Abdul Hamid Aly

Rindu ini selalu milikmu Yaa Rosuul

Save Muslim Muslimah

Saling berpesan kepada hal kebenaran dan kesabaran

KH. M. Ali Bahruddin

Pesantren At-taqwa Pasuruan (Keluarga Jam'iyyah Thoriqoh Al-Mu'tabaroh Qodiririyyah wa Naqsyabandiyah).

Nahdlatul Ulama'

Ahlus Sunnah wal Jama'ah An-Nahdliyyah.

Diamond Class

Alhamdulillah ala kulli chaal.

Kamis, 30 Juni 2016

Puisi BJ Habibie untuk Ibu Ainun

Sebenarnya ini bukan tentang kematianmu, bukan itu. Karena aku tahu bahwa semua yang ada pasti menjadi tiada pada akhirnya, dan kematian adalah sesuatu yang pasti, dan kali ini adalah giliranmu untuk pergi, aku sangat tahu itu.

Tapi yang membuatku tersentak sedemikian hebat, adalah kenyataan bahwa kematian benar-benar dapat memutuskan kebahagiaan dalam diri seseorang, sekejap saja, lalu rasanya mampu membuatku nelangsa setengah mati, hatiku seperti tak di tempatnya dan tubuhku serasa kosong melompong, hilang isi.

Kau tahu sayang, rasanya seperti angin yang tiba-tiba hilang berganti kemarau gersang.

Pada airmata yang jatuh kali ini, aku selipkan salam perpisahan panjang, pada kesetiaan yang telah kau ukir, pada kenangan pahit manis selama kau ada, aku bukan hendak mengeluh, tapi rasanya terlalu sebentar kau disini.
Mereka mengira aku lah kekasih yang baik bagimu sayang, tanpa mereka sadari, bahwa kaulah yang menjadikan aku kekasih yang baik. Mana mungkin aku setia padahal memang kecenderunganku adalah mendua, tapi kau ajarkan aku kesetiaan, sehingga aku setia, kau ajarkan aku arti cinta, sehingga aku mampu mencintaimu seperti ini.

Selamat jalan, kau dari-Nya, dan kembali pada-Nya, kau dulu tiada untukku dan sekarang kembali tiada.
Selamat jalan sayang, cahaya mataku, penyejuk jiwaku, selamat jalan calon bidadari surgaku

-Bacharuddin Jusuf Habibie-

Wafat nya putri kesayangan Rasulullah saw

Hari ketiga Ramadan adalah hari wafatnya anak kesayangan baginda Nabi Muhammad SAW, Fatimah Az-Zahra. Fatimah yang juga istri Ali bin Abu Thalib, ini wafat pada 3 Ramadan tahun 11 Hijriah atau 23 November 632 Masehi. Dia dimakamkan pemakaman Baqi, Madinah.

Kepergian ibu dari Hasan dan Husein sungguh menyayat hati dan mengharu biru. Fatimah sebenarnya sudah tahu kapan dirinya akan dipanggil Ilahi.
Alkisah saat Rasulullah terbaring sakit, Fatimah tak henti-hentinya bersedih. Rasulullah pun membisikkan sesuatu ke telinga anaknya.

"Aku akan pergi tetapi engkau pertama yang akan menyusul," ujar Rasulullah"
Sontak raut muka Fatimah menjadi senang karena keriduannya kepada ayahanda pasti segera tertambat. Banyak yang ingin tahu apa yang Rasulullah bisikkan kepada Fatimah, namun ditanya berapa kalipun Fatimah bergeming.

Fatimah menyadari ajalnya makin dekat, saat itu dia menemui ayahnya dalam mimpi. "Wahai Fatimah! aku datang untuk memberi kabar gembira kepadamu. Telah datang saat terputusnya takdir kehidupannya di dunia ini, putriku. Tiba sudah saatnya untuk kembali ke alam akhirat! Wahai Fatimah bagaimana kalau besok malam kamu menjadi tamuku?"

Sebelum meninggal, Fatimah berlaku tidak biasa di dalam rumah dia menyisir Hasan dan Husein dengan air mawar dan hati terus bergetar karena tahu dia akan meninggalkan dua buah hatinya. Dia dekap Hasan dan Husein dan diciuminya dalam-dalam.

Ali termenung dan terus memandangi belahan hatinya tersebut. lantas Fatimah berkata, "Wahai Ali. Bersabarlah untuk deritamu yang pertama dan bertahanlah untuk deritamu yang kedua! Jangan engkau melupakan diriku. Ingatlah diriku selalu mencintaimu dengan sepenuh jiwa. Engkau kekasihku, suamiku, teman hidupku yang terbaik, teman diriku berbagi derita dan teman perjalananku"

Lalu keempat orang itu menangis dan berpelukan. Fatimah lalu meminta kedua anaknya berziarah ke pemakaman Baki. Anak-anaknya menurut. Untuk terakhir kali Fatimah memandang Ali "Halal semua atasku wahai cahaya kedua mataku," ujar Fatimah memohon maaf.
Fatimah berbaring dan menyuruh Asma binti Umais menyiapkan keperluan dan makanan. Tak disangka beberapa waktu sebelum ditariknya nyawa Fatimah, dua anaknya kembali ke rumah. Fatimah pun menyuruh lagi keduanya pergi ke Raudah, dia tidak ingin anaknya sedih melihatnya menghadap Ilahi.

Dalam kesakitannya, Fatimah berbisik kepada Ali. Dia menitipkan wasiat kepada Ali, yaitu permohonan maaf kepada Ali, meminta Ali mencintai kedua anaknya, meminta dirinya dimakamkan pada malam hari agar saat dikebumikan tidak banyak dilihat manusia, dan meminta Ali untuk sering mengunjungi makamnya.

Saat menitipkan wasiat, tiba-tiba dua anaknya kembali dari Raudah. Sadar kondisi ibunya, mereka mendekap Fatimah erat-erat. Fatimah meminta keduanya agar jangan berpaling di jalan Al-Quran, jalan Rasulullah dan melawan ayahnya.

Fatimah meminta semua orang keluar dari kamarnya, dia hendak menyendiri dan ingin bersama tuhannya. Fatimah berpesan jika tidak ada lagi sahutan dari dalam kamar maka jiwanya telah hilang. Dalam sekejap Madinah telah kehilangan mawarnya saat Fatimah kembali keharibaan tuhan.

Kisah Tukang Es & peringatan Maulid

Pada suatu hari ada seorang tukang es yang belum pernah menghadiri maulid nabi,,,
setiap hari dia berjualan es dari kampung ke kampung untuk menjual esnya,,, namun es yang dijualnya hanya laku sedikit,,,
pada suatu hari dia melihat ada banyak orang berkumpul di suatu masjid yang sedang mengadakan maulid dan dia putuskan untuk berdagang disana (niatnya bukan untuk mengahdiri maulid akan tetapi hanya untuk menjual esnya saja) selesai acara maulid para jamaah membeli esnya sehingga habis semua dagangannya...

Esok harinya dia mencari lagi tempat yang mengadakan maulid,,,
dengan niat yang sama yaitu hanya untuk menjual es bukan untuk menghadiri  maulid...
selesai acara esnya habis terjual... dan begitu seterusnya, hingga dia berfikir,,, sebenarnya apa yang sedang orang-orang itu lakukan ...??? (dalam hati dia bertanya)
Suatu hari dia mencoba tidak hanya ingin menjual esnya tapi juga dia ingin tahu apa itu makna maulid... hatinya mulai tersentuh dengan untaian kata" yang indah dari pembacaan riwayat maulid nabi Muhammad saw...

keesokan harinya dia mencari lagi tempat yang mengadakan maulid ...
Namun untuk kali ini niatnya adalah menghadiri maulid nabi...
Dan begitu seterusnya,,,
sampai suatu hari sehabis acara maulid nabi Muhammad SAW dia tidak menjual dagangannya ,,, tetapi membagikannya kepada jamaah yang menghadiri maulid...
setiap hari dia mencari tempat yang mengadakan maulid dan membagikan dagangannya kepada para jamaah dan begitu seterusnya...

sampai suatu ketika orang-orang bertanya kepada si tukang es “tukang es... kenapa ente selalu memberikan es gratis emangnya ente ga rugi ...???”
tukang es menjawab ” ane ingin menhormati para tamu rasulullah tapi ane hanya lah tukang es,,,makanya ane kasih gratis es yang ana punya”

kemudian dalam hati dia berniat,,, tahun depan dia ingin mengadakan maulid nabi di rumahnya,,,
sudah dia putuskan... kemudian setiap hari dia berdagang kemudian keuntungannya di bagi dua yang pertama untuk modalnya dan kedua untuk acara maulid dirumahnya...

hari demi hari bulan demi bulan pun terlewati sampai tiba tepat di bulan maulid lagi tgl 12 Rabiul awal...
kemudian dia persiapkan kebutuhan untuk acara maulid dengan membeli makanan dan buah-buahan dan dia juga siapkan makanan untuk 100 orang...

sore harinya usai sholat ashar dia pergi kerumah tetangga-tetangganya untuk mengundang acara maulid yang akan dilaksanakan di rumahnya...

Ba`da isya dia menunggu para jamaah tapi belum juga datang,,,
sampai jam 9 malam belum juga datang sampai jam 11 malam pintu -pintu sudah mulai tertutup tapi jamaah belum juga datang...
kemudian dia putuskan untuk mengadakan maulid bersama keluarganya saja... yaitu dengan 2 anaknya dan istrinya....
di awali dengan pembacaan maulid  "Yaa Rabbi Shalli ala Muhammad Yaa Rabbi Sholli alaihi wasallim " saat itu air mata mereka sekeluarga mulai menetes membasahi pipi...

begitu seterusnya sampai pembacaan maulid pun air matanya turun begitu derasnya ,,,sambil berfikir bingung dalam hati,,,
Mengapa dia berusaha untuk mengundang para tamu rasulullah tapi tak ada satu pun yang datang... sampai pembacaan sholawat pun tiba dan berdiri,,,
dia sudah tidak kuat lagi sambil menetesnya air mata dia membaca sholawat ...
" Yaa Nabi salam alaika Yaa Rasul salam alaika Yaa Habib salam alaika Yaa Rasulullah sholawatullah alaika"...

tiba – tiba datang segerombolan orang kerumahnya dengan pakaian putih, bersorban putih dan berbaris dan di ujung jalan rumahnya ada sesosok orang yang berkharisma, berwibawa dan dengan cahaya di wajahnya jalan menuju rumahnya,,,
kemudian si tukang es bertanya padanya “siapakan engkau wahai tuan ...? aku belum pernah melihat engkau,,, wajahmu begitu bersinar terang dan tubuhmu sangat wangi apakah warga baru disini ...?”
Kemudian Tamu itu menjawab ...“Namaku selalu kau sebut -sebut dalam maulid dan sholawat, hatimu selalu menyebut namaku. diamanapun dan kapan pun...

kerinduanmu pada ku membuat kamu cinta dengan diriku”
kemudian si tukang es tersadar bahwa orang tersebut adalah nabi Muhammad SAW...

Subhanallah ...
Yaa sayyidii  yaa rosuulalloh...
Yaa sayyidii  yaa rosuulalloh...
Yaa sayyidii  yaa rosuulalloh...

Alwada yaa Romadhon...

Disadur dari kitab Shoibul Hikayat

Syekh Ahmad Khatib Sambas (1803-1875) , Guru para Ulama Nusantara


===========================

Syeikh Ahmad Khatib Sambas adalah seorang ulama yang mendirikan perkumpulan Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah. Perkumpulan Tarekat ini merupakan penyatuan dan pengembangan terhadap metode dua Tarekat sufi besar. yakni Tarekat Qadiriyah dan Tarekat Naqsyabandiyah.

Syekh Ahmad Khatib Sambas dilahirkan di daerah Kampung Dagang, Sambas, Kalimantan Barat, pada bulan shafar 1217 H. bertepatan dengan tahun 1803 M. dari seorang ayah bernama Abdul Ghaffar bin Abdullah bin Muhammad bin Jalaluddin. Ahmad Khatib terlahir dari sebuah keluarga perantau dari Kampung Sange’. Pada masa-masa tersebut, tradisi merantau (nomaden) memang masih menjadi bagian cara hidup masyarakat di Kalimantan Barat.

Ahmad Khatib Sambas menjalani masa-masa kecil dan masa remajanya. Di mana sejak kecil, Ahmad khatib Sambas diasuh oleh pamannya yang terkenal sangat alim dan wara’ di wilayah tersebut. Ahmad khatib Sambas menghabiskan masa remajanya untuk mempelajari ilmu-ilmu agama, ia berguru dari satu guru-ke guru lainnya di wilayah kesultanan Sambas. Salah satu gurunya yang terkenal di wilayah tersebut adalah, H. Nuruddin Musthafa, Imam Masjid Jami’ Kesultanan Sambas.

Karena terlihat keistimewaannya terhadap penguasaan ilmu-ilmu keagamaan, Ahmad Khatib Sambas kemudian dikirim oleh orang tuanya untuk meneruskan pendidikannya ke Timur Tengah, khususnya Mekkah. Maka pada tahun 1820 M. Ahmad Khatib Sambas pun berangkat ke tanah suci untuk menuntaskan dahaga keilmuannya. Dari sini kemudian ia menikah dengan seorang wanita Arab keturunan Melayu dan menetap di Makkah. Sejak saat itu, Ahmad Khatib Sambas memutuskan menetap di Makkah sampai wafat pada tahun 1875 M.

Guru-gurunya :
1. H. Nuruddin Musthafa, Imam Masjid Jami’ Kesultanan Sambas.
2. Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari
3. Syekh Daud Bin Abdullah Al Fatani (ulama asal Patani Thailand Selatan yang bermukim di Mekkah)
4. Syekh Abdusshomad Al Palimbani (ulama asal Palembang yang bermukim di Mekkah)
5. Syeikh Abdul hafidzz al-Ajami
6. Syekh Ahmad al-Marzuqi
7. Syekh Syamsudin, mursyid tarekat Qadiriyah yang tinggal dan mengajar di Jabal Qubays Mekkah.

Ketika kemudian Ahmad Khatib telah menjadi seorang ulama, ia pun memiliki andil yang sangat besar dalam perkembangan kehidupan keagamaan di Nusantara, meskipun sejak kepergiannya ke tanah suci, ia tidaklah pernah kembali lagi ke tanah air.

Masyarakat Jawa dan Madura, mengetahui disiplin ilmu Syeikh Sambas, demikian para ulama menyebutnya kemudian, melalui ajaran-ajarannya setelah mereka kembali dari Makkah. Syeikh Sambas merupakan ulama yang sangat berpengaruh, dan juga banyak melahirkan ulama-ulama terkemuka dalam bidang fiqh dan tafsir, termasuk Syeikh Nawawi al-Bantani adalah salah seorang di antara murid-murid Beliau yang berhasil menjadi ulama termasyhur.

Salah satunya adalah Syeikh Abdul Karim Banten yang terkenal sebagai Sulthanus Syeikh. Ulama ini terkenal keras dalam imperialisme Belanda pada tahun 1888 dan mengobarkan pemberontakan yang terkenal sebagai pemberontakan Petani Banten. Namun sayang, perjuangan fisiknya ini gagal, kemudian meninggalkan Banten menuju Makkah untuk menggantikan Syeikh Ahmad Khatib Sambas.

Syeikh Ahmad Khatob Sambas dalam mengajarkan disiplin ilmu Islam bekerja sama dengan para Syeikh besar lainnya yang bukan pengikut thariqat seperti Syaikh Tolhah dari Cirebon, dan Syaikh Ahmad Hasbullah bin Muhammad dari Madura, keduanya pernah menetap di Makkah.

Sebagian besar penulis Eropa membuat catatan salah, ketika mereka menyatakan bahwa sebagian besar Ulama Indonesia bermusuhan dengan pengikut sufi. Hal terpenting yang perlu ditekankan adalah bahwa Syeikh Sambas adalah sebagai seorang Ulama (dalam asti intelektual), yan g juga sebagai seorang sufi (dalam arti pemuka thariqat) serta seorang pemimpin umat yang memiliki banyak sekali murid di Nusantara.

Hal ini dikarenakan perkumpulan Thariqat Qadiriyyah wa Naqsabhandiyyah yang didirikannya, telah menarik perhatian sebagian masyarakat muslim Indonesia, khususnya di wilayah Madura, Banten, dan Cirebon, dan tersebar luas hingga ke Malaysia, Singapura, Thailand, dan Brunei Darussalam.

Peranan dan Karyanya

Perlawanan yang dilakukan oleh suku Sasak, pengikut Thariqat Qadiriyyah wa Naqshabandiyyah yang dipimpin oleh Syeikh Guru Bangkol juga merupakan bukti yang melengkapi pemberontakan petani Banten, bahwa perlawanan terhadap pemerintahan Belanda juga dipicu oleh keikutsertaan mereka pada perkumpulan Thariqoh yang didirikan oleh Syeikh Ahmad Khatib Sambas ini.

Thariqat Qadiriyyah wan Naqshabandiyyah mempunyai peranan penting dalam kehidupan muslim Indonesia, terutama dalam membantu membentuk karakter masyarakat Indonesia. Bukan semata karena Syaikh Ahmad Khatib Sambas sebagai pendiri adalah orang dari Nusantara, tetapi bahwa para pengikut kedua Thariqat ini adalah para pejuang yang dengan gigih senantiasa mengobarkan perlawanan terhadap imperialisme Belanda dan terus berjuang melalui gerakan sosial-keagamaan dan institusi pendidikan setelah kemerdekaan.

Ajarah Syeikh Ahmad Khatib Sambas hingga saat ini dapat dikenali dari karyanya berupa kitab FATHUL ARIFIN nang merupakah notulensi dari ceramah-ceramahnya yang ditulis oleh salah seorang muridnya, Muhammad Ismail bin Abdurrahim. Notulensi ini dibukukan di Makkah pada tanggal tahun 1295 H. kitab ini memuat tentang tata cara, baiat, talqin, dzikir, muqarobah dan silsilah Thariqah Qadiriyyah wan Naqsyabandiyah.

Buku inilah yang hingga saat ini masih dijadikan pegangan oleh para mursyid dan pengikut Thariqah Qadiriyyah wan Naqsyabandiyah untuk melaksanakan prosesi-prosesi peribadahan khusus mereka. Dengan demikian maka tentu saja nama Syeikh Ahmad Khatib Sambas selalu dikenang dan di panjatkan dalam setiap doa dan munajah para pengikut Thariqah ini.

Walaupun Syeikh Ahmad Khatib Sambas termasyhur sebagai seorang tokoh sufi, namun Beliau juga menghasilkan karya dalam bidang ilmu fikih yang berupa manusrkip risalah Jum’at. Naskah tulisan tangan ini dijumpai tahun 1986, bekas koleksi Haji Manshur yang berasal dari Pulau Subi, Kepulauan Riau. Demikian menurut Wan Mohd. Shaghir Abdullah, seorang ulama penulis asal tanah Melayu. Kandungan manuskrip ini, membicarakan masalah seputar Jum’at, juga membahas mengenai hukum penyembelihan secara Islam.

Pada bagian akhir naskah manuskrip, terdapat pula suatu nasihat panjang, manuskrip ini ditutup dengan beberapa amalan wirid Beliau selain amalan Tariqat Qadiriyah-Naqsyabandiyah.

Karya lain (juga berupa manuskrip) membicarakan tentang fikih, mulai thaharah, sholat dan penyelenggaraan jenazah ditemukan di Kampung Mendalok, Sungai Kunyit, Kabupaten Pontianak, Kalimantan Barat, pada 6 Syawal 1422 H/20 Disember 2001 M. karya ini berupa manuskrip tanpa tahun, hanya terdapat tahun penyalinan dinyatakan yang menyatakan disalin pada hari kamis, 11 Muharam 1281 H. oleh Haji Ahmad bin Penggawa Nashir.

Sedangkan mengenai masa hidupnya, sekurang-kurangnya terdapat dua buah kitab yang ditulis dalam bahasa Arab oleh orang Arab, menceritakan kisah ulama-ulama Mekah, termasuk di dalamnya adalah nama Syeikh Ahmad Khatib Sambas. Kitab yang pertama, Siyar wa Tarajim, karya Umar Abdul Jabbar. Kitab kedua, Al-Mukhtashar min Kitab Nasyrin Naur waz Zahar, karya Abdullah Mirdad Abul Khair yang diringkaskan oleh Muhammad Sa'id al-'Amudi dan Ahmad Ali.

Murid-Muridnya antara lain :
1. Syekh Nawawi Al Bantani
2. Syekh Muhammad Kholil Bangkalan Madura
3. Syekh Abdul Karim Banten
4. Syekh Tolhah Cirebon

Syekh Nawawi Al Bantani dan Syekh Muhammad Kholil selain berguru kepada Syekh Ahmad Khatib Sambas juga berguru kepada Syekh Ahmad Zaini Dahlan, mufti mazhab Syafii di Masjidil Haram Mekkah.

Sepeninggal Syekh Ahmad Khatib Sambas, Imam Nawawi Al Bantani ditunjuk meneruskan mengajar di Madrasah beliau di Mekkah tapi tidak diberi hak membaiat murid dalam tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah. Sedangkan Syekh Muhammad Kholil, Syekh Abdul Karim dan Syekh Tolhah diperintahkan pulang ke tanah Jawa dan ditunjuk sebagai Khalifah yang berhak menyebarkan dan membaiat murid dalam tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah.

Murid murid Syekh Ahmad Khatib Sambas diatas adalah guru para Ulama-Ulama Nusantara generasi berikutnya yang dikemudian hari menjadi ulama yang mendirikan pondok pesantren dan biasa dipanggil dan digelari sebagai KYAI, Tuan Guru, Ajengan, dsb.

Sebagai contoh, Syekh Muhammad Kholil Bangkalan Madura mempunyai murid-murid antara lain :

1. KH. Hasyim Asy’ari : Pendiri, pengasuh Pondok Pesantren Tebu Ireng Jombang. Beliau juga dikenal sebagai pendiri organisasi Islam Nahdlatul Ulama (NU) Bahkan beliau tercatat sebagai Pahlawan Nasional.
2. KHR. As’ad Syamsul Arifin : Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah, Sukorejo Asembagus, Situbondo. Pesantren ini sekarang memiliki belasan ribu orang santri.
3. KH. Wahab Hasbullah: Pendiri, Pengasuh Pondok Pesantren Tambak Beras Jombang. Pernah menjabat sebagai Rais Aam NU (1947 – 1971).
4. KH. Bisri Syamsuri: Pendiri, Pengasuh Pondok Pesantren Denanyar, Jombang.
5. KH. Maksum : Pendiri, Pengasuh Pondok Pesantren Rembang, Jawa Tengah
6. KH. Bisri Mustofa : Pendiri, Pengasuh Pondok Pesantren Rembang, Beliau juga dikenal sebagai mufassir Al Quran. Kitab tafsirnya dapat dibaca sampai sekarang, berjudul “Al-Ibriz” sebanyak 3 jilid tebal berhuruf jawa pegon.
7. KH. Muhammad Siddiq : Pendiri, Pengasuh Pesantren Siddiqiyah, Jember.
8. KH. Muhammad Hasan Genggong : Pendiri, Pengasuh Pondok Pesantren Zainul Hasan, Genggong. Pesantren ini memiliki ribuan santri dari seluruh penjuru Indonesia.
9. KH. Zaini Mun’im : Pendiri, Pengasuh Pesantren Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo. Pesantren ini juga tergolong besar, memiliki ribuan santri dan sebuah Universitas yang cukup megah.
10. KH. Abdullah Mubarok : Pendiri, Pengasuh Pondok , kini dikenal juga menampung pengobatan para morphinis.
11. KH. Asy’ari : Pendiri, pengasuh pondok Pesantren Darut Tholabah, Wonosari Bondowoso.
12. KH. Abi Sujak : Pendiri, pengasuh pondok Pesantren Astatinggi, Kebun Agung, Sumenep.
13. KH. Ali Wafa : Pendiri, pengasuh Pondok Pesantren Temporejo, Jember. Pesantren ini mempunyai ciri khas yang tersendiri, yaitu keahliannya tentang ilmu nahwu dan sharaf.
14. KH. Toha : Pendiri, pengasuh Pondok Pesantren Bata-bata, Pamekasan.
15. KH. Mustofa : Pendiri, pengasuh Pondok Pesantren Macan Putih, Blambangan
16. KH Usmuni : Pendiri, pengasuh Pondok Pesantren Pandean Sumenep.
17. KH. Karimullah : Pendiri, pengasuh Pondok Pesantren Curah Damai, Bondowoso.
18. KH. Manaf Abdul Karim : Pendiri, pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo Kediri.
19. KH. Munawwir : Pendiri, pengasuh Pondok Pesantren Krapyak, Yogyakarta.
20. KH. Khozin : Pendiri, pengasuh pondok Pesantren Buduran, Sidoarjo.
21. KH. Nawawi : Pendiri, pengasuh pondok Pesantren Sidogiri, Pasuruan. Pesantren ini sangat berwibawa. Selain karena prinsip salaf tetap dipegang teguh, juga sangat hati-hati dalam menerima sumbangan. Sering kali menolak sumbangan kalau patut diduga terdapat subhat.
22. KH. Abdul Hadi : Lamongan.
23. KH. Zainudin : Nganjuk
24. KH. Maksum : Lasem
25. KH. Abdul Fatah : Pendiri, pengasuh Pondok Pesantren Al Fattah, Tulungagung
26. KH. Zainul Abidin : Kraksan Probolinggo.
27. KH. Munajad : Kertosono
28. KH. Romli Tamim : Rejoso jombang
29. KH. Muhammad Anwar : Pacul Bawang, Jombang
30. KH. Abdul Madjid : Bata-bata, Pamekasan, Madura
31. KH. Abdul Hamid bin Itsbat, banyuwangi
32. KH. Muhammad Thohir jamaluddin : Sumber Gayam, Madura.
33. KH. Zainur Rasyid : Kironggo, Bondowoso
34. KH. Hasan Mustofa : Garut Jawa Barat
35. KH. Raden Fakih Maskumambang : Gresik
36. KH. Sayyid Ali Bafaqih : Pendiri, pengasuh Pesantren Loloan Barat, Negara, Bali.
_______________________

Sumber: Wikipedia dan http://ahmad-nu.blogspot.co.id/

SYEIKH NAWAWI AL BANTANI ( Digelar Imam Nawawi Kedua )

NAMA Imam Nawawi tidak asing lagi bagi dunia Islam terutama dalam lingkungan ulama-ulama Syafi'iyah. Ulama ini sangat terkenal kerana banyak karangannya yang dikaji pada setiap zaman dari dahulu sampai sekarang. Pada penghujung abad ke-18 lahir pula seorang yang bernama Nawawi di Banten, Jawa Barat. Setelah dia menuntut ilmu yang sangat banyak, mensyarah kitab-kitab bahasa Arab dalam pelbagai disiplin ilmu yang sangat banyak pula, maka dia digelar Imam Nawawi ats-Tsani, ertinya Imam Nawawi Yang Kedua. Orang pertama memberi gelaran demikian ialah Syeikh Wan Ahmad bin Muhammad Zain al-Fathani.

Gelaran yang diungkapkan oleh Syeikh Ahmad al-Fathani dalam seuntai gubahan syairnya itu akhirnya diikuti oleh semua orang yang menulis riwayat ulama yang berasal dari Banten itu. Sekian banyak ulama dunia Islam sejak sesudah Imam Nawawi yang pertama (wafat 676 Hijrah/1277 Masehi) sampai sekarang ini belum ada orang lain yang mendapat gelaran Imam Nawawi ats-Tsani, kecuali Syeikh Nawawi, ulama kelahiran Banten yang dibicarakan ini. Rasanya gelaran demikian memang dipandang layak, tidak ada ulama sezaman dengannya mahupun sesudahnya yang mempertikai autoritinya dalam bidang ilmiah keislaman menurut metode tradisional yang telah wujud zaman berzaman dan berkesinambungan.

Sungguhpun Syeikh Nawawi ats-Tsani al-Bantani diakui alim dalam semua bidang ilmu keislaman, namun dalam dunia at-thariqah ash-shufiyah, gurunya Syeikh Ahmad Khathib Sambas tidak melantik beliau sebagai seorang mursyid Thariqat Qadiriyah-Naqsyabandiyah, tetapi yang dilantik ialah Syeikh Abdul Karim al-Bantani, iaitu ayah saudara kepada Syeikh Nawawi al-Bantani, yang sama-sama menerima thariqat itu kepada Syeikh Ahmad Khathib Sambas. Apakah sebabnya terjadi demikian hanya diketahui oleh Syeikh Ahmad Khathib Sambas dan Syeikh Nawawi al-Bantani. Syeikh Nawawi al-Bantani mematuhi peraturan yang diberikan itu, sehingga beliau tidak pernah mentawajuh/membai'ah seseorang muridnya walaupun memang ramai murid beliau yang menjadi ulama besar yang berminat dalam bidang keshufian.

LAHIR DAN PENDIDIKAN

Nama lengkapnya adalah Syeikh Muhammad Nawawi bin Umar ibnu Arabi bin Ali al-Jawi al-Bantani. Beliau adalah anak sulung seorang ulama Banten, Jawa Barat, lahir pada tahun 1230 Hijrah/1814 Masehi di Banten dan wafat di Mekah tahun 1314 Hijrah/1897 Masehi. Ketika kecil, beliau sempat belajar kepada ayahnya sendiri, dan di Mekah belajar kepada beberapa ulama terkenal pada zaman itu, di antara mereka yang dapat dicatat adalah sebagai berikut: Syeikh Ahmad an-Nahrawi, Syeikh Ahmad ad-Dumyati, Syeikh Muhammad Khathib Duma al-Hanbali, Syeikh Muhammad bin Sulaiman Hasbullah al-Maliki, Syeikh Zainuddin Aceh, Syeikh Ahmad Khathib Sambas, Syeikh Syihabuddin, Syeikh Abdul Ghani Bima, Syeikh Abdul Hamid Daghastani, Syeikh Yusuf Sunbulawani, Syeikhah Fatimah binti Syeikh Abdus Shamad al-Falimbani, Syeikh Yusuf bin Arsyad al-Banjari, Syeikh Abdus Shamad bin Abdur Rahman al-Falimbani, Syeikh Mahmud Kinan al-Falimbani, Syeikh Aqib bin Hasanuddin al-Falimbani. Demikian saja para gurunya yang dapat dicatat daripada berbagai-bagai sumber, dan berkemungkinan banyak yang belum dapat dicatat di sini.

Dipercayai beliau datang ke Mekah dalam usia 15 tahun dan selanjutnya setelah menerima pelbagai ilmu di Mekah, beliau meneruskan pelajarannya ke Syam (Syiria) dan Mesir. Setelah keluar dari Mekah kerana menuntut ilmu yang tidak diketahui berapa lamanya, lalu beliau kembali lagi ke Mekah. Keseluruhan masa beliau tinggal di Mekah dari mulai belajar, mengajar dan mengarang hingga sampai kemuncak kemasyhurannya lebih dari setengah abad lamanya. Diriwayatkan bahawa setiap kali beliau mengajar di Masjidil Haram sentiasa dikelilingi oleh pelajar yang tidak kurang daripada dua ratus orang. Kerana sangat terkenalnya beliau pernah diundang ke Universiti al-Azhar, Mesir untuk memberi ceramah atau fatwa-fatwa pada beberapa perkara yang tertentu.

Belum jelas tahun berapa beliau diundang oleh ahli akademik di Universiti al-Azhar itu, namun difahamkan bahawa beliau sempat bertemu dengan seorang ulama terkenal di al-Azhar (ketika itu sebagai Syeikhul Azhar), iaitu Syeikh Ibrahim al-Baijuri (wafat 1860 Masehi) yang sangat tua dan lumpuh kerana tuanya. Kemungkinan Syeikh Ibrahim al-Baijuri, Syeikhul Azhar yang terkenal itu termasuk salah seorang di antara guru kepada Syeikh Nawawi al-Bantani.

MURID MURID

Diriwayatkan bahawa Syeikh Nawawi al-Bantani mengajar di Masjidil Haram menggunakan bahasa Jawa dan Sunda ketika memberi keterangan terjemahan kitab-kitab bahasa Arab. Barangkali ulama Banten yang terkenal itu kurang menguasai bahasa Melayu yang lebih umum dan luas digunakan pada zaman itu. Oleh sebab kurang menguasai bahasa Melayu, maka tidak berapa ramai muridnya yang berasal dari luar pulau Jawa (seperti Sumatera dan Semenanjung Tanah Melayu dan Patani). Tetapi Tok Kelaba al-Fathani menyebut bahawa beliau menerima satu amalan wirid daripada Syeikh Abdul Qadir bin Mustafa al-Fathani, dan Syeikh Abdul Qadir itu menerimanya daripada Syeikh Nawawi al-Bantani. Syeikh Abdul Qadir al-Fathani (Tok Bendang Daya II) sebenarnya bukan peringkat murid kepada Syeikh Nawawi al-Bantani tetapi adalah peringkat sahabatnya. Syeikh Nawawi al-Bantani (1230 Hijrah/1814 Masehi) lebih tua sekitar empat tahun saja daripada Syeikh Abdul Qadir al-Fathani (Tok Bendang Daya II, 1234 Hijrah/1817 Masehi). Adapun murid Syeikh Nawawi al-Bantani di pulau Jawa yang menjadi ulama yang terkenal sangat ramai, di antara mereka ialah, Kiyai Haji Hasyim Asy'ari, Pengasas Pondok Pesantren Tebuireng, Jawa Timur, bahkan beliau ini dianggap sebagai bapa ulama Jawa dan termasuk pengasas Nahdhatul Ulama. Murid Syeikh Nawawi al-Bantani yang terkenal pula ialah Kiyai Haji Raden Asnawi di Kudus, Jawa Tengah, Kiyai Haji Tubagus Muhammad Asnawi di Caringin, Purwokerto, Jawa Barat, Syeikh Muhammad Zainuddin bin Badawi as-Sumbawi, Syeikh Abdus Satar bin Abdul Wahhab as-Shidqi al-Makki, Sayid Ali bin Ali al-Habsyi al-Madani dan ramai lagi.
Kyai Kholil Bangkalan,Madura

Syech Tubagus Ahmad Bakri, Purwakarta

K.H. Hasyim Asy’ari

Salah seorang cucunya, yang juga mendapat pendidikan sepenuhnya daripada beliau ialah Syeikh Abdul Haq bin Abdul Hannan al-Jawi al-Bantani (1285 Hijrah/1868 Masehi - 1324 Hijrah/1906 Masehi). Pada halaman pertama Al-Aqwalul Mulhaqat, Syeikh Abdul Haq al-Bantani menyebut bahawa Syeikh Nawawi al-Bantani adalah orang tuanya (Syeikhnya), orang yang memberi petunjuk dan pembimbingnya. Pada bahagian kulit kitab pula beliau menulis bahawa beliau adalah `sibthun' (cucu) an-Nawawi Tsani. Selain orang-orang yang tersebut di atas, sangat ramai murid Syeikh Nawawi al-Bantani yang memimpin secara langsung barisan jihad di Cilegon melawan penjajahan Belanda pada tahun 1888 Masehi. Di antara mereka yang dianggap sebagai pemimpin pemberontak Celegon ialah: Haji Wasit, Haji Abdur Rahman, Haji Haris, Haji Arsyad Thawil, Haji Arsyad Qasir, Haji Aqib dan Tubagus Haji Ismail. Semua mereka adalah murid Syeikh Nawawi al-Bantani yang dikaderkan di Mekah.

KARYA KARYA

Berapa banyakkah karya Syeikh Nawawi ats-Tsani al-Bantani yang sebenarnya belum diketahui dengan pasti. Barangkali masih banyak yang belum masuk dalam senarai yang ditulis oleh penulis-penulis sebelum ini. Saya telah memiliki karya ulama Banten ini sebanyak 30 judul. Judul yang telah saya masukkan dalam buku berjudul Katalog Besar Persuratan Melayu, sebanyak 44 judul. Semua karya Syeikh Nawawi al-Bantani ditulis dalam bahasa Arab dan merupakan syarahan daripada karya orang lain. Belum ditemui walau sebuah pun karyanya yang diciptakan sendiri. Juga belum ditemui karyanya dalam bahasa Melayu, Jawa ataupun Sunda. Oleh sebab kekurangan ruangan di antara 44 judul di bawah ini saya catat sekadarnya saja, ialah:

1. Targhibul Musytaqin, selesai Jumaat, 13 Jamadilakhir 1284 Hijrah/1867 Masehi. Cetakan awal Mathba'ah al-Miriyah al-Kainah, Mekah, 1311 Hijrah.

2. Fat-hus Shamadil `Alim, selesai awal Jamadilawal 1286 Hijrah/1869 Masehi. Dicetak oleh Mathba'ah Daril Kutubil Arabiyah al-Kubra, Mesir 1328 Hijrah.

3. Syarah Miraqil `Ubudiyah, selesai 13 Zulkaedah 1289 Hijrah/1872 Masehi. Cetakan pertama Mathba'ah al-Azhariyah al-Mashriyah, Mesir 1308 Hijrah.

4. Madarijus Su'ud ila Iktisa'il Burud, mulai menulis 18 Rabiulawal 1293 Hijrah/1876 Masehi. Dicetak oleh Mathba'ah Mustafa al-Baby al-Halaby, Mesir, akhir Zulkaedah 1327 Hijrah.

5. Hidayatul Azkiya' ila Thariqil Auliya', mulai menulis 22 Rabiulakhir 1293 Hijrah/1876 Masehi, selesai 13 Jamadilakhir 1293 Hijrah/1876 Masehi. Diterbitkan oleh Mathba'ah Ahmad bin Sa'ad bin Nabhan, Surabaya, tanpa menyebut tahun penerbitan.

6. Fat-hul Majid fi Syarhi Durril Farid, selesai 7 Ramadan 1294 Hijrah/1877 Masehi. Cetakan pertama oleh Mathba'ah al-Miriyah al-Kainah, Mekah, 1304 Hijrah.

7. Bughyatul `Awam fi Syarhi Maulidi Saiyidil Anam, selesai 17 Safar 1294 Hijrah/1877 Masehi. Dicetak oleh Mathba'ah al-Jadidah al-'Amirah, Mesir, 1297 Hijrah.

8. Syarah Tijanud Darari, selesai 7 Rabiulawal 1297 Hijrah/1879 Masehi. Cetakan pertama oleh Mathba'ah `Abdul Hamid Ahmad Hanafi, Mesir, 1369 Masehi.

9. Syarah Mishbahu Zhulmi `alan Nahjil Atammi, selesai Jamadilawal 1305 Hijrah/1887 Masehi. Cetakan pertama oleh Mathba'ah al-Miriyah al-Kainah, Mekah, 1314 Hijrah atas biaya saudara kandung pengarang, iaitu Syeikh Abdullah al-Bantani.

10. Nasha-ihul `Ibad, selesai 21 Safar 1311 Hijrah/1893 Masehi. Cetakan kedua oleh Mathba'ah al-Miriyah al-Kainah, Mekah, 1323 Hijrah.

11. Al-Futuhatul Madaniyah fisy Syu'bil Imaniyah, tanpa tarikh. Dicetak di bahagian tepi kitab nombor 10, oleh Mathba'ah al-Miriyah al-Kainah, Mekah, 1323 Hijrah.

12. Hilyatus Shibyan Syarhu Fat-hir Rahman fi Tajwidil Quran, tanpa tarikh. Dicetak oleh Mathba'ah al-Miriyah, Mekah, 1332 Hijrah.

13. Qatrul Ghaits fi Syarhi Masaili Abil Laits, tanpa tarikh. Dicetak oleh Mathba'ah al-Miriyah, Mekah, 1321 Hijrah.

14. Mirqatu Su'udi Tashdiq Syarhu Sulamit Taufiq, tanpa tarikh. Cetakan pertama oleh Mathba'ah al-Miriyah, Mekah 1304 Hijrah.

15. Ats-Tsimarul Yani'ah fir Riyadhil Badi'ah, tanpa tarikh. Cetakan pertama oleh Mathba'ah al-Bahiyah, Mesir, Syaaban 1299 Hijrah. Dicetak juga oleh Mathba'ah Mustafa al-Baby al-Halaby, Mesir, 1342 Hijrah.

16. Tanqihul Qaulil Hatsits fi Syarhi Lubabil Hadits, tanpa tarikh. Dicetak oleh Mathba'ah Dar Ihya' al-Kutub al-'Arabiyah, Mesir, tanpa tarikh.

17.Bahjatul Wasail bi Syarhi Masail, tanpa tarikh. Dicetak oleh Mathba'ah al-Haramain, Singapura-Jeddah, tanpa tarikh.

18. Fat-hul Mujib Syarhu Manasik al- 'Allamah al-Khatib, tanpa tarikh. Dicetak oleh Mathba'ah at-Taraqqil Majidiyah, Mekah, 1328 Hijrah.

19. Nihayatuz Zain Irsyadil Mubtadi-in, tanpa tarikh. Diterbitkan oleh Syarikat al-Ma'arif,Bandung, Indonesia, tanpa tarikh.

20. Al-Fushushul Yaqutiyah `alar Raudhatil Bahiyah fi Abwabit Tashrifiyah, tanpa tarikh. Dicetak oleh Mathba'ah al-Bahiyah, Mesir, awal Syaaban 1299 Hijrah.

Penyumbang Ilmu Fiqh

Syekh Nawawi termasuk ulama tradisional besar yang telah memberikan sumbangan sangat penting bagi perkembangan ilmu fiqh di Indonesia. Mereka memperkenalkan dan menjelaskan, melalui syarah yang mereka tulis, berbagai karya fiqh penting dan mereka mendidik generasi ulama yang menguasai dan memberikan perhatian kepada fiqh.

Ia menulis kitab fiqh yang digunakan secara luas, Nihayat al-Zain. Kitab ini merupakan syarah kitab Qurrat al-‘Ain, yang ditulis oleh ulama India Selatan abad ke-16, Zain ad-Din al-Malibari (w. 975 M). ulama India ini adalah murid Ibnu Hajar al-haitami (wafat 973 M), penulis Tuhfah al-Muhtaj, tetapi Qurrat dan syarah yag belakangan ditulis al-Malibari sendiri tidak didasarkan pada Tuhfah.

Qurrat al-‘Ain belakangan dikomentari dan ditulis kembali oleh pengarangnya sendiri menjadi Fath al-Muin. Dua orang yang sezaman dengan Syekh Nawawi Banten di Makkah tapi lebih muda usianya menulis hasyiyah (catatan) atas Fath al-Mu’in. Sayyid Bakri bin Muhammad Syatha al-Dimyathi menulis empat jilid I’aanah at-Thalibbin yang berisikan catatan pengarang dan sejumlah fatwa mufti Syafi’i di Makkah saat itu, Ahmad bin Zaini Dahlan. Inilah kitab yang popular sebagai rujukan utama.

Syekh Nawawi Banten juga menulis dalam bahasa Arab Kasyifah as-Saja’, syarah atas dua karya lain yang juga penting dalam ilmu fiqh. Yang satu teks pengantar Sullamu at-Taufiq yang ditulis oleh ‘Abdullah bin Husain bin Thahir Ba’lawi (wafat 1272 H/ 1855 M). yang lain ialah Safinah an-Najah ditulis oleh Salim bin Abdullah bin Samir, ulama Hadrami yang tinggal di Batavia (kini: Jakarta) pada pertengahan abad ke-19.

Kitab daras (text book) ar-Riyadh al Badi’ah fi Ushul ad-Din wa Ba’dh Furu’ asy-Syari’ah yang membahas butir pilihan ajaran dan kewajiban agama diperkenalkan oleh Kyai Nawawi Banten pada kaum muslimin Indonesia. Tak banyak diketahui tentang pengarangnya, Muhammad Hasbullah. Barangkali ia sezaman dengan atau sedikit lebih tua dari Syekh Nawawi banten. Ia terutama dikenal karena syarah Nawawi, Tsamar al-Yani’ah. Karyanya hanya dicetak di pinggirnya.

Sullam al-Munajat merupakan syarah Nawawi atas pedoman ibadah Safinah ash-Shalah karangan Abdullah bin ‘Umar al-Hadrami, sedangkan Tausyih Ibn Qasim merupakan komentarnya atas Fath al-Qarib. Walau bagaimanapun, masih banyak yang belum kita ketahui tentang Syekh Nawawi Banten. (ditulis oleh Martin Muntadhim S.M.)

Nasionalisme

Tiga tahun bermukim di Mekah, beliau pulang ke Banten. Sampai di tanah air beliau menyaksikan praktek-praktek ketidakadilan, kesewenang-wenangan dan penindasan dari Pemerintah Hindia Belanda. Ia melihat itu semua lantaran kebodohan yang masih menyelimuti umat. Tak ayal, gelora jihadpun berkobar. Beliau keliling Banten mengobarkan perlawanan terhadap penjajah. Tentu saja Pemerintah Belanda membatasi gara-geriknya. Beliau dilarang berkhutbah di masjid-masjid. Bahkan belakangan beliau dituduh sebagai pengikut Pangeran Diponegoro yang ketika itu memang sedang mengobarkan perlawanan terhadap penjajahan Belanda (1825- 1830 M).

Sebagai intelektual yang memiliki komitmen tinggi terhadap prinsip-prinsip keadilan dan kebenaran, apa boleh buat Syaikh Nawawi terpaksa menyingkir ke Negeri Mekah, tepat ketika perlawanan Pangeran Diponegoro padam pada tahun 1830 M. Ulama Besar ini di masa mudanya juga menularkan semangat Nasionalisme dan Patriotisme di kalangan Rakyat Indonesia. Begitulah pengakuan Snouck Hourgronje. Begitu sampai di Mekah beliau segera kembali memperdalam ilmu agama kepada guru-gurunya. Beliau tekun belajar selama 30 tahun, sejak tahun 1830 hingga 1860 M. Ketika itu memang beliau berketepatan hati untuk mukim di tanah suci, satu dan lain hal untuk menghindari tekanan kaum penjajah Belanda. Nama beliau mulai masyhur ketika menetap di Syi'ib ‘Ali, Mekah. Beliau mengajar di halaman rumahnya. Mula-mula muridnya cuma puluhan, tapi makin lama makin jumlahnya kian banyak. Mereka datang dari berbagai penjuru dunia. Maka jadilah Syaikh Nawawi al-Bantani al-Jawi sebagai ulama yang dikenal piawai dalam ilmu agama, terutama tentang tauhid, fiqih, tafsir, dan tasawwuf.

Nama beliau semakin melejit ketika beliau ditunjuk sebagai pengganti Imam Masjidil Haram, Syaikh Khâtib al-Minagkabawi. Sejak itulah beliau dikenal dengan nama resmi ‘Syaikh Nawawi al-Bantani al-Jawi.’ Artinya Nawawi dari Banten, Jawa. Piawai dalam ilmu agama, masyhur sebagai ulama. Tidak hanya di kota Mekah dan Medinah saja beliau dikenal, bahkan di negeri Mesir nama beliau masyhur di sana. Itulah sebabnya ketikaIndonesia memproklamirkan kemerdekaannya. Mesir negara yang pertama-tama mendukung atas kemerdekaan Indonesia.

Syaikh Nawawi masih tetap mengobarkan nasionalisme dan patriotisme di kalangan para muridnya yang biasa berkumpul di perkampungan Jawa di Mekah. Di sanalah beliau menyampaikan perlawanannya lewat pemikiran-pemikirannya. Kegiatan ini tentu saja membuat pemerintah Hindia Belanda berang. Tak ayal, Belandapun mengutus Snouck Hourgronje ke Mekah untuk menemui beliau.

Ketika Snouck–yang kala itu menyamar sebagai orang Arab dengan nama ‘Abdul Ghafûr-bertanya:

“Mengapa beliau tidak mengajar di Masjidil Haram tapi di perkampungan Jawa?”.

Dengan lembut Syaikh Nawawi menjawab:

“Pakaianku yang jelek dan kepribadianku tidak cocok dan tidak pantas dengan keilmuan seorang professor berbangsa Arab”.

Lalu kata Snouck lagi:

”Bukankah banyak orang yang tidak sepakar seperti anda akan tetapi juga mengajar disana?”.

Syaikh Nawawi menjawab :

“Kalau mereka diizinkan mengajar di sana, pastilah mereka cukup berjasa".

Dari beberapa pertemuan dengan Syaikh Nawawi, Orientalis Belanda itu mengambil beberapa kesimpulan. Menurutnya, Syaikh Nawawi adalah Ulama yang ilmunya dalam, rendah hati, tidak congkak, bersedia berkorban demi kepentingan agama dan bangsa. Banyak murid-muridnya yang di belakang hari menjadi ulama, misalnya K.H. Hasyim Asy’ari (Pendiri Nahdhatul Ulama), K.H. Ahmad Dahlan (Pendiri Muhammadiyah), K.H. Khalil Bangkalan, K.H. Asnawi Kudus, K.H. Tb. Bakrie Purwakarta, K.H. Arsyad Thawil, dan lain-lainnya.

Konon, K.H. Hasyim Asy’ari saat mengajar santri-santrinya di Pesantren Tebu Ireng sering menangis jika membaca kitab fiqih Fath al-Qarîb yang dikarang oleh Syaikh Nawawi. Kenangan terhadap gurunya itu amat mendalam di hati K.H. Hasyim Asy’ari hingga haru tak kuasa ditahannya setiap kali baris Fath al-Qarib ia ajarkan pada santri-santrinya.

Syaikh Nawawi al-Bantani al-Jawi menikah dengan Nyai Nasimah, gadis asal Tanara, Banten dan dikaruniai 3 anak: Nafisah, Maryam, Rubi’ah. Sang istri wafat mendahului beliau.

Gelar-Gelar

Berkat kepakarannya, beliau mendapat bermacam-macam gelar. Di antaranya yang diberikan oleh Snouck Hourgronje, yang menggelarinya sebagai Doktor Ketuhanan. Kalangan Intelektual masa itu juga menggelarinya sebagai al-Imam wa al-Fahm al-Mudaqqiq (Tokoh dan pakar dengan pemahaman yang sangat mendalam). Syaikh Nawawi bahkan juga mendapat gelar yang luar biasa sebagaia al-Sayyid al-‘Ulama al-Hijâz (Tokoh Ulama Hijaz). Yang dimaksud dengan Hijaz