hal yang sama. Setelah itu mantap dan yakinlah saya jika NU dalam penjagaan para Wali.

(Kewalian KH Muhsin mulai diketahui umum ketika suatu ketika Kyai Muhsin menyopiri mobil serombongan orang yang sowan Kyai Hamid Pasuruan. Ketika hendak pulang jamaah memohon doa Kyai Hamid tapi Kyai Hamid malah meminta seseorang memanggil Kyai Muhsin. Tentu saja yang diminta heran mengapa seorang sopir harus dipanggil sowan beliau. Syahdan, Kyai Hamid meminta Kyai Muhsin yang berdoa dan Kyai Hamid mengamini dengan khusyu’.
Karena kejadian itu terbukalah tabir tentang kewalian Kyai Muhsin. Saya bersyukur memiliki kesempatan banyak dan sering tabarrukan dimakam beliau, karena anak dan dua ponakan saya ngudi ilmu di pesantren tinggalan Kyai Muhsin)

Sekalipun para wali itu tidak berkenan menjadi pengurus, tetapi beliau2 selalu ada menjaga NU. Seperti dulu lazim kita saksikan bagaimana Mbah Lim (KH Muslim Imam Puro, pengasuh Pesantren Muttaqin Pancasila Sakti, Klaten Jateng) senantiasa hadir dalam kondisi2 sulit yang dihadapi Gus Dur dalam memmpin NU

Sumber fb @jama'ah KH Marzuki Mustamar

1 komentar:

  1. saya atas nama BPK. SAMSUL dari MADURA ingin mengucapkan banyak terimah kasih kepada MBAH KARYO,kalau bukan karna bantuannya munkin sekaran saya sudah terlantar dan tidak pernaah terpikirkan oleh saya kalau saya sdh bisa sesukses ini dan saya tdk menyanka klau MBAH KARYO bisa sehebat ini menembuskan semua no,,jika anda ingin seperti saya silahkan hubungi MBAH KARYO no ini 082301536999 saya yakin anda tdk akan pernah menyesal klau sudah berhubungan dgn MBAH KARYO dan jgn percaya klau ada yg menggunakan pesan ini klau bukan nama BPK. SAMSUL dan bukan nama MBAH KARYO krna itu cuma palsu.

    BalasHapus