Abdul Hamid Aly

Rindu ini selalu milikmu Yaa Rosuul

Save Muslim Muslimah

Saling berpesan kepada hal kebenaran dan kesabaran

KH. M. Ali Bahruddin

Pesantren At-taqwa Pasuruan (Keluarga Jam'iyyah Thoriqoh Al-Mu'tabaroh Qodiririyyah wa Naqsyabandiyah).

Nahdlatul Ulama'

Ahlus Sunnah wal Jama'ah An-Nahdliyyah.

Diamond Class

Alhamdulillah ala kulli chaal.

Rabu, 30 Maret 2016

Ad Diba'i

Allahumma shalli wa sallim wa baarik alaih~<3
يبعث من تهامة بين يدي القيامة تظله الغمامة تطيعه السحائب
Nabi saw. diutus oleh Allah di negeri Tihamah(Makkah)di antara saat menjelang datang hari kiamat. Pada punggungnya ada tanda kenabian. BiIa berjalan awan senantiasa melindunginya dan perintahnya dipatuhi oleh awan.
فجري الجبين ليلي الذوائب
Dahinya bercahaya cemerlang, rambutnya bagaikan malam gelap gulita / hitam pekat.
الفي الانف ميمي الفم نوني الحاجب
Bagaiknn huruf alif bentuk mancung hidungnya, bagaikan huruf mim bulat mulutnya, bagaikan huruf nun lengkung alisnya.
سمعه يسمع صرير القلم بصره الي السبع الطباق ثاقب
Pendengarannya dapat mendengar geritan qalam di Lauh Mahfuzh, penglihatannya sampai ke langit tujuh.
قدماه قبلهما البعير فأزالا مااشتكاه من المحن والنوائب
Kedua telapak kakinya dicium unta, maka lenyaplah rasa sakit serta bala’ musibah yang diderita oleh unta itu,
امن به الضب وسلمت عليه الاشجار وخاطبته الاحجار وحن اليه الجذع حنين حزين النادب
Binatang biawak dan lainnya beriman kepadanya dan bersalam kepadanya pepohonan, berbicara dengannya batu-batuan, batang kurma meratap kepadanya bagaikan rintihan kesedihan seorang pecinta.
يداه تظهر بركتهما في المطاعم والمشارب
Kedua tangannya menatap menampakkan berkahnya pada makanan dan minuman.
قلبه لا يغفل ولاينام ولكن للخدمة على الدوام مراقب
Hatinya tidak lalai dan tidak pula tidur, tetapi senantiasa mengabdi dan ingat kepada Allah
ان اوذي يعف ولم يعاقب
Bila disakiti, beliau mengampuni dan tidak membalas dendam,
وان خوصم يصمت ولم يجاوب
Bila dihina, beliau hanya diam dan tidak menjawab,
ارفعه الى اشرف المراتب
Allah mengangkatnya ke martabat yang lebih mulia / tinggi,
في ركبة لا تنبغى قبله ولا بعده لراكب
Dengan kendaraan yang tak pernah dipakai oleh siapa pun, sebelum dan sesudahnya.
في موكب من الملائكة يفوق على سائر المواكب
Pada golongan malaikat, ketinggian derajatnya melebihi yang lain.
فإذا ارتقى على الكونين وانفصل عن العالمين ووصل الى قاب قوسين كنت له انا النديم والمخاطب
Maka ketika Nabi naik melalui dua alam dan berpisah dari dua alam, sampailah yang ke tempat ketinggian yang bagaikan jarak dua busur  panah, maka Aku-lah yang menghibur dan berbicara kepadanya.

Kamis, 24 Maret 2016

KETELADANAN KYAI HAMID ( MBAH HAMID ) DALAM MEMBIMBING ISTRINYA


============================
Diceritakan bahwasannya KH. Abdul hamid ketika menikahi istrinya ( Nyai Nafisah ) waktu itu umur istrinya sekitar 15 tahun ,dimana usia itu masih tergolong usia muda belia, sehingga Nyai Nafisah ketika dinikah oleh Yai hamid, sang istri ini “ tidak patut “ ( Istilah jawanya ) yaitu tidak mau kumpul bersama Yai Hamid, dan hal ini terjadi tidak 1 / 2 hari saja, bahkan hal ini terjadi sampai sekitar 2 tahun,akan tetapi Yai Hamid tetap bersabar dan tabah dalam menghadapi istrinya yang masih muda ini.
Didalam rumah tangga Beliau senantiasa selalu mengedepankan dan memperhatikan pasangannya, bukan menjadikan istri sebagai wahana kesengannya sendiri,sehingga tidak ada istilah “ Menang sendiri “ bahkan beliau lebih sering mengalah, seumpama jika ada masalah,sedangkan ibu nyai marah terhadap beliau, maka beliau ( Kyai Hamid ) hanya diam dan mendengarkan saja, bukan malah membantah apa yang diucapkan oleh istrinya, karena kalau saja dijawab mungkin suasana akan menjadi tambah ramai.
Adakalanya Kyai hamid menghindar , yakni bila kemarahan sang istri tak kunjung padam, beliau mengungsi kekamar disebelah Musholla ( kamar yang khusus untuk beliau ). Kadang adik iparnya disuruh menjenguk istrinya dan disuruh melihat suasananya apakah kemarahan nyai Nafisah sudah selesai apa masih berlanjut, dan beliau akan pulang jika sudah tidak marah, dan akan tetap tinggal dikamar itu kalaupun belum reda.
Kyai Hamid juga tidak pernah bermanja-manja terhadap istrinya , tidak banyak menuntut akan tetapi lebih banyak mengerjakannya sendiri, dan bahkan beliau juga sangat telaten didalam membimbing istrinya yang ketika dinikah masih dalam usia muda,yang otomatis dari segi keilmuan belum seberapa dibanding dengan beliau.maka dibelikannya sang istri tersebut kitab-kitab terjemahan dan diajari sendiri oleh beliau. Didalam mengajar istrinya beliau tidak menjadwal secara khusus, akan tetapi beliau mengajarinya ketika waktu-waktu kosong dan waktu moodnya sang istri, sehingga sang istri tidak merasa berat dan terbebani.
Dari hasil didikan beliau inilah maka sang istripun mampu menjadi seorang ibu nyai yang handal dan pemimpin pesantren putri yang disegani , dan konon ketika hendak mengajar, maka tak jarang pula Bu Nyai ini ( istilahnya, Kulakan dulu ke Suaminya, yakni KH. Hamid ) bertanya mana yang kurang dimengerti, baru berangkat mengajar.
Hal inilah yang menjadikan mereka berdua menjadi pasangan yang serasi, klop dan saling mengisi, meskipun pembawaan mereka berdua sangat berbeda, yang satu polos dan yang satu suka berkata langsung ( alias mudah memarahin jika pasangannya kurang tepat ).
Dengan kesabaran dan ketelatenanlah Yai Hamid mampu membimbing istrinya untuk menjadi wanita yang bisa diajak berjuang mengembangkan pondok pesantrennya. Bisa kita bayangkan jika kyai Hamid tidak mau mengalah dan bersabar terhadap sifat istrinya, mungkin bisa jadi sang istri tidak akan mampu menjadi seorang pemimpin pesantren putri dan tak akan mampu mengarungi bahtera rumah tangganya dengan sempurna.
Semoga kita mampu meniru akhlak mulia KH. Abdul Hamid didalam hal apapun, lebih-lebih dalam menghadapi pasangan hidup kita, sehingga Rumah tangga kita akan terasa saling mengisi, saling mengerti dan saling mengedepankan akan keharmonisan rumah tangga.
Alfatihah Ilaa KH. Hamid Pasuruan semoga Alloh meratakan rohmatNya kepadanya,meninggikan derajatnya, menempatkan beliau bersama baginda Rosululloh shollallohu alaihi wa aalihi wasallam,dan bersama para syuhada',sholihin, dan semoga kita mendapat keberkahannya,rahasia-rahasianya,serta cahaya-cahaya ilmunya,didalam agama,dunia dan akhirat, bisirril faatihah.
_________________________________
Oleh : Habib Fahmi Bin Yahya Yahya

