Abdul Hamid Aly

Rindu ini selalu milikmu Yaa Rosuul

Save Muslim Muslimah

Saling berpesan kepada hal kebenaran dan kesabaran

KH. M. Ali Bahruddin

Pesantren At-taqwa Pasuruan (Keluarga Jam'iyyah Thoriqoh Al-Mu'tabaroh Qodiririyyah wa Naqsyabandiyah).

Nahdlatul Ulama'

Ahlus Sunnah wal Jama'ah An-Nahdliyyah.

Diamond Class

Alhamdulillah ala kulli chaal.

Selasa, 17 Maret 2020

Ayat-ayat Obat Penyembuh.

Imam As-Subki mengatakan dalam Thabaqath As-Syafi'iyah Al-Kubra : 

وآيات الشفاء في القرآن ست ( ويشف صدور قوم مؤمنين ) ( شفاء لما في الصدور ) ( فيه شفاء للناس ) ( وننزل من القرءان ما هو شفاء ورحمة للمؤمنين ) ( وإذا مرضت فهو يشفين ) ( قل هو للذين ءامنوا هدى وشفاء ) ورأيت كثيرا من المشايخ يكتبون هذه الآيات للمريض ويسقاها في الإناء طلبا للعافية

Ayat-ayat penyembuhan (bisa digunakan untuk obat) dalam Al-Qur'an itu ada 6 ayat, yaitu :

وَيَشْفِ صُدُورَ قَوْمٍ مُّؤْمِنِينَ
wa yasyfi shuduura qawmim-mu’miniin
Dan (Allah ) akan melegakan hati orang-orang yang beriman
[At-Taubah 9: 14]

وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ
Wa syifaa-ul-limaa fish-shuduuri
Dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada
[Yunus 10: 57]

فِيهِ شِفَاءٌ لِلنَّاسِ
fiihi syifaa-ul-linnaas
di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia.
[An-Nahl 16: 69]

وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآَنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ
Wa nunazzilu minal qur-aani maa huwa syifaa-uw warahmatul-lil mu’miniin
Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.
[Bani Israil (Al-Israa) 17: 82]

وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ
Wa idzaa maridhtu fahuwa yasyfiini
Dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku
[Asy-Syu’raa’ 26:80]

قُلْ هُوَ لِلَّذِينَ آمَنُوا هُدًى وَشِفَاءٌ
Qul huwa lilladziina aamanuu hudaw wasyifaa’uw-walladziina laa yu’minuun
Dan katakanlah (wahai Muhammad ) bahwa (Qur’an) itu adalah petunjuk dan menyembuhkan bagi orang-orang yang beriman.
[Fushshilat 41:44]

Dan aku melihat banyak dari Para Masyayikh menulis ayat tersebut untuk orang sakit kemudian melebur/mencampurnya (dengan air) kedalam wadah untuk mendapat kesembuhan.

( طبقات الشافعية الكبرى - 5 / 98)
( Thabaqath As-Syafi'iyah Al-Kubra : 5/98)

Minggu, 08 Maret 2020

Berbakhti kepada orangtua


      Seorang perempuan tua mempunyai tiga anak laki-laki yang semuanya sudah menikah.

     Pada satu kesempatan ia berkunjung ke rumah anak pertamanya dengan tujuan menginap di rumah keluarga itu. Tiba waktu pagi aku (perempuan tua tersebut) minta air untuk wudhu' pada istri anaknya itu, sang menantu mengambilkan air wudhu itu..., aku pun berwudhu dan malaksanakan shalat, tapi aku sengaja mengambil sebagian dari sisa air tadi kusiramkan ke atas kasur tempat aku tidur semalam. Ketika istri anakku menyuguhkan secangkir teh di pagi hari, aku bilang bahwa aku telah ngompol  di tempat tidur semalam sambil aku mengatakan bahwa ini adalah kondisi orang yang sudah tua sering mengalami seperti ini. Tiba-tiba ia berkata: "Engkau telah ngompol di atas kasur?" Lalu ia tidak henti-hentinya melontarkan kata-kata yang menyakitkan. Kemudian ia minta diriku untuk mencuci dan menjemurnya dan sambil mengancam jangan sampai hal ini terulang kembali kalau masih mau tinggal bersama mereka. Aku sembunyikan apa yang sesungguhnya terjadi kemudian aku pamit pulang.
     Kemudian pada hari yang lain aku mendatangi rumah anakku yang kedua juga untuk bermalam di sana. Aku juga melakukan hal yang sama. Istri dari anakku yang nomer dua ini tidak kalah galak dari istri anakku yang pertama, ia melaporkan kepada suaminya tapi anakku diam saja tak melakukan suatu apapun untuk membela diriku. Akhirnya aku pamit pulang ke rumah.
     Berikutnya, suatu ketika aku sambang ke rumah keluarga anakku yang ketiga. Aku juga melakukan hal yang sama, yaitu menumpahkan air di atas tempat tidur. Ketika pagi tiba menantuku menyuguhkan teh dan di saat itulah aku mengatakan bahwa semalam aku telah melakukan hal yang memalukan, yaitu ngompol di atas tempat tidur. Ia mengatakan: "Tidak apa-apa ibu, ini memang kondisi orang tua. Dulu ketika saya masih kecil, Ibu..., berapa kali saya ngompol membasahi baju kalian para ibu." Kemudian tanpa basa-basi ia mengambil sprei dan mencuci dan mengeringkannya.     
     Ketika menantuku itu sudah selesai mencuci dan duduk santai, aku menghampirinya sambil berkata: "Anakku..., Sahabatku menyerahkan sejumlah uang yang sangat banyak kepadaku, ia minta tolong agar aku membelikan perhiasan berupa gelang emas dan perhiasan lainnya untuk dipakai sendiri olehnya. Aku tidak tahu berapa ukuran gelang yang pas untuknya, tapi sosok tubuhnya seperti dirimu, coba sih aku ukur lingkar pergelangan tanganmu!" Setelah selesai mengukur lingkar pergelangan sàng menantu, perempuan tua tersebut bergegas ke toko perhiasan untuk membelinya dan lalu pulang ke rumahnya sendiri.
     Beberapa hari kemudian, singkat cerita, perempuan tua tadi mengundang seluruh anak dan menantunya untuk berkumpul di rumahnya. Ketika mereka sudah kumpul semua, ibu tadi mengeluarka  sejumlah perhiasan emasnya sambil bercerita bahwa yang membasahi tempat tidur itu bukanlah air kencingnya dan ia mengabarkan bahwa dirinya masih dalam keadaan sehat-sehat saja tidak pernah ngompol. Tak seberapa lama ia mengenakan perhiasan itu ke leher dan tangan menantunya yang ketiga, sambil berkata: "Inilah anakku... suatu saat ketika aku sudah tua dan di sisa umurku kepadanya lah aku akan berlindung. Ternyata ibu tadi sudah menghabiskan seluruh hartanya untuk dihibahkan kepada menantu ketiganya kecuali sebagian untuk masa tuanya. Di saat itulah dua perempuan dari istri anak yang pertama dan kedua tertunduk malu sambil menyesali perbuatannya, penyesalan sudah terlambat dari keputusan sang ibu mertua. Ibu itu berkata kepada anak-anak laki-lakinya: "Bahwa seperti ini akan terulang, kalian juga akan diperlakukan sedemikian rupa oleh anak-anak kalian. Ambillah pelajaran dari penyesalanmu ini... betapa berat seorang ibu membesarkan anak-anaknya. Didiklah anak-anak kalian untuk tidak salah mencari istri yang baik untuk menjadi pendamping hidupnya. Aku melihat kebahagiaan berumahtangga hanya ada pada keluarga anakku yang nomer tiga, ia hidup berumahtangga dan tidak banyak yang aku ketahui, semoga kebaikan seorang istri yang tertutup dan tidak tampak oleh seorang ibu selalu menjadi sumber kebahagiaan rumahtangga dan kebahagiaan yang nyata di hadapan Allah kelak."

Allah, Ya Tuhanku.... Ampunilah kedua orangtuaku dan kasihanilah mereka sebagaimana mereka mengasihi diriku di masa aku masik kanak-kanak dalam keadaan lemah tak berdaya. Ya Allah semoga Engkau menjadikan diriku ini tergolong orang-orang yang berbakti kepada kedua orangtua."