Selasa, 22 Maret 2016

Kisah Sufi

Suatu malam, Jalaluddin Rumi mengundang Syams Tabrizi ke rumahnya. Sang Mursyid Syamsuddin pun menerima undangan itu dan datang ke kediaman Rumi. Setelah semua hidangan makan malam siap, Syams berkata pada Rumi;
“Apakah kau bisa menyediakan minuman untukku?”. (yang dimaksud : arak / khamr)
Rumi kaget mendengarnya, “memangnya anda juga minum?’.
“Iya”, jawab Syams.
Rumi masih terkejut,”maaf, saya tidak mengetahui hal ini”.
“Sekarang kau sudah tahu. Maka sediakanlah”.
“Di waktu malam seperti ini, dari mana aku bisa mendapatkan arak?”.
“Perintahkan salah satu pembantumu untuk membelinya”.
“Kehormatanku di hadapan para pembantuku akan hilang”.
“Kalau begitu, kau sendiri pergilah keluar untuk membeli minuman”.
“Seluruh kota mengenalku. Bagaimana bisa aku keluar membeli minuman?”.
“Kalau kau memang muridku, kau harus menyediakan apa yang aku inginkan. Tanpa minum, malam ini aku tidak akan makan, tidak akan berbincang, dan tidak bisa tidur”.
Karena kecintaan pada Syams, akhirnya Rumi memakai jubahnya, menyembunyikan botol di balik jubah itu dan berjalan ke arah pemukiman kaum Nasrani.
Sampai sebelum ia masuk ke pemukiman tersebut, tidak ada yang berpikir macam-macam terhadapnya, namun begitu ia masuk ke pemukiman kaum Nasrani, beberapa orang terkejut dan akhirnya menguntitnya dari belakang.
Mereka melihat Rumi masuk ke sebuah kedai arak. Ia terlihat mengisikan botol minuman kemudian ia sembunyikan lagi di balik jubah lalu keluar.
Setelah itu ia diikuti terus oleh orang-orang yang jumlahnya bertambah banyak. Hingga sampailah Rumi di depan masjid tempat ia menjadi imam bagi masyarakat kota.
Tiba-tiba salah seorang yang mengikutinya tadi berteriak; “Ya ayyuhan naas, Syeikh Jalaluddin yang setiap hari jadi imam shalat kalian baru saja pergi ke perkampungan Nasrani dan membeli minuman!!!”.
Orang itu berkata begitu sambil menyingkap jubah Rumi. Khalayak melihat botol yang dipegang Rumi. “Orang yang mengaku ahli zuhud dan kalian menjadi pengikutnya ini membeli arak dan akan dibawa pulang!!!”, orang itu menambahi siarannya.
Orang-orang bergantian meludahi muka Rumi dan memukulinya hingga serban yang ada di kepalanya lengser ke leher.
Melihat Rumi yang hanya diam saja tanpa melakukan pembelaan, orang-orang semakin yakin bahwa selama ini mereka ditipu oleh kebohongan Rumi tentang zuhud dan takwa yang diajarkannya. Mereka tidak kasihan lagi untuk terus menghajar Rumi hingga ada juga yang berniat membunuhnya.
Tiba-tiba terdengarlah suara Syams Tabrizi; “Wahai orang-orang tak tahu malu. Kalian telah menuduh seorang alim dan faqih dengan tuduhan minum khamr, ketahuilah bahwa yang ada di botol itu adalah cuka untuk bahan masakan. Seseorang dari mereka masih mengelak;
“Ini bukan cuka, ini arak”. Syams mengambil botol dan membuka tutupnya. Dia meneteskan isi botol di tangan orang-orang agar menciumnya. Mereka terkejut karena yang ada di botol itu memang cuka. Mereka memukuli kepala mereka sendiri dan bersimpuh di kaki Rumi. Mereka berdesakan untuk meminta maaf dan menciumi tangan Rumi hingga pelan-pelan mereka pergi satu demi satu.
Rumi berkata pada Syams, “Malam ini kau membuatku terjerumus dalam masalah besar sampai aku harus menodai kehormatan dan nama baikku sendiri. Apa maksud semua ini?”.
“Agar kau mengerti bahwa wibawa yang kau banggakan ini hanya khayalan semata. Kau pikir penghormatan orang-orang awam seperti mereka ini sesuatu yang abadi? Padahal kau lihat sendiri, hanya karena dugaan satu botol minuman saja semua penghormatan itu sirna dan mereka jadi meludahimu, memukuli kepalamu dan hampir saja membunuhmu. Inilah kebanggaan yang selama ini kau perjuangkan dan akhirnya lenyap dalam sesaat.
.....Maka bersandarlah pada yang tidak tergoyahkan oleh waktu dan tidak terpatahkan oleh perubahan zaman......
Bersandarlah hanya kepada Allah SWT.......
(*Dari kumpulan kisah Jalaluddin Rumi)
FB @Catatan Manfaat

Diamlah..!! Ketika ada yg membaca Al-qur'an atau kau dilaknat.


Salah satu adab di dalam majlis.
Dalam suatu rauhah1 yang dihadiri oleh Al-Habib Abdul Bari’ bin Syeikh Alaydrus, seorang munsyid membacakan sebuah qoshidah2 Al-Habib Abdullah bin Alwi Alhaddad. Setelah qoshidah itu selesai dilantunkan, berkata Al-Habib Abdul Bari’ bin Syeikh Alaydrus: Jika ada seseorang yang asyik berbicara pada saat dilantunkan suatu qosidah yang digubah oleh Salaf, maka hal itu akan berarti dia merasa yakin bahwa dia punya omongan lebih baik dari kalam Salaf. Atau bisa berarti dia menolak kalam tersebut.
Begitu juga jika seseorang asyik berbicara pada saat yang lain lagi membacakan Fatihah atau berdoa, maka hal itu menunjukkan sesungguhnya dia tidak mau mendapatkan pahala dari Fatihah atau doa yang dibacakan itu.
Didalam hadits dikatakan : Jika ada seseorang asyik berbicara ketika yang lainnya sedang membaca Al-Qur’an, maka Allah menyuruh seorang Malaikat dan Malaikat tersebut akan berkata kepada yang lagi asyik berbicara, “Diamlah wahai musuh Allah,” sampai ia tidak bicara lagi. Jika ia masih tetap berbicara, Malaikat tadi akan berkata kepadanya, “Diamlah wahai orang yang sungguh dibenci oleh Allah,” sampai ia berhenti berbicara. Jika ia masih juga tetap berbicara, Malaikat itu akan berkata kepadanya, “Diamlah wahai orang yang sungguh dilaknat oleh Allah.”
Kalam Rasulullah SAW bersesuaian dengan Al-Qur’an. Begitu juga dengan kalam salaf bersesuaian mengikuti kalam Rasulullah SAW. Karena mereka tidaklah berbicara kecuali dengan ijin robbani. Begitulah ilmu tidak akan bisa didapatkan kecuali dengan adab, maka beradablah kalian, beradablah!
[Diambil dari kitab Bahjatun Nufus fi kalam Al-Habib Abdul Bari’ bin Syeikh Alaydrus, disusun oleh Al-Habib Muhammad bin Saggaf bin Zain Al-Hadi, hal. 84-85]
1. Rauhah adalah semacam majlis taklim
2. Qoshidah adalah syair dalam bahasa Arab yang terdiri dari minimal 7 bait.

Bakti Sang Ulama Pada Sang Bunda; Kisah Keteladanan Al-Habib Ali Al-Habsyi (Kwitang) Jakarta

Suatu ketika tatkala al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi (Kwitang) sedang mengajar di rumahnya di hadapan muridnya yang cukup banyak, beliau mendengar suara ibunda tercinta, Nyai Salmah: “Li... Ali... Li...”, begitu panggil sang ibu.
Lalu Habib Ali, waktu itu telah berumur lebih dari 60 tahun, langsung saja permisi kepada semua muridnya: “Saya minta ridhanya untuk menemui ibu saya terlebih dahulu.”
Habib Ali pun menemui ibunya. Ternyata sang ibu minta diantarkan ke kamar mandi. Bergegaslah Habib Ali menggendong sang bunda pergi ke kamar mandi. Bukan itu saja, Habib Ali lah yang langsung membersihkan dan menyuci pakaian sang ibu. Meski ada istri tapi Habib Ali tidak mengizinkannya, karena demi bakti beliau terhadap sang ibu.
Padahal waktu itu Habib Ali telah dikenal sebagai ulama yang terpandang di tanah Betawi, tetapi beliau bila dipanggil sang ibu tanpa pikir panjang langsung memenuhi panggilan itu.
Ada suatu peristiwa dimana Habib Muhammad, putra Habib Ali, masih kecil sementara Habib Ali sedang dalam rihlah dakwahnya di Negeri Singapura. Dan sang ibu, Nyai Salmah, bertanya pada menantunya yaitu istri Habib Ali: “Mana Ali, putraku?”
Dijawab oleh istri Habib Ali: “Sedang dakwah di Singapura, Umi.”
Dengan spontan sang ibu memerintahkan pada menantunya itu: “Cepat kirim telegram, bilang padanya ibu memanggilnya untuk pulang!”
Langsung dikirimlah telegram itu kepada Habib Ali yang sedang berdakwah di Singapura. Sesampainya telegram itu pada Habib Ali, langsung beliau baca. Setelah dibaca, tanpa basa-basi Habib Ali pun permisi pamit untuk pulang karena sang ibu yang memanggilnya.
Begitulah tanda bakti seorang ulama besar, orang terpandang, panutan umat, al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi terhadap sang bunda tercinta.
(Sumber kisah: Ustadz Antoe Djibrel, Khadim Majelis Ta’lim Kwitang dari Almarhum al-Habib Muhammad bin Ali al-Habsyi).

Minggu, 20 Maret 2016

Ni'mat tanpa membayar

Alkisah ada Seorang syaikh yang berusia 80 tahun mengalami infeksi pada telinganya.
Hal ini nyaris membuatnya mengalami tuli permanen.
Dokter pun menyarankan dilakukannya operasi untuk menghindari terjadinya ketulian.
Syaikh ini pun menerima saran tersebut.
Setelah operasi sukses dan syaikh itu bisa mendengar kembali dengan jelas, datanglah kepadanya tagihan biaya operasi telinga. Namun, saat melihat tagihan tersebut, dia tiba-tiba menangis. Dokter yang melihatnya pun merasa iba. Dokter ini mengatakan bahwa apabila tagihan itu terlalu tinggi, dia bersedia membebaskan biaya dokter.
Maka, sang syaikh menjawab, "Aku bukan menangis karena uang yang akan aku keluarkan, tetapi aku menangis karena Allah telah memberiku pendengaran yang jelas selama 80 tahun, namun Allah tidak pernah mengirimiku tagihan."
"Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik"
(QS Al-Hasyr, 59:19)
Jangan sampai Allah mengambil nikmat yang diberi-Nya pada kita gara-gara kita tak pernah mensyukurinya.
Semoga hari ini adalah hari terindah dalam hidup kita.
JANGAN RISAUKAN RIZKI YG AKAN DATANG,
RISAUKANLAH RIZQI YG BELUM KITA SYUKURI.
SEMOGA KITA MENJADI HAMBA YG BERSYUKUR DAN SENANTIASA BERIBADAH. AAMIIN

Rabu, 16 Maret 2016

KISAH TITIP SALAMNYA KANJENG NABI MUHAMMAD SAW KEPADA KYAI KHOZIN BUDURAN-SIDOARJO

Salah seorang waliyulloh yang terkenal keramat, Syaikhona Muhammad Kholil Bangkalan-Madura, suatu kali menunaikan ibadah haji. Beberapa saat ketika beliau singgah di Madinah hendak berziaroh kemakam Rosululloh di Ar-Roudhoh, beliau berjumpa dengan Nabi SAW. Ketika itu beliau terlihat mesra sekali bercengkrama dengan Nabi, hingga sebelum berpisah, Nabi mengatakan kepada Syaikhona Kholil Bangkalan bahwasannya kalau Syaikhona kembali ketanah air supaya menyampaikan salamnya Nabi kepada Khozin dari Buduran-Sidoarjo.
Begitulah, selepas kapal yang ditumpangi Kyai Kholil sandar di pelabuhan Kota Surabaya ( sekarang Tanjung Perak ), beliau tidak langsung menuju Bangkalan-Madura, akan tetapi langsung menuju Buduran-Sidoarjo mencari orang yang bernama Khozin sebagaimana yang disarankan Nabi SAW kepadanya. Begitu sampai di Buduran, beliau menanyai beberapa orang yang dijumpainya, menanyakan rumah Khozin. Setiap jawaban yang beliau peroleh berfariasi, mulai Khozin tukang cukur rambut, tukang sepatu sampai profesi yang disebutkan, dan semuanya tidak cocok dengan sosok yang beliau bayangkan. Hingga suatu saat kemudian dipagi hari beliau bertemu dengan bapak tua berpakaian kaos oblong, dengan memakai sarung yang agak dicincingnya sedang menyapu halaman sebuah rumah yang mirip sebuah pesantren dengan beberapa gothaan ( bilik-bilik bambu para santri ), Kyai Kholil lalu menghampiri bapak tersebut yang tengah sibuk dengan aktifitasnya tersebut. Setelah mengucapkan salam dan dijawab oleh bapak tersebut, beliau bertanya ;
" Pak, dimanakah rumah Khozin ?"
" Kalau nama Khozin, banyak disini ". Jawab orang tersebut.
" Tapi kalau Kyai hendak mencari Khozin yang dimaksud Rosululloh sewaktu sampean di Madinah, ya saya ini Khozin yang beliau maksud ". Lanjut bapak tersebut.
Syaikhona Kholil tersentak kaget setelah mendengar jawaban spontan tersebut. Serta merta beliau menjatuhkan koper perbekalan yang dibawanya dan mencium tangan bapak tersebut berulang kali.
Ya, itulah Kyai Khozin Khoiruddin pengasuh pondok Siwalan Panji Buduran sekaligus perintis tradisi khotaman Tafsir Jalalain, yang diera Kyai Ya'kub Hamdani terkenal sebagai pondoknya para wali. Hadrotussyaikh Kyai Hasyim Asy'ari adalah alumni ponpes ini, dimana beliau sempat diambil menantu oleh Kyai Ya'qub dengan mempersunting puterinya yang bernama Khodijah, dari perkawinan beliau lahir seorang putra bernama Abdulloh. Tapi sayang keduanya ( Nyai Khodijah dan Abdulloh putranya ) wafat di Makkah pada tahun 1930, dipondok ini gothaan kyai Hasyim ketika masih nyantri sampai sekarang diabadikan, dan diantara alumni yang lain adalah seperti Mbah Hamid Abdulloh Pasuruan, Kyai As'ad Syamsul Arifin Situbondo, Mbah Ud Pagerwojo, Mbah Jaelani Tulangan ( konon menurut penuturan cucunya kepada saya, disuatu musim kemarau waktu itu banyak para petani yang kehausan karena sumur disawah maupun rumah kering kerontang, ditengah kehausan itu tiba-tiba mereka melihat Mbah Jaelani melayang-layang diudara sambil membawa timba-timba berisi air beserta pikulannya ), ada juga wali kendil ( kakak beradik yang meninggal ketika masih menjadi santri . Si adik ahli mutholaah kitab sedangkan si kakak ahli tirakat, hingga pada suatu hari kakaknya marah melihat adiknya menanak nasi karena tidak menghormati kakaknya yang sedang berpuasa. Ditendangnya kendil buat menanak nasi itu hingga pecah berantakan. Melihat itu si adik diam sambil mengambil serpihan-serpihan kendil yang pecah berantakan itu ditempelkannya lagi potongan serpihan itu dengan ludahnya hingga kembali utuh seperti sedia kala. Hingga ketika keduanya meninggal, makam adiknya tidak mau berjejer berdampingan dengan kakaknya, setiap hari makam adiknya bergeser maju bahkan konon sampai menembus pagar batas makam, dan pada akhirnya oleh Kyai Ya'kub makam santrinya itu diperingatkan agar cukup sampai disitu saja. Hingga sampai sekarang makam keduanya yang awalnya berjejer sudah tidak lagi seperti pertama kali dimakamkan, makam adiknya lebih maju kedepan melewati batas nisan kakaknya ),dan Kyai Kholil Bangkalan sendiri termasuk alumni Siwalan Panji.
Pondok Siwalan Panji ini berdiri sekitar tahun 1787 oleh Kyai Hamdani. Menurut Gus Rokhim ( alm ) pemangku pondok Khamdaniyah yang juga generasi ke tujuh dari Mbah Khamdani, ketika tanah siwalanpanji masih berupa tanah rawa, Mbah Hamdani meminta kepada Allah agar tanah rawah ini diangkat kepermukaan untuk dijadikan sebagai kawasan syiar Islam waktu itu.
“Ketika itu Mbah Hamdani meminta pertolongan kepada Allah, tidak berselang lama, tanah yang sebelumnya rawa, tiba-tiba terangkat dan menjadi daratan,”. Tidak hanya itu, pada awal awal pengerjaan pondok, kayu bangunan pondok yang didatangkan dari cepu melalui jalur laut tiba-tiba pecah dan terserak dan berpencar. Namun karena pertolongan Allah, kayu-kayu yang semula berpencar ini, bergerak sendiri melalui sungai menuju sungai di seberang kawasan pondok.
“Ada satu kayu yang tersangkut di kawasan Kediri, dan sekarang disebut menjadi kayu cagak Panji,” cerita Gus Rokhim.
Dijuluki pondoknya para wali karena setiap tahun alumni yang keluar bbeberapa diantaranya sudah mempunyai karomah-karomah luar biasa ketika masih menjadi santri.
Konon dari beberapa riwayat yang saya kumpulkan, dipondok Panji atau Siwalan Panji inilah kitab Tafsir Jalalain pertama kalinya dibaca secara klasikal pada tahun 1789 M. Sistem penddikin ala madrosah Diniyyah juga sudah ada pada waktu itu, hanya saja formatnya tidak seperti sekarang yang tersusun sistematis dan terencana.
Semenjak itu Syaikhona Kholil selalu mewanti wanti agar santri beliau yang boyong agar tabarrukan dulu di pondok Panji yang diasuh Kyai Khozin ketika itu, sebagai bentuk ketakdzhiman Syaikhona Kholil kepada Kyai Khozin.
Mungkin inilah salah satu alasan mengapa sampai sekarang pondok Panji, terutama pondok Al Khozini banyak dipenuhi santri dari Madura, sebagai bentuk ketakdzhiman mereka pada dawuh Syaikhona Kholil Bangkalan.
Wallohu a'lamu bis showab
————————
Danny Ma'shoum
Sidoarjo, Rabu 5 Agustus 2015.
Mbah Ali Mas'ud Al Majdzub Pagerwojo ( salah satu diantara alumni pondok wali ( Siwalan Panji Buduran)

Senin, 14 Maret 2016

NASIHAT ROSULULLOH SAW KEPADA PUTRI TERCINTA SAYYIDATINA FATHIMAH AZZAHRO RA.( keutamaan2 seorang istri )

Wahai Fathimah,, setiap seorang isteri mana saja yang memasak untuk suami dan anak-anaknya maka kecuali Allah menuliskan untuknya setiap butirnya satu kebaikan dan melebur satu keburukan dan mengangkat satu derajat,
Wahai Fathimah,,, Setiap istri mana saja yang berkeringat saat memasak untuk suaminya maka kecuali Allah menjadikan diantara istri tersebut dan api neraka jarak tujuh khondaq.
Wahai fathimah,,, Setiap istri mana saja yang meminyaki rambut kepala anak-anaknya dan menyisiri mereka dan mencuci pakaian mereka maka kecuali Allah SWT akan menuliskan untuknya ganjaran seperti ganjaran orang yang memasak untuk seribu orang yang sedang lapar dan ganjaran seperti orang memberi pakaian kepada orang yang telanjang,
Wahai fathimah,,, Setiap istri mana saja yang menolak hajat tetangganya maka kecuali Allah mencegah darinya untuk meminum air dari telaga kautsar pada hari qiamat,
Wahai fathimah,,, yang paling utama dari semua itu adalah ridho suaminya, JIka suamimu tidak ridho atasmu, maka aku takkan pernah berdo'a untukmu
Ketahuilah wahai fathimah,,, Sesungguhnya Ridho seorang suami adalah keridhoan Allah SWT, dan murkanya suami adalah kemurkaan Allah Swt.
Wahai fathimah,,, Jika seorang istri sedang mengandung janin suaminya, maka malaikat memohonkan ampunan untuknya dan Allah menulis seribu kebaikan setiap harinya dan menghapus seribu keburukan/dosa,
Dan ketika tiba saatnya Tholqu (sakit perut karena akan melahirkan) Maka Allah SWT mencatat untuknya Pahala para mujahid yang berjuang dijalan agama Allah.
Dan Ketika si jabang bayi sudah terlahir ke dunia, maka ia keluar dari dosa-dosanya laksana ia baru terlahir dari ibunya.
Wahai fathimah,,, Setiap isteri mana saja yang berbakti kepada suaminya dengan niat yang benar, maka ia laksana keluar dari dosa-dosanya seperti hari dimana ia dilahirkan ibunya, dan ia tidak keluar dari dunia (wafat) dengan membawa dosa sedikitpun, dan kuburnya adalah pertamanan syurga, dan Allah memberikan padanya pahala seribu haji dan seribu umroh dan memintakan ampun baginya seribu malaikat sampai hari qiamat
Wahai Fatimah,,, Setiap Istri mana saja yang berbakti kepada suaminya pada siang dan malam hari dengan senang hati dan ikhlas serta niat yang benar, maka kecuali Allah SWT mengampuni semua dosa dosanya, dan nanti di hari Qiyamat Allah SWT memakaikan perhiasan yang hijau, Dan Allah SWT mencatatkan untuk setiap rambut yang berada dijasadnya seribu kebaikan, Dan Allah SWT memberikan pahala seratus kali haji dan umroh.
Wahai Fathimah,isteri mana saja yang tersenyum didepan suaminya kecuali Allah akan memandangnya dengan pandangan rohmat.
Wahai fathimah,,, Setiap istri mana saja yang melayani suaminya (berhubungan intim) dengan senang hati, maka kecuali ada suara dari langit. "Engkau telah mengerjakan amal dengan benar, maka Allah SWT telah mengampunimu atas dosa dosamu yang telah lalu dan yang akan datang,
Wahai Fathimah,,, Setiap istri mana saja yang meminyaki rambut dan janggut suaminya dan menggunting kumisnya dan memotong kukunya, Maka kecuali Allah SWT memberikan minuman padanya dari "Al-Rohiqil Makhtum" (adalah minuman arak surga dari botol yang masih tersegel), dan dari sungai dalam syurga, Dan Allah SWT memudahkannya ketika ia sakaratulmaut, dan menjadikan kuburnya pertamanan syurga, dan ditulis atasnya "terbebas dari api neraka", dan selamat ketika menyebrangi jembatan (shirothol mustaqim).
************
"Subhanallah"
Allahumma Sholli Alaa Sayyidina Muhammad wa 'alaa aalihii sayyidina Muhammad......
#smoga_manfaat

Ra Lilur, Ulama yang Mirip Nabi Khidlir

Siapa yang tak kenal sosok ulama fenomenal, Syaikhuna Khalil Bangkalan, Madura? Orang NU Pasti tahu. Sebab beliau adalah “mesin pencetak ulama”. Hampir seluruh ulama besar Indonesia berguru pada mBah Kholil. Sebut saja, antara lain, K.H. Hasyim Asy’ari (pendiri NU) dan K.H. Abdul Karim (pendiri Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri. Dan, masih banyak lagi. Rupanya, keilmuan beliau menitis pada salah satu cicitnya yang terkenal nyentrik, K.H. Kholilurrahman atau populer dipanggil Ra Lilur.
Beliau ibarat lampu yang menyala di malam gulita: kedalaman ilmunya menerangi sekitar. Ra Lilur pun ibarat madu: dikunjungi siapapun yang ingin “merasakan” manisnya hikmah keturunan wali pulau garam. Bukan hanya warga biasa, ulama ini pun sering didatangi orang penting negeri ini. Tentu tujuan orang terakhir ini berbeda dengan niat warga biasa murni minta barokah untuk urusan sehari-hari, mulai dari urusan minta hari untuk pernikahan sampai minta obat alternarif, pilkades.
Ra Lilur, demikian masyarakat menyebut kiai ini. Nama lengkapnya KH. Kholilurrahman. Kalau dirunut nasabnya ke atas, ia adalah cicit ulama besar Indonesia, KH Kholil Bin Abd Latief, atau Syaikhona Kholil Bangkalan, atau Mbah Kholil. Bergelar Syaikhona, karena KH Kholil merupakan guru mayoritas ulama Indonesia.
Masyarakat Madura menilia Ra Lilur dalam maqom jadab. Dalam terminologi sufi (tassawuf), jadab merupakan suatu tahapan untuk mencapai tingkat karamah (keistimewaan) yang biasanya disebut wali.
Namun sebagian masyarakat menilai Ra Lilur adalah sudah mencapai tingkat wali. Mana yang benar? wallahu a’lam. Yang pasti, kiai ini memang luar biasa. Penampilannya yang sangat bersahaja – bahkan jauh di bawah kehidupan normal – membuat hati orang yang melihatnya bergetar. Wajahnya memang memancarkan Nur Ilahi. Ia bagai magnet kehidupan sehingga membuat orang lupa segala gemerlap duniawi. Duh, Gusti, inikah ulama sebenarnya?
Ya, ia zuhud, tak perduli gemerlap duniawi dan tanpa pamrih. Hidupnya hanya untuk Allah, berkelana dari satu tempat ke tempat lain.
Orang yang tak paham bisa jadi mengira ia gila. Maklum, penampilannya apa adanya. Apalagi perilakunya cenderung aneh. Ia kadang hidup di tengah laut, merendam diri sampai berhari-hari. Namun justru sikapnya inilah yang kemudian mengingatkan orang pada Nabi Khidlir.
Ia seolah mengasingkan dari hiruk pikuk kehidupan yang kian renta, tanpa nurani. Dari tengah-tengah arus gelombang laut itu ia membaca tanda-tanda kehidupan. Apa yang akan terjadi terhadap negeri ini.
“Tamunya beragam, tapi jangan kaget kalau tak kesokan (tidak mau,red), beliau tak mau menemuinya,” tegas KH Badrus Sholeh, salah seorang ulama Bangkalan bercerita soal kenyelenehan cicit ulama Bangkalan, KH Syaikhona Mohammad Kholil bin Abdul Latif ini.
Menurut pengakuannya, tak sedikit pejabat penting, mulai regional, Jatim bahkan nasional berusaha menemui kiai yang berpenampilan nyeleneh ini. “Bahkan Pak Imam sebelum pilgub 2003 lalu sowan ke kiai,” tegas wakil ketua PCNU Bangkalan ini.
Pengasuh Ponpes Wali Songo, Kwanyar Bangkalan ini melanjutkan ceritanya soal tamu-tamu penting Ra Lilur. Belakangan, orang kepercayaan Abu Rizal Bakri, bos PT Lapindo berusaha sowan ke La Lilur.
Keinginan kuat bos itu bisa ditebak, yakni minta saran agar semburan lumpur yang sangat meresahkan itu bisa dihentikan.
“Namun kiai tak kesokan (tak berhasrat) tamu utusan bos Lapindo itu,”tambahnya.
Kalangan warga biasa tak sedikit ingin sowan ke La Lilur. Mulai urusan mencari rezeki, jodoh sampai ingin agar penyakitnya sembuh.
Ada pengalaman menarik, salah seorang warga pernah sakit tak komplikasi penyakit dalam stadium akut. Bahkan sang pasien sudah hampir satu bulan opname di salah satu rumah sakit swasta di Surabaya. Karena terapi penyembuhan kedokteran tak ada perkembangan mengembirakan. Salah seorang anggota keluarga pasien memutuskan untuk minta barokah La Lilur. “Kiai memberikan obat maaq dan obat puyer sakit kepala, setelah diminum Alhamdulillah sembuh,”tegas Salim, saudara si pasien menjelaskan.
Ia memang benar-benar misterius. Ia tak menghiraukan pakaian, apalagi harta benda. Ia tak peduli penilaian orang tentang dirinya. Hidupnya hanya untuk Allah, Allah, Allah… Ia juga jarang -untuk tak mengatakan tak pernah- bergaul dengan orang seperti umumnya ulama masa kini. Ia juga jarang disorot TV, apalagi berebut memberi komentar di koran seperti umumnya “ulama milenium.”
Namun begitu ia muncul di tengah keramaian orang, suaranya adalah “sabda.” Apa yang diucapkan sering terjadi. Karena itu ia lantas berpesan agar hati-hati.
Namun tak jarang ia bertindak tanpa bicara. Pernah suatu ketika ia tiba-tiba membakar bangunan pondok pesantren yang diasuh KH. Abdullah Schaal Bangkalan Madura. Pesantren yang lokasinya berdekatan dengan masjid Jami’ dan alun-alun kota Bangkalan itu pun hangus dilalap api.
Anehnya, Kiai Abdullah Schaal yang dikenal sangat berpengaruh di Bangkalan itu diam saja. Ia tak bereaksi, apalagi marah. Kenapa?
Perilaku Ra Lilur memang mirip Nabi Khidlir. Selain suka bertempat di kawasan berair juga isyaratnya selalu kontroversial. Nabi Khidlir pernah menumpang kapal bersama Nabi Musa. Tiba-tiba ia mengkampak dan membocori kapal yang ia tumpangi. Karuan saja Nabi Musa menegur dan marah. Sudah menumpang kapal secara gratis, kok masih bikin ulah melubangi kapal. Apalagi kapal itu sangat bagus.
Namun kemudian Nabi Musa mengerti isyarat Nabi Khidlir yang aneh itu. Ternyata itu dilakukan Nabi Khidlir justru menyelamatkan kapal tersebut. Karena dalam pelayaran selanjutnya ada beberapa aparat raja dzalim yang merampas kapal yang ditumpangi Nabi Musa dan Khidlir sudah berlubang, meski masih bagus, akhirnya lolos, tak dirampas.
Tampak apa yang dilakukan Ra Lilur itu juga ada kemiripan dengan perilaku aneh Nabi Khidlir.
Buktinya, setelah ia membakar pesantren itu kemudian terjadi peristiwa naas yang menimpa bangsa ini. “Banyak terjadi aksi pembakaran di mana-mana,” kata KH. Imam Buchori, ketua PCNU Bangkalan yang juga keponakan Ra Lilur. Aksi anarki pembakaran ini terjadi mengiringi konflik politik yang terus berkepanjangan di negeri ini. Misalnya pembakaran pertokoan, kantor-kantor partai politik, dan banyak lagi. Isyarat Ra Lilur itu kian kongkrit ketika terjadi pembakaran yang dilakukan orang-orang Dayak terhadap gubuk-gubuk orang Madura yang mengungsi dari Sampit dan Sambas.
Tak jelas, apa karena Kiai Abdullah Schaal yang dikenal sangat berpengaruh di Bangkalan itu paham terhadap keistimewaan Ra Lilur sehingga ia lalu diam saja, meski pondoknya dibakar Ra Lilur. Yang pasti, setelah gubuk santri di pesantrennya dibakar, pesantren Kiai Abdullah Schaal semakin maju pesat. Bilik-bilik santri yang semula berupa gubuk-gubuk kini dibangun mentereng. Bahkan pesantren putri yang menyatu dengan tempat istirahat Kiai Schaal persis hotel. Bangunannya megah dan menjulang tinggi, penuh tingkat. Siapa pun yang tak pernah ke Madura akan mengira bangunan itu hotel, karena memang didesain cukup artistik.
Kiai Abdullah Schal sendiri tampak sangat hormat terhadap Ra Lilur. Maklum Ra Lilur cenderung misterius dan kontroversial. Apalagi ia memiliki keistimewaan kasyaf luar biasa. Bahkan kabarnya Ra Lilur sering memberi isyarat-isyarat kepada Kiai Abdullah terutama tentang peristiwa-peristiwa yang akan terjadi. Biasanya, kalau menyangkut persoalan besar, Ra Lilur minta Kiai Abdullah Schaal hati-hati.
Yang menarik, sinyal Mega akan jadi Presiden pun sudah terdeteksi Ra Lilur sejak awal. Isyaratnya waktu itu sangat aneh. Apa?
Isyarat ala Nabi Khidlir yang dilakukan Ra Lilur memang luar biasa. Lebih-lebih bila menyangkut peristiwa politik nasional. Selain selalu tepat isyarat itu juga terjadi pada peristiwa-peristiwa besar nasional. Yang menarik, isyarat itu tidak disampaikan dalam bentuk kata-kata atau ramalan. Melainkan melalui perilaku aneh. Jadi, ia tak pernah membuat pernyataan, apalagi prediksi. Justru itulah hebatnya.
Semua isyarat itu hanya tampak dalam perilakunya yang nyeleneh. Ia sendiri bahkan tampak tak peduli. Maklum, ia tak punya kepentingan sama sekali dengan urusan duniawi, apalagi peristiwa-peristiwa nasional.
Tampaknya tingkah anehnya itu semata transfer dari Tuhan begitu saja. Bahkan bisa jadi ia sendiri tak menyadarinya. Buktinya, ia tak pernah melontarkan kata-kata. Kalau ada peristiwa besar yang akan terjadi hanya perilakunya saja yang tiba-tiba aneh. Seolah semua perilakunya menjadi radar peristiwa masa depan.
Benarkah? Ini bisa dilihat pada perilaku anehnya ketika Gus Dur akan jatuh dan diganti Megawati. Isyarat itu muncul sekitar akhir tahun 2000. Jadi jatuh sebelum Gus Dur benar-benar jatuh. Saat itu perilaku aneh Ra Lilur muncul secara tak terduga. Ia tiba-tiba selalu diikuti dan ditempel oleh istrinya (nyai) kemanapun pergi. Mau pergi kemanapun, ia terus dibuntuti oleh sang bu nyai.
Menurut keterangan tiga khadam (penjaga rumah) Ra Lilur di Desa Banyu Buneh Banjar dan Pakaan Dajah Kecamatan Galis, saat itu Ra Lilur selalu tidur satu kamar dengan istrinya. Namun anehnya, Ra Lilur tidak tidur dalam satu tempat tidur (lencak, bahasa Madura). Ia tidur terpisah dengan istrinya, meski dalam satu kamar. Lebih aneh lagi, istrinya tidur diatas ranjang, sedangkan Ra Lilur malah selalu tidur di tanah. “Jadi, Ra Lilur tidur di bawah, sedang istri beliau di atas,” jelas KH. Imam Buchori, keponakan Ra Lilur, kepada Taufiqurrahman, wartawan HARIAN BANGSA di Bangkalan Madura.
Lalu apa makna perilaku nyeleneh Ra Lilur itu? Jawabannya sangat jelas. Bahwa di Indonesia akhirnya terjadi pergantian kepemimpinan, dari Presiden pria, yakni Gus Dur, ke Presiden wanita, Megawati.
Isyarat ini masih bisa dirinci lagi dalam kontek kekeluargaan. Yaitu terjadi pergantian kepemimpinan dari Presiden ke Wakil Presiden. Bukankah istri hakikatnya adalah wakil atau pembantu suami dalam keluarga? Namun yang lebih jelas, tentunya, perilaku aneh itu merupakan isyarat pergantian kepemimpinan dari pria ke pemimpin wanita. “Terlepas benar atau salah, banyak kalangan yang memprediksi isyarat tersebut berkaitan dengan kursi presiden,” jelas Kiai Imam Buchori yang sehari-harinya aktif sebagai ketua PCNU Bangkalan.
Sayangnya, waktu itu tak ada yang tanggap terhadap isyarat yang terjadi lewat perilaku aneh Ra Lilur itu. Tak jelas, apakah karena masyarakat kurang peka atau karena isyarat aneh itu hanya diketahui kalangan terbatas. Yang pasti, isyarat itu cukup nyata dan jelas.
Masih banyak isyarat lain dari Ra Lilur yang berhubungan dengan peristiwa nasional. Apa itu?
Isyarat yang muncul dari Ra Lilur tampaknya memang bukan berasal dari kemauan pribadi. Lalu dari mana? Bisa jadi “titipan” Allah. Buktinya, isyarat itu lebih sering muncul dari perilaku aneh ketimbang kata-kata.
Isyarat dengan perilaku memang cenderung lebih obyektif. Sebaliknya, isyarat melalui kata-kata selalu subyektif, bercampur nafsu pribadi. Bahkan bisa jadi ditambah-tambahi. Karena itu mudah dipahami jika isyarat-isyarat yang muncul melalui perilaku aneh Ra Lilur sering terjadi pada kemudian hari.
Yang menarik, perilaku aneh Ra Lilur sering tak masuk akal. Menjelang pemilu 1999, misalnya, Ra Lilur tiba-tiba mengenakan pakaian aneh. Cicit ulama besar Syaikhona Kholil Bangkalan itu mengenakan pakaian serba merah. Bajunya berwarna merah. Begitu ikat kepalanya, berwarna merah. Lebih unik lagi, ia memakai sarung wanita yang juga berwarna merah. “Pakaian itu dikenakan pada menjelang Pemilu,” tutur KH. Imam Buchori, keponakan Ra Lilur kepada Taufiqurrahman, wartawan HARIAN BANGSA di Bangkalan.
Ternyata isyarat itu kemudian terbukti. PDIP yang warna kebesarannya merah menjadi pemenang Pemilu.
Apakah Ra Lilur pendukung PDIP? Tentu saja tidak. Kalau ia memakai pakaian serba merah semata ingin menunjukkan bahwa pemenang pemilu 1999 adalah PDIP. Ra Lilur malah berasal dari keluarga fanatik NU dan PKB. Bahkan semua anggota keluarganya pengurus dan warga PKB. Begitu juga keluarga ndalem Ra Lilur, baik dari khadam (pembantu) sampai keluarga intinya, pendukung berat PKB.
Ini lagi-lagi menunjukkan bahwa isyarat melalui perilaku cenderung obyektif. Buktinya, betapapun Ra Lilur berasal dari PKB ternyata malah berpakaian serba merah untuk menunjukkan peristiwa yang akan terjadi.
Kecenderungan Ra Lilur berperilaku seperti Nabi Khidlir memang cukup tinggi. Akibatnya, masyarakat cenderung tak paham. Bahkan ada yang nggrundel menyalahkan. Mereka baru sadar setelah peristiwa itu terjadi kemudahan. Ini terjadi juga ketika Ra Lilur membakar pondok pesantren yang diasuh KH. Abdullah Schaal. Seperti dilaporkan HARIAN BANGSA kemarin, Ra Lilur tiba-tiba membakar pondok pesantren.
Pesantren (PP) Syaikhona Kholil Demangan Barat Bangkalan. Karuan saja masyarakat geger. Karena dalam pandangan masyarakat umum, hanya orang gila yang berani membakar pondok pesantren. Apalagi, masyarakat Bangkalan sangat fanatik terhadap dunia pesantren. Kala itu memang belum diketahui siapa orang yang berani membakar pesantren milik Kiai Abdullah yang terkenal sangat kharismatis di Bangkalan itu.
Aparat keamanan pun kewalahan. Mereka langsung mencari siapa sebenarnya pelaku pembakaran itu. Namun, belum sempat tahu siapa pelakunya, KH. Amin Imron (kini almarhum) langsung mencegatnya. “Sudah biar saja Pak, yang bakar pondok itu keponakan saya sendiri kok,” kata Kiai Amin, ayah anggota DPR Fuad Amin.
Mendengar itu polisi langsung balik kucing. Begitu juga Kiai Abdullah Schaal. Ia tenang-tenang saja. Kiai yang sangat dihormati masyarakat Madura itu bahkan hanya senyum-senyum saja.
Memang. Peristiwa pembakaran pesantren yang terjadi pada 1979 itu ternyata menyimpan isyarat penuh misteri. Meski demikian, kala itu muncul ramalan bahwa suatu hari nanti akan berdiri bangunan pesantren setinggi ujung bara api, bekas pembakaran. Tinggi api ketika pesantren itu dibakar setinggi pohon kelapa.
Ternyata benar. Kini berdiri bangunan berlantai 7 mirip hotel. Pesantren itu untuk menampung para santri yang terus membludak dari tahun ke tahun. Pada tahun 1970, misalnya jumlah santri hanya berkisar 20 sampai 30 orang.
“Itu pun hanya santri putra,” tutur Kiai Imam Buchori. Kini santri pesantren itu telah mencapai ratusan terdiri terdiri dari santri putera dan puteri.
Banyak sekali kisah tak masuk akal disaksikan banyak orang tentang Ra Lilur. Suatu ketika ia bersama banyak orang masuk hutan. Kala itu bulan puasa. Begitu tiba di dalam hutan ternyata adzan maghrib bergema. Orang-orang bingung. Sebab tak ada makanan sama sekali untuk buat buka. Ra Lilur mengisyaratkan agar tak resah. Benar. Tanpa diduga tiba-tiba terhampar tikar semacam permadani. Yang menakjubkan, di atas tikar itu tersedia berbagai macam makanan. Karuan saja orang-orang itu heran. Meski demikian mereka tetap saja lahap berbuka puasa.
Peristiwa aneh lain terjadi pada seorang dokter dari Malaysia. Dokter ini sengaja datang untuk menemui cicit Syaikhona Kholil tersebut. Tak jelas, dari mana dokter itu kenal nama Ra Lilur.
Dokter itu bersama seseorang yang bertindak sebagai pengantar. Dokter itu kemudian diajak Ra Lilur masuk ke dalam bilik rumahnya. Di situ terjadi pembicaraan cukup lama, sekitar satu jam. Sehingga pengantar dokter itu mengaku capek menunggu di luar.
Apa yang dibicarakan? Menurut pengakuan sang dokter, Ra Lilur ternyata menguasai ilmu kedokteran secara luar biasa. Semua ilmu kedokteran dia pahami. “Saya belajar puluhan tahun, tidak seperti ilmu yang dimiliki beliau,” kata sang dokter.
Yang membuat si dokter kaget, Ra Lilur memberikan sebuah foto berukuran poscard dengan pakaian putih lengkap dengan stetoskop tergantung di leher. Sang dokter heran menerima foto Ra Lilur. “Kalau dipikir, kapan beliau berpose seperti itu.”
Keanehan Ra Lilur memang telah banyak yang menyaksikan. Habib Ali Zainal Abidin Bin Anis Al Muchdor mengaku pernah menyaksikan keajaiban Ra Lilur. Kepada Yudi Eko Purnomo, wartawan HARIAN BANGSA di Mojokerto, Habib ini bercerita banyak tentang Ra Lilur. Habib kelahiran Jember 33 tahun lalu itu berkisah tentang Ra Lilur di kediamannya di kawasan Jalan Empunala Mojokerto.
Tiga tahun lalu, tutut Habib, dirinya bersama istrinya, MN Hidayah, melanglang buana. Ia penasaran ingin bertemu Ra Lilur. Ketika sampai di kediaman kiai nyentrik itu ia diterima ajudan Ra Lilur. Ia mengutarakan maksud kedatangannya. Namun Ra Lilur tak langsung menerima begitu saja. “Kiai tidak bisa menemuinya sekarang,” tolak sang ajudan.
Ra Lilur, pada waktu itu memang banyak menerima tamu-tamu ulama dan masyarakat di rumahnya. Habib semakin penasaran. Karena itu si Habib tak langsung pergi meninggalkan rumah itu. Sambil merenung, ia bersikeras bagaimana caranya bertemu. Ia kemudian pergi ke sebelah samping rumah tersebut. Saat berjalan di bawah rimbun bambu, ia teringat pesan salah satu gurunya. “Saya kemudian mengamalkan perintah. Waktu itu saya segera membaca Al-Fatihah, saya tujukan kepada Nabi Muhammad SAW, para wali, dan Syaikhona Kholil Bangkalan. Bacaan saya tutup dengan permintaan saya, kalau kamu -Ra Lilur- memang cucu Kiai Kholil, keluarlah,” tutur Habib.
Masyaallah. Tak disangka, seketika itu juga pundak Habib ada yang menepuk. Karuan saja Habib terkejut. Lebih terkejut lagi Habib menoleh. Ternyata yang menepuk itu Ra Lilur.
“Saya terkejut bukan main, usai membaca Al-Fatihah, mendadak pundak saya ditepuk Ra Lilur, yang sudah berdiri tepat dibelakang saya,” kenangnya.
Habib semakin tak percaya ketika tiba-tiba Ra Lilur berkata, “Sudah lama kita tak bertemu. Kamu yang saya tunggu beberapa hari ini.” Padahal Habib Ali merasa tak pernah bertemu dengan Ra Lilur.
Setelah itu Ra Lilur mengajak Habib duduk di atas gubug di tengah sawah.
Saat itu mereka ditemani salah satu ajudan Ra Lilur. Namun tiba-tiba keanehan muncul lagi.
Karena mendadak diantara Ra Lilur dan Habib tersedia susu. Padahal tak ada pelayan yang mengantarkan. Ajudan yang tadi menemani juga tak beranjak pergi.
“Silakan susunya diminum,” kata Ra Lilur seolah tak terjadi apa-apa.
Lalu apa saja keanehan Ra Lilur yang lain? Berikut laporan Taufiqurrahman, wartawan HARIAN BANGSA di Bangkalan Madura.
Sampai kini Ra Lilur kabarnya masih sering terlihat berendam di air. Tak jelas, apakah ini suatu bagian dari tirakat, atau memang digerakkan begitu saja oleh Tuhan. Yang pasti, kebiasaan Ra Lilur berendam di tengah laut ini tergolong tirakat tingkat tinggi. Siapa sih yang mau kedinginan di tengah laut. Apalagi pada malam hari. Belum lagi gangguan-gangguan hewan baik kecil maupun yang buas. Karena itu tirakat jenis ini hanya bisa dilakukan makhluk Allah yang memiliki kemampuan fisik dan jiwa luar biasa.
Namun bagi Ra Lilur itu tampaknya sangat sepele. Maklum, ia telah mencapai tingkat gila Tuhan. Nah, kegilaannya terhadap Allah itulah yang menyebabkan ia kebal dan tak merasakan apa-apa, terutama dari segi fisik. Yang bergelora dalam jasad dan jiwanya hanyalah Allah, Allah, Allah… Ia memang benar-benar telah gila Tuhan.
Cukup banyak orang yang menyaksikan Ra Lilur berendam di tengah laut, meski ia sendiri tak pernah menghiraukan sorotan masyarakat.
Bahkan suatu ketika pernah terjadi peristiwa menarik yang dialami para nelayan ikan. Kala itu seorang nelayan di Kecamatan Sepulu sontak kaget. Karena jaring yang ia tebar di tengah laut tiba-tiba terasa berat ketika diangkat. Dengan harap-harap cemas ia menarik jaringnya. Dalam pikirannya, ini pasti ikan besar. Namun betapa ia tertegun begitu jaring itu berhasil diangkat ke atas. Masyaallah, ternyata bukan ikan, melainkan tubuh manusia. Yang lebih mengagetkan lagi, ternyata tubuh itu adalah tubuh Ra Lilur yang sedang membujur. Kontan nelayan itu menceburkan kembali tubuh Ra Lilur ke laut.
Si nelayan terus tertegun. Ia tak habis pikir. Bagaimana mungkin tubuh manusia berendam dalam air sekian lama, apalagi itu jelas tubuh Ra Lilur. Sejenak ia sempat menduga, jangan-jangan Ra Lilur telah meninggal karena tenggelam di laut. Tapi dugaan nelayan itu meleset. Karena Ra Lilur sehat wal-afiat, tubuhnya tetap segar bugar sampai kini.
Menyaksikan kenyataan itu si nelayan semakin percaya betapa Ra Lilur itu waliyullah (kekasih Allah). Apalagi, sejak peristiwa itu hasil tangkapan nelayan tersebut langsung melimpah. Bahkan, setiap kali turun melaut, hasil tangkapannya lebih banyak daripada nelayan lainnya. Ia pun yakin bahwa dirinya telah mendapat barakah. Yakni terus bertambahnya kebaikan. Bukankah sebagian orang menyebut barakah sebagai zidayatul khoir (semakin bertambahnya kebaikan)?
Dalam terminologi ilmu sufi ada empat jenis keistimewaan yang diberikan kepada manusia. Pertama, mukjizat. Mukjizat ini hanya diberikan kepada para Nabi. Seperti kita pahami, bentuk mukjizat bermacam-macam. Umumnya tak masuk akal. Misalnya, dari jari Nabi Muhammad tiba-tiba bisa memancar air dan sebagainya.
Kedua, karamah. Karamah ini diberikan kepada manusia istimewa di bawah Nabi. Jadi diberikan kepada orang tertentu yang memang disayang Tuhan. Karena itu mereka disebut wali (kekasih Allah). Wali sebenarnya tak bisa dideteksi. Bahkan dalam ajaran sufi disebutkan bahwa tak ada yang bisa mengetahui wali kecuali sesama wali. Karena itu kalau tiba-tiba ada orang mengaku wali patut diragukan.
Ketiga, mau’nah. Yaitu keistimewaan untuk orang biasa. Jadi orang biasa, tapi punya keistimewaan tertentu. Misalnya, bisa terbang atau sejenisnya.
Keempat, istidraj. Keistimewaan ini diberikan kepada orang-orang yang menentang Allah. Jadi orang-orang yang sesat pun oleh Allah diberi keistimewaan. Hanya saja keistimewaan itu hakikatnya sekedar untuk memanjakan mereka (me-lulu-bahasa Jawa). Karena kelak di akhirat ia akan disiksa habis-habisan.
Lalu bagaimana dengan Ra Lilur? Wallahu a’lam. Tapi kalau dilihat dari keluarbiasaan kehidupan sehari-harinya ia memang telah memasuki proses wali. Atau paling tidak, ia masuk dalam kategori jadab, yakni orang gila Allah yang masuk tahapan menuju proses wali.
Buktinya, ia sudah tak peduli masalah duniawi. Ia total kepada Allah melalui proses spiritual kontroversial. Diantaranya berendam di air laut siang malam. Maka mudah dipahami jika ia memiliki mukasafah (kemampuan meneropong masalah yang akan terjadi) cukup tinggi. Bahkan untuk melihat peristiwa yang akan terjadi pada masa datang seolah melihat di balik tirai saja.
Isyarat-isyarat Ra Lilur memang banyak yang terjadi. Lalu bagaimana tentang kondisi negara ini? Ternyata ketika ditanya tentang kondisi negara Ra Lilur serta merta menangis.”Beliau mengajak berdo’a. Dalam do’anya, beliau menangis prihatin,” tutur Ali Zainal Abidin Bin Anis, seorang kiai dari Jember.
Seperti diberitakan HARIAN BANGSA sebelumnya, Habib ini pernah datang ke Ra Lilur, namun tak ditemui langsung. Ra Lilur baru keluar menemui setelah Habib mengirimkan surat Al-Fatihah kepada Nabi Muhammad, para wali dan Syaikhona Kholil Bangkalan, buyut Ra Lilur.
Menurut Habib, Ra Lilur menyatakan bahwa dalam kondisi multikrisis ini banyak wali menyembunyikan diri. Meski begitu, ia dengan memakai bahasa Arab sempat mengungkapkan kebanggaannya karena di Indonesia masih banyak orang bermunajat, ingat Allah.
Kemudian Ra Lilur -dengan bahasa Madura- mengajak Habib makan.
Ra Lilur segera beranjak meninggalkan gubug, tempat mereka duduk di tengah sawah. Ra Lilur tampaknya menyiapkan makanan sendiri. Tentu saja Habib penasaran. Masak seorang kiai terhormat mau menyiapkan makanan sendiri. Habib penasaran. Karena itu ia mengendap-ngendap berusaha mengintip apa yang diperbuat Ra Lilur. Ia terus membuntuti tuan rumah tersebut. Ra Lilur ternyata terus berjalan menuju sebuah gubug mirip kandang.
Anehnya, hanya dalam sekejap ia sudah keluar membawakan masakan ala Timur Tengah. Yaitu sedandang nasi kebuli. Ini luar biasa, pikir Habib. “Bayangkan, sekian banyak porsi makanan disiapkannya dalam tempo sekian menit,” katanya. Namun Habib mengaku tak nafsu makan. Ia lebih banyak terpaku heran. “Ya, saya terlalu banyak disuguhi kejadian tak masuk akal,” kata Habib kepada Yudi Eko Purnomo, wartawan HARIAN BANGSA di Mojokerto.
Apalagi sebelumnya juga terjadi peristiwa aneh. Ketika itu Habib sedang berbincang-bincang dengan Ra Lilur. Nah, pada saat asyik ngobrol itu rokok si Habib habis. Anehnya, ketika itu juga tiba-tiba tangan Ra Lilur memegang rokok kesukaan Habib. Di tangan Ra Lilur ada sebungkus rokok. Lebih aneh lagi, rokok itu baru dibuat dua hari sebelumnya. Itu tampak dari nomer register rokok tersebut.
“Saya tiap kali beli rokok, memang selalu melihat nomer register, kapan rokok itu dibuat.” kata Habib.
Perilaku aneh Ra Lilur tidak hanya terjadi pada persoalan-persoalan negara, tapi juga berkaitan dengan orang kampung. Suatu ketika seorang penduduk di desa terpencil kehilangan sapi. Ia sedih karena sapi itu merupakan satu-satunya harta yang paling berharga bagi keluarganya.
Karena ingin sapinya kembali, dia sowan ke kediaman Ra Lilur. Maksudnya untuk minta barokah agar sapinya bisa kembali lagi. Kebetulan waktu itu Ra Lilur sedang berada di rumah. Ia langsung ditemui oleh kiai nyentrik itu. Padahal, tamu yang hendak sowan ke Ra Lilur, biasanya baru bisa ketemu minimal setelah tiga kali sowan. Tapi, kali ini aneh. Ra Lilur malah dengan senang hati membantu orang yang malang itu. Lalu apa yang dilakukan Ra Lilur ketika diminta barokah agar sapi orang itu kembali lagi? Lagi-lagi Ra Lilur bertindak tak masuk akal.
Warga yang kehilangan seekor sapi itu diberi pil mencret atau murus. Tentu saja orang itu bingung dan dongkol. “Orang kehilangan sapi kok diberi obat murus. Ini sungguh tak masuk akal,” kata orang yang kehilangan sapi itu tak habis pikir. Namun sebelum pulang pil itu tetap diminum sesuai petunjuk Ra Lilur. Meski demikian ia tetap saja pikirannya tak bisa menerima.
Ia kemudian pulang. Di tengah perjalanan menuju rumahnya, tiba-tiba perutnya mules. Tanpa pikir panjang ia lantas pergi ke sungai untuk membuang hajat. Ajaib, ternyata setelah buang hajat, dia melihat beberapa ekor sapi ditambatkan di semak-semak di sekitar sungai itu. Ketika diperiksa, salah satu sapi yang ditambatkan itu adalah miliknya. Ia girang bukan main. Namun di balik kegirangan itu ia juga merasa berdosa. Ia gelo karena hatinya sempat dongkol pada Ra Lilur ketika diberi obat murus.
Keajaiban Ra Lilur memang sering dalam bentuk perilaku tak masuk akal. Ini mirip peristiwa-peristiwa Nabi Khidlir ketika melakukan perjalanan bersama Nabi Musa. Tiba-tiba Nabi Khidlir mencekik seseorang anak yang sedang main. Karuan saja Nabi Musa kaget. Ia menegur Nabi Khidlir. Namun Nabi Khidlir mengingatkan bahwa sejak awal Nabi Musa memang tak akan kuat melakukan perjalanan bersama Nabi yang suka tinggal di kawasan berair itu. Nabi Musa pun diam.
Mereka kemudian kembali melakukan perjalanan. Sampai di tengah jalan mereka haus.
Mereka kemudian minta air ke orang kampung untuk menghilangkan rasa hausnya itu. Tapi orang-orang di kampung tersebut tak satu pun yang mau memberi air. Anehnya, Nabi Khidlir ketika menyaksikan bangunan tua di kampung itu tiba-tiba memperbaikinya. Nabi Musa heran, kenapa Nabi Khidlir mau memperbaiki bangunan di kampung itu, padahal masyarakatnya sangat pelit, minta air saja tak mau mengasih.
Karena itu ia menegur lagi. “Iya, kan kamu tak akan kuat melakukan perjalanan bersama saya,” kata Nabi Khidlir lagi mengingatkan Nabi Musa.
Setelah sampai di suatu tempat Nabi Khidlir menjelaskan tentang perilaku anehnya itu.”Saya bunuh anak itu karena nanti kalau sudah besar ia akan menjadi orang jahat, durhaka pada Allah,” kata Nabi Khidlir.
Lalu kenapa mau memperbaiki gedung di masyarakat yang pelit? “Karena di bawah bangunan itu ada harta anak yatim yang kelak bisa diambil. Karena itu gedungnya harus tetap terawat,” katanya.
Habib Ali Zainal Abidin termasuk orang yang banyak menyaksikan peristiwa ajaib tentang Ra Lilur. Maklum, ia ketika bertamu sempat tak ditemui oleh Ra Lilur. Namun begitu baca fatihah Ra Lilur langsung muncul. Ra Lilur yang cicit ulama terkenal Syaikhona Kholil itu serta merta mengajak Habib berbincang akrab. Namun justru karena banyak peristiwa ajaib itulah selera makan Habib langsung hilang.
Karena itu ketika Ra Lilur menyuguhkan makanan ia menolak. “Saya masih kenyang kiai,” kata Habib kepada Yudi Eko Purnomo, wartawan HARIAN BANGSA di Mojokerto. Ra Lilur tak tersinggung. Ia malah tersenyum.
Habib merasa kenyang karena selain sudah banyak disuguhi keajaiban-keajaiban juga proses makanan yang dikeluarkan itu tak wajar. Ra Lilur hanya sebentar masuk dapur. Namun tiba-tiba nasi kebuli, masakan khas Timur Tengah itu, sudah siap santap. Karena itu hati Habib curiga, jangan-jangan makanan itu berasal dari khadam sejenis jin. Namun belum selesai Habib menuntaskan kecurigaannya itu tiba-tiba Ra Lilur berkata, “Ini dari Allah.” Karuan saja Habib kaget. Ia malu sehingga wajahnya merah.
Habib semakin penasaran ketika Ra Lilur menyinggung istrinya, Ny MN Hidayah.”Disela-sela obrolan selama empat jam tersebut Ra Lilur menanyakan keadaan istri saya selama ditinggal merantau. Ia tahu, selama ini istri saya selalu tinggal sendiri di rumah, meski dia bekerja di PT Askes Kota Mojokerto,” tutur Habib semakin terbata-bata.
Yang membuat Habib semakin heran ketika Ra Lilur menyebut alamat rumahnya secara lengkap baik di Pamekasan maupun di Jember. “Padahal, sekali lagi, beliau sama sekali tidak pernah tahu saya, apalagi alamat saya. Itu membuat saya heran,” katanya.
Kemampuan menebak gerak hati lawan bicara itu memang sering ditunjukkan para wali. KH. Abdul Hamid Pasuruan, misalnya, kerap menunjukkan peristiwa aneh seperti itu. Semasa hidup kiai ini pernah kedatangan KH. Yusuf Hasyim (Pak Ud), putera pendiri NU Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari. Saat itu Pak Ud -yang sehari-harinya aktif sebagai pengasuh pesantren Tebuireng Jombang itu- bersama tokoh NU KH. Munasir. Begitu Pak Ud datang Kiai Hamid langsung menyongsong. Kiai Hamid bahkan sempat merangkul Pak Ud. Akibatnya, Kiai Munasir seolah terabaikan. Nah, saat itulah dalam hati Kiai Munasir secara tak sengaja menggerutu. “Ya, wajar kalau Pak Ud diperlakukan (dihormati, red) seperti itu. Sebab Pak Ud putera macan (Kiai Hasyim Asy’ari, red). Jadi macan ketemu macan,” kata Kiai Munasir dalam hati.
Ternyata tanpa diduga Kiai Hamid langsung berbalik ke arah Kiai Munasir. “Jangan begitu. Manusia itu sama saja. Ayo,” kata Kiai Hamid sembari merangkul Kiai Munasir. Karuan saja Kiai Munasir terkejut. Ia tak menyangka gerundelan dalam hatinya diketahui oleh Kiai Munasir.
Menurut Habib, Ra Lilur sering menunjukkan firasat-firasat aneh sehingga orang tak habis pikir. Misalnya menangis. Habib menuturkan, jika Ra Lilur menangis, berarti ada kaumauliya (wali) wafat. Ra Lilur menangis karena jika wali meninggal berarti syiar Islam berkurang. Selain itu dunia kehilangan ‘pahlawan’ penyebar agama.
, terutama penam

Sabtu, 12 Maret 2016

Beberapa nasihat KH Mufid Mas'ud (Pendiri PonPes Sunan Pandan Aran)

Beberapa nasihat KH Mufid Mas'ud (Pendiri PonPes Sunan Pandan Aran) yang diingat para santrinya.
1)Yen wes Khatam Qur'an, kudu riyadhoh diposoni dideres ono jero sholat sampek Al Qur'an benar2 mendarah daging.
(Kalau sudah hatam, Al-Qur'an harus diriyadhohi/tirakati dengan puasa, baca hafalan Al Qur'an dalam sholat sampai benar2 mendarah daging).
2)kowe wes Hatam Qur'an ojo kemaki wes lancar..tur ora sregep nderes.. aku iki wes hatam puluhan tahun ngroso durung lancar isih kudu nderes.
(kalian itu (jika) sudah hatam jangan sombong merasa sudah lancar.. terus tidak rajin tadarrus.. saya ini sudah hatam puluhan tahun (tetap) merasa belum lancar sampai sekarang masih harus terus tadarrus)
3)Al Qur'an saiki dideres ibarat koyo ngumbe jamu rasane pahit, ning awak sehat... mengko2 nek wes istiqomah nderes rasane manis koyo madu..
(Al-Qur'an sekarang dibaca ibarat minum jamu rasanya pahit, tapi menyehatkan badan. Nanti kalo sudah istiqomah dibaca rasanya manis seperti madu)
4)kabeh santriku ojo sampek wayoh.. duwe siji sing gemati diagem sampek mati.. nek ono santri sing wayoh engko tak keplaki.
(semua santri saya jangan sampai poligami...punya satu yg cinta sampai mati.. kalo ada yang poligami saya tempeleng....)
5)Aku ora ngaramke rokok.. kerono akeh kyai sing podo ngerokok.. aku nderek Kyai Munawwir sing ora ngerokok.. dadi kowe kabeh santriku yo ojo ngerokok...cangkem gawe deres Qur'an kok di obong..
(saya tidak mengharamkan rokok ... karena banyak kyai yang merokok...  tapi saya ikut Kyai Munawwir  yang tidak merokok. jadi kalian kalau jadi santri saya  ya jangan merokok.. mulut untuk baca Al Qur'an kok dibakar..)
6)Nek gawe omah diniyati gawe hurmat tamu insya Allah barokah lan gampang rizkine..     
(kalo bikin rumah diniatkan untuk menghormati tamu ... insya  Allah barokah dan banyak rizkinya)
7)Ananda semua kalo mau bikin pondok jangan bergantung kepada makhluk.. jaluk tenenan nang Gusti Allah liwat Al Qur'an lan Sholawat kanjeng Nabi..
(anakku semua kalo ingin mendirikan pesantren jangan bergantung kepada makhluk...mintalah dengan bersungguh-sungguh kepada Allah melalui Al Qur'an dan sholawat kpd baginda Nabi)
8)Aku ora pingin duwe santri sing dadi muballigh ceramah2 ning subuhe karipan..
kaburo maqtan 'indallooh....
(saya tidak ingin punya santri yang jadi muballigh rajin ceramah, tapi subuhnya kesiangan...
كبر مقتا عند الله أن تقولوا ما لا تفعلون)
9) Ahli Qur'an iku wong kang wedi karo Gusti Alloh.. dudu karo makhluk..   
(Ahli Qur'an adalah orang yang takut kepada Allah.. bukan kepada makhluk..)
10)Santriku ojo pengin dadi PNS dadi bature negoro.. hidmah nang Qur'an sing tenanan insya Allah mulyo dunyo akhirat..    
(Santri saya jangan kepingin jadi PNS, jadi abdi negara. hidmah kepada Al Qur'an dengan sungguh-sungguh,  insya Allah  mulia dunia akhirat)
11) Ahli Qur'an iku ojo seneng omong kosong, bengi melek ora nderes iku dudu huffadz tapi huffasy (lowo/codot). 
(ahli Qur'an itu jangan senang bicara tidak berfaedah, malam bangun tidak tadarrus itu bukan huffadz tapi huffasy <kelelawar>....)
Dan masih banyak nasehat yang lain yang diterima para santrinya yang belum dicatatkan.
Semoga para santri bisa mengamalkan dan menteladani beliau..
Amin...

Jumat, 11 Maret 2016

Anak Kecil Yg Hafal Al-qur'an

Seorang pengajar Al-Qur'an di sebuah Masjid mengisahkan:
Seorang anak kecil mendatangiku. Dia ingin mendaftar di halaqah Al Qur'an yang aku bina. Aku menanyainya
"Apa kamu hafal beberapa ayat alquran?"
"Iya"
"Coba sekarang bacakan aku beberapa surat di Juz Amma ya."
Dia pun membacanya.
"Apa kamu hafal surat tabarak (almulk -ed)?"
"Iya."
Aku pun kagum dgn hafalannya pada usia yang masih belia ini.
"Apa kamu hafal an-nahl?"
"Iya"
Bertambah kekagumanku padanya. kemudian aku tanyakan tentang surat-surat panjang.
"Apa kamu hafal albaqarah?"
"Iya"
Dia membacanya dan tak salah sedikitpun. meleleh hatiku semakin kagum.
"Ananda, apa engkau hafal alquran seluruhnya?"
"Iya."
Subhanallah,Masya Allah, . .
Aku memintanya untuk datang besok bersama ayah sebagai walinya. Aku berpikir bagaimana mungkin seorang ayah mampu menjadikan anaknya seperti ini?
Esoknya, ia datang bersama ayahnya. Kulihat penampilan sang ayah sepertinya tidak melazimi Sunnah dan bukan penghafal.
Ayahnya menuturkan kepadaku:
"Apakah anda kagum? Aku akan menghentikan kekagumanmu dan kuceritakan bhw dibalik layar kesuksesan anak ini ada seorang wanita dengan kekuatan seribu lelaki. Dialah ibunya.
Aku ceritakan kabar gembira bahwa aku punya 3 anak dan semuanya adalah penghafal Al Qur'an. Anakku yang terakhir berumur 4 tahun namun udah menghafal Juz Amma.
Dulu ibunya, ketika mendidik mereka berbicara, dia memulainya dengan mengajarkan al Qur'an kepada mereka, mengajarkan mereka berbicara yaitu dengan al Qur'an.
Ibunya juga menumbuhkan kompetisi sehat. siapa yang menghafal duluan, dia akan bebas memilih makan malam di malam itu. Siapa yang duluan muraja'ah dialah yang akan memilih kemana kita akan rihlah (jalan-Jalan) saat libur mingguan. Siapa yang mengkhatam duluan, dialah yang akan memilih kemana kita berpergian saat libur panjang.
Inilah metode ibunya."
Ternyata beginilah wanita mulia, ketika ia sholehah maka sholeh lah pula sebuah rumah tangga.
Semoga keluarga kita diberi ALLAH SWT amanah untuk mempunyai anak yg sholeh dan sholekha terutama bakti kepada orang tua dan penghafal alquran
Aammiinn.......

Hubungan dengan Allah SWT dan Hubungan Dengan Manusia

Di kisahkan dr Agus Sabuth Pranoto Projo (Putra Gus Miek Kediri).
.
Di th 90 an, di daerah jawa timur, hidup dua orang dg amal yg berbeda, orang yg pertema selalu bersedekah dg meng-Hajikan orang lain sampe 100 orang namun dia sendiri tdk pernah haji, dan dia tdk terlalu rajin amalan sunnah, akan tetapi dia sangat menjaga hubungan dg orang lain. Lalu orang yg kedua sering berhaji dan rajin amalan sunnah tp dia mengabaikan bersosialisasi (Tepo seliro) dg orang lain dan jarang bersedekah. .
.
Pada hari dimana mereka meninggal. Ketika orang pertama di antar ke pemakamannya dg beribu pelayat yg tanpa tahu datang dr mana, juga pada hari selanjutnya saat ada orang yg akan dikebumikan di sampingnya kuburannya ke "buka" dan terlihat mayatnya masih utuh dan kain kafannya masih bersih dan putih. Berbeda dg orang yg kedua, ketika dia Meninggal tdk lebih dr 10 orang pelayat yg mengantarkan ke liang lahat, dan yg lebih mengenaskan ketika sehari setelah pemakaman keluarga meminta kuburan dibongkar dg alasan tertentu yg disaksikan oleh seribu orang, namun setelah kuburannya di bongkar mayatnya sudah hancur dimakan ular dan belatung dan kain kafannya sudah robek2 (Nau'dzubillahi min dzalik).
.
Dengan Hablum Minallah kau dapat pahala 1x sebab kau senangkan Allah, namun dengan Hablum Minannas kau dapat pahala 2x karena kau gembirakan manusia dan juga Allah, Rabb mu, Sbg Pencipta Manusia. .
Kita jaga keduanya agar keseimbangan tetap ada .
Wallahu A'lam
.
#SaveMuslimMuslimah #SaveOurDien #SantriIndonesia #Muslim #Cahpondok #Kataislami #Wiseword #Alasantri #santrikeren #Islam #Katabijak #Pesantren #NU #Unisma

Kisah anak kecil yg sangat mencintai Rosulullah SAW

Pada zaman Al-Imam Al-Hafiz Wajihuddin Abdul Rahman bin Ali bin Muhammad Al-Syaibani al-Yamani al-Zabidi Al-Syafie (Pengarang Maulid dibai), dikala waktu siang Al-Imam ingin berziarah ke makam Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam dari kota Yaman ke kota M
adinah bersama para sahabat dan jama’ahnya.
Ada seorang anak kecil yang ingin sekali melihat makam Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam. Al-Imam menanyakan kepada salah satu sahabatnya, ‘Ini anak siapa? Apa yang ia lakukan?’
Salah satu sahabatnya mengatakan, “Ia ingin ikut perjalanan kita ya Imam”.
Lalu Al-Imam itu menjawab, ‘Tidak boleh, karena perjalanan ini sangat jauh… dari kota Yaman sampai Madinah menempuh jarak 4 hari sampai 1 minggu. Perjalanan itu pun naik kuda,’
Lalu anak kecil itu pergi karena tidak diizinkan oleh Al-Imam Al-Hafiz Wajihuddin. Akan tetapi waktu dalam perjalanan menuju kota Madinah itu, anak itu diam-diam ikut dan bersembunyi di bawah kereta kuda sang imam tersebut.
Dalam perjalanan, ia tidak makan dan minum selama 1 minggu perjalanan karena dia begitu mencitai Rasulullah dan sangat ingin sekali melihat makam Rasulullah shallallahu alayhi wa sallam.
Dan setelah satu minggu , rombongan tersebut sampai di kota Madinah. Tiba-tiba ada seorang sahabat yang berteriak: “Ya Allah… ini anak kecil yang kemarin dilarang olehku untuk ikut bersama kita, tetapi ia pun ikut bersama kita. Aku tidak melihat anak kecil ini selama perjalanan.”
Kemudian anak kecil itupun langsung berlari, lalu mengambil debu dan menyirami debu ke wajahnya sampai tidak bisa bernafas dan meninggal di kota Madinah.
Ia belum sempat berziarah ke makam sayyidina Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam karena sangat bergembira hatinya sudah sampai di Kota Sang Nabi.
Al-Imam Al-Hafiz Wajihuddin- pun menangis melihat anak kecil ini yang begitu mencintai Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam.
Kemudian disepakati oleh rombongan dan Imam untuk menguburkan anak itu di kota Madinah. Lalu beberapa hari Al-Imam berada di kota Madi

Kamis, 03 Maret 2016

Ali bin Abi Thalib dan Rasulullah SAW

"Suatu saat Rasulullah SAW sedang duduk bersama Ali bin Abi Thalib RA di kebun. Di atas kepala mereka ada lebah yg berisik mengeluarkan suara khasnya..
Mendengarnya Rasul tersenyum & bertanya pada Imam Ali,
“Wahai Ali, tahukah engkau apa yg dikatakan lebah ini?”
Sang Lebah berkata kpdku “Wahai Rasulullah SAW, aku telah sisipkan sedikit madu untukmu. Aku ingin hari ini engkau menjadi tamuku. Perintahkan Ali untuk mengambil madu itu ditempatnya.”
“Wahai Ali, ambillah madu itu. Lebah ini ingin kita menjadi tamunya hari ini”
Kemudian Rasulullah bertanya pada lebah, “Kau menghinggapi bermacam bunga, tapi mengapa madu yang kau hasilkan begitu manis dan berkhasiat”
Lebah itu menjawab, “Ya Rasulullah, setiap kami mendekati bunga, Allah SWT mengilhamkan pada kami untuk bersholawat kepadamu. Dan kerana sholawat itu, terjadilah apa yg terjadi pada madu yg kami keluarkan.”
Subhanallah
Segala sesuatu yang berhubungan dengan Rasulullah SAW akan berubah menjadi indah.
Binatang saja merasakan keajaiban bersolawat kpd nabi....
Akankah umatnya tidak mendapat keajaiban di dunia dgn sering bersholawat kpd Hadhrotur Rosul SAW..
اللهم صل ۈسَلّمْ علے سيدنـا و حبيبنـا و شفيعنـا و قرة أعيننـا و مولانـا محمد وعلے آلـہ وصحبـہ وسلم
SUMBER :FB @Abu Zahra