***

Diterjemah dari versi bahasa Arab.
Malang
KH. Badruddin (Dosen UIN Maliki)

Jumat, 06 Maret 2020

KISAH PEMUDA YANG INGIN DIBAKAR OLEH RASULULLAH SAW, KARENA MENGUTAMAKAN ISTRINYA DIBANDING IBUNYA

.
"Pada zaman Rasulullah SAW ada seseorang pemuda yang bernama Alqamah. Dia seseorang pemuda yang giat beribadah, Rajin shalat, Banyak puasa dan suka bersedekah. Suatu ketika dia sakit keras, Maka istrinya mengirim utusan kepada Rasulullah untuk memberitahukan kepada beliau akan keadaan Alqamah. Maka, Rasulullahpun mengutus Ammar bin Yasir, Shuhaib Ar-Rumi dan Bilal bin Rabbah untuk melihat keadaannnya. Beliau bersabda, "Pergilah ke rumah Alqamah dan talqin-lah untuk mengucapkan Laailahaillallah!".
.
Akhirnya mereka berangkat kerumahnya, Ternyata saat itu Alqamah sudah dalam keadaan naza, Maka segeralah mereka mentalqin-nya, Namun ternyata lisan Alqamah tidak bisa mengucapkan Lailahailallah.
.
Langsung saja mereka laporkan kejadian ini pada Rasulullah. Maka Rasulullah pun bertanya, "Apakah dia masih mempunyai kedua orang tua!?".
.
Ada yang menjawab, "Ada wahai Rasulullah, Dia masih mempunyai seseorang ibu yang sudah sangat tua renta!".
.
Maka Rasulullah mengirim utusan untuk menemuinya, Dan beliau berkata kepada utusan tersebut, "Katakan kepada ibunya Alqamah, Jika dia masih mampu untuk berjalan menemui Rasulullah maka datanglah, Namun kalau tidak, Maka biarlah Rasulullah yang datang menemuinya!".
.
Tatkala utusan itu telah sampai pada ibunya Alqamah dan pesan beliau itu disampaikan, Maka dia berkata, "Sayalah yang lebih berhak untuk mendatangi Rasulullah!".
.
Maka, Dia pun memakai tongkat dan berjalan mendatangi Rasulullah. Sesampainya di rumah Rasulullah, Dia mengucapkan salam dan Rasulullah pun menjawab salamnya.
.
Lalu Rasulullah bersabda kepadanya, "Wahai ibu Alqamah, Jawablah pertanyaanku dengan jujur, Sebab jika engkau berbohong, Maka akan datang wahyu dari Allah yang akan memberitahukan kepadaku, Bagaimana sebenarnya keadaan putramu Alqamah!?".
.
Sang ibu menjawab, "Wahai Rasulullah, Dia rajin mengerjakan shalat, Banyak puasa dan senang bersedekah!".
.
Lalu Rasulullah bertanya lagi, "Lalu apa perasaanmu padanya!?".
Dia menjawab, "Saya marah kepadanya Wahai Rasulullah!".
Rasulullah bertanya lagi, "Kenapa?".
Dia menjawab, "Wahai Rasulullah, Dia lebih mengutamakan istrinya dibandingkan saya dan diapun durhaka kepada saya!".
.
Maka, Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya kemarahan sang ibu telah menghalangi lisan Alqamah, Sehingga tidak bisa mengucapkan syahadat!".
.
Kemudian beliau bersabda, "Wahai Bilal, Pergilah dan kumpulkan kayu bakar yang banyak!".
Si ibu berkata, "Wahai Rasulullah, Apa yang akan engkau perbuat!?".
Beliau menjawab, "Saya akan membakarnya dihadapanmu!".
Dia menjawab, "Wahai Rasulullah, Saya tidak tahan kalau engkau membakar anakku dihadapanku!".
Maka, Rasulullah menjawab, "Wahai Ibu Alqamah, Sesungguhnya adzab Allah lebih pedih dan lebih langgeng, Kalau engkau ingin agar Allah mengampuninya, Maka relakanlah anakmu Alqamah, Demi Dzat yang jiwaku berada di Tangan-Nya, Shalat, Puasa dan sedekahnya tidak akan memberinya manfaat sedikitpun selagi engkau masih marah kepadanya!".
Maka dia berkata, "Wahai Rasulullah, Allah sebagai saksi, Juga para malaikat dan semua kaum muslimin yang hadir saat ini, Bahwa saya telah ridha pada anak saya Alqamah!".
.
Rasulullah pun berkata kepada Bilal, "Wahai Bilal, Pergilah kepadanya dan lihatlah apakah Alqamah sudah bisa mengucapkan syahadat ataukah belum, Barangkali ibu Alqamah mengucapkan sesuatu yang bukan berasal dari dalam hatinya, Barangkali dia hanya malu kepadaku!".
.
Maka, Bilal pun berangkat, Ternyata dia mendengar Alqamah dari dalam rumah mengucapkan Lailahailallah. Maka, Bilal pun masuk dan berkata, "Wahai sekalian manusia, Sesungguhnya kemarahan ibu Alqamah telah menghalangi lisannya sehingga tidak bisa mengucapkan syahadat, Dan ridhanya telah menjadikanya ia mampu mengucapkan syahadat!".
.
Kemudian, Alqamah pun meninggal dunia saat itu juga. Maka, Rasulullah melihatnya dan memerintahkan untuk dimandikan lalu dikafani, Kemudian beliau menshalatkannya dan menguburkannya.

Lalu, Didekat kuburan itu beliau bersabda, "Wahai sekalian kaum Muhajirin dan Anshar, Barangsiapa yang melebihkan istrinya daripada ibunya, Dia akan mendapatkan laknat dari Allah, Para malaikat dan sekalian manusia. Allah tidak akan menerima amalannya sedikitpun kecuali kalau dia mau bertobat dan berbuat baik pada ibunya serta meminta ridhanya, Karena ridha Allah tergantung pada ridhanya dan kemarahan Allah tergantung pada kemarahannya!".

Selasa, 03 Maret 2020

Wanita Boleh Menyampaikan Perasaannya Pada Laki-Laki Untuk Dinikahi

ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻋﻠﻲ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ اﻟﻠﻪ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻣﺮﺣﻮﻡ ﻗﺎﻝ: ﺳﻤﻌﺖ ﺛﺎﺑﺘﺎ اﻟﺒﻨﺎﻧﻲ ﻗﺎﻝ: ﻛﻨﺖ ﻋﻨﺪ ﺃﻧﺲ ﻭﻋﻨﺪﻩ اﺑﻨﺔ ﻟﻪ ﻗﺎﻝ ﺃﻧﺲ: ﺟﺎءﺕ اﻣﺮﺃﺓ ﺇﻟﻰ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﷺ ﺗﻌﺮﺽ ﻋﻠﻴﻪ ﻧﻔﺴﻬﺎﻗﺎﻟﺖ: ﻳﺎ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺃﻟﻚ ﺑﻲ ﺣﺎﺟﺔ؟ ﻓﻘﺎﻟﺖ ﺑﻨﺖ ﺃﻧﺲ: ﻣﺎ ﺃﻗﻞ ﺣﻴﺎءﻫﺎ ﻭاﺳﻮﺃﺗﺎﻩ ﻭاﺳﻮﺃﺗﺎﻩ. ﻗﺎﻝ: ﻫﻲ ﺧﻴﺮ ﻣﻨﻚﺭﻏﺒﺖ ﻓﻲ اﻟﻨﺒﻲ ﷺ
 ﻓﻌﺮﺿﺖ ﻋﻠﻴﻪ ﻧﻔﺴﻬﺎ

"Telah menceritakan kepada kami Ali bin Abdullah, Telah menceritakan kepada kami Marhum bin Abdul Aziz bin Mihran ia berkata; Aku mendengar Tsabit Al Bunani berkata; Aku pernah berada di tempat Anas sedang ia memiliki anak wanita. Anas berkata : "Ada seorang wanita datang kepada Rasulullah ﷺ
 Lalu menghibahkan dirinya kepada beliau". Wanita itu berkata : 'Wahai Rasulullah, adakah Anda berhasrat padaku? lalu anak wanita Anas pun berkomentar : Alangkah sedikitnya rasa malunya  Anas berkata  Wanita lebih baik daripada kamu, sebab ia suka pada Nabi ﷺ hingga ia menghibahkan dirinya pada beliau"

شرح البخاري لابن بطال ج ٧ ص ٢٢٧
ﻗﺎﻝ اﻟﻤﻬﻠﺐ: ﻓﻴﻪ ﺟﻮاﺯ ﻋﺮﺽ اﻟﻤﺮﺃﺓ ﻧﻔﺴﻬﺎ ﻋﻠﻰ اﻟﺮﺟﻞ اﻟﺼﺎﻟﺢ ﻭﺗﻌﺮﻳﻔﻪ ﺑﺮﻏﺒﺘﻬﺎ ﻓﻴﻪ ﻟﺼﻼﺣﻪ ﻭﻓﻀﻠﻪ، ﻭﻟﻌﻠﻤﻪﻭﺷﺮﻓﻪ، ﺃﻭ ﻟﺨﺼﻠﺔ ﻣﻦ ﺧﺼﺎﻝ اﻟﺪﻳﻦ.
Hadits di atas menunjukkan bolehnya wanita menawarkan darinya kepada laki-laki yang Sholeh dan mengerti tau tentang yang menyebabkan suka karena sholihnya, keutamaan Nya, Ilmu dan kemuliaan yang ada kaitan dengan Agama
 عمدة القارى ج ٢٠ ص ١١٣.
ﺑﺎﺏ ﻋﺮﺽ اﻟﻤﺮﺃﺓ ﻧﻔﺴﻬﺎ ﻋﻠﻰ اﻟﺮﺟﻞ اﻟﺼﺎﻟﺢ ﺃﻱ: ﻫﺬا ﺑﺎﺏ ﻓﻲ ﺑﻴﺎﻥ ﺟﻮاﺯ ﻋﺮﺽ اﻟﻤﺮﺃﺓ ﻧﻔﺴﻬﺎ ﻋﻠﻰ اﻟﺮﺟﻞ اﻟﺼﺎﻟﺢ ﺭﻏﺒﺔ ﻟﺼﻼﺣﻪ ﻗﻴﻞ: ﻟﻤﺎ ﻋﻠﻢ اﻟﺒﺨﺎﺭﻱ اﻟﺨﺼﻮﺻﻴﺔ ﻓﻲ ﻗﺼﺔ اﻟﻮاﻫﺒﺔ ﻧﻔﺴﻬﺎ ﻟﻠﻨﺒﻲ ﷺاﺳﺘﻨﺒﻂ ﻣﻦ اﻟﺤﺪﻳﺚ ﻣﺎ ﻻ ﺧﺼﻮﺻﻴﺔ ﻓﻴﻪ ﻭﻫﻮ ﺟﻮاﺯ ﻋﺮﺽ اﻟﻤﺮﺃﺓ ﻧﻔﺴﻬﺎ ﻟﻠﺮﺟﻞ اﻟﺼﺎﻟﺢ.

 الموسوعة الفقهية ٣٠/٥٠
 عَرْضُ الْمَرْأَةِ نَفْسَهَا عَلَى الرَّجُل الصَّالِحِ يَجُوزُ عََفْسَهَا عَلَى الرَّجُل وَتَعْرِيفُهُ رَغْبَتَهَا فِيهِ لِصَلاَحِهِ وَفَضْلِهِ أَوْ لِعِلْمِهِ وَشَرَفِهِ أَوْ لِخَصْلَةٍ مِنْ خِصَال الدِّينِ وَلاَ غَضَاضَةَ عَلَيْهَا فِي ذَلِكَ بَل ذَلِكَ يَدُل عَلَى فَضْلِهَا

Boleh hukumnya wanita menawarkan dirinya atau memberitahukan perasaan cintanya pada seorang pria karena mendamba keshalihannya, keutamaannya, keilmuannya, kemuliaannya atau apapun yang berkaitan dengan keagamaan. Yang demikian tidaklah merendahkan martabat seorang wanita namun justru menunjukkan keutamaannya

Senin, 02 Maret 2020

Dianjurkan Memegang Ubun-Ubun Istri dan Membaca Doa Ini Setelah Akad Nikah


Salah satu sunnah Nabi Muhammad yang kerap dilakukan saat prosesi pernikahan adalah mencium kening istri. Di mana hal ini dilakukan sembari mengucapkan doa. Ada beberapa bentuk bacaan doa yang dianjurkan oleh para ulama’.

Dasar dari anjuran ini salah satunya adalah hadis yang diriwatkan Imam Malik dalam Kitab al-Muwatha’ yang berbunyi:

حَدَّثَنِي يَحْيَى عَنْ مَالِك عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا تَزَوَّجَ أَحَدُكُمْ الْمَرْأَةَ أَوْ اشْتَرَى الْجَارِيَةَ فَلْيَأْخُذْ بِنَاصِيَتِهَا وَلْيَدْعُ بِالْبَرَكَةِ

“Yahya bercerita padaku dari Malik, dari Zaid ibn Aslam, bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Ketika salah seorang kalian menikahi perempuan atau membeli budak perempuan, maka peganglah ubun-ubunnya dan berdoalah meminta berkah (kebaikan).’”

Imam Abdurrahman Ba’alawi dalam Kitab Bughyatul Mustarsyidin, Bab Nikah, mendokumentasikan beberapa redaksi doa, yang dapat dibaca saat mencium ubun-ubun istri.

Pertama, riwayat Imam at-Thabarani dengan sedikit tambahan:

اَللّٰهُمَّ بَارٍكْ لِي فِيَّ أَهْلِي وَبَارِكْ لِأَهْلِي فِيَّ وَارْزُقْهُمْ مِنِّي وَارْزُقْنِي مِنْهُمْ ، وَاجْمَعْ بَيْنَنا مَا جَمَعْتَ فِي خَيْرٍ ، وَفَرِّقْ بَيْنَنَا مَا فَرَّقْتَ فِي خَيْرٍ ، بَارَكَ اللهُ لِكُلٍ مِنَّا فِي صَاحِبِهِ

“Ya Allah, berkahilah aku dalam permasalahan keluargaku. Berkahilah keluargaku dalam permasalahanku. Berilah mereka rizki dariku, dan berilah aku rizki dari mereka. Satukan kami selama dalam kebaikan, dan pisahkan kami selama dalam kebaikan. Berilah masing-masing dari kami kebaikan dalam permasalahan pasangan.”

Kedua, riwayat Imam Abu Dawud dan Ibnu Majah:

اللَّهُمَّ إنِّي أَسْأَلُك خَيْرَهَا وَخَيْرَ مَا جَبَلْتهَا عَلَيْهِ وَأَعُوذُ بِك مِنْ شَرِّهَا وَشَرِّ مَا جَبَلْتهَا عَلَيْهِ

“Ya Allah, aku meminta kepada-Mu kebaikan istriku dan kebaikan apa yang ia munculkan pada pernikahan. Dan aku berlindung padamu dari keburukan istriku dan keburukan apa yang ia munculkan pada perrnikahan.”

Ketiga, doa yang memadukan dari beberapa riwayat dan berbunyi:

اَللّٰهُمَّ إِنِّى أُعِيذُهَا بِكَ وَذُرِّيَّتَهَا مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

“Ya Allah, aku meminta perlindungan pada-Mu terkait ia (Istri) dan keturunannya dari setan yang dilaknat.”

Sedang dalam beberapa redaksi kitab fikih seperti Tuhfatul Muhtaj karya Imam Ibn Hajar al-Haitami dan Nihayatul Muhtaj karya Imam ar-Ramli, dianjurkan mencium ubun-ubun istri sembari berdoa:

بَارَكَ اللَّهُ لِكُلٍّ مِنَّا فِي صَاحِبِهِ

“Semoga Allah memberi keberkahan masing-masing dari kita dalam permasalahan pasangannya.”

Bermacam-macam doa di atas tidaklah kesemuanya secara lafadz berasal dari Nabi Muhammad. Ulama yang mendalam pengetahuan agamanya sebagian hanya mengamalkan anjuran Nabi berupa meminta kebaikan, dengan menyusun doa berisi meminta kebaikan. Adapula yang mengamalkan anjuran Nabi berupa meminta perlindungan dari setan, dengan memakai doa meminta perlindungan dari setan berdasar riwayat lain dengan konteks yang agak berbeda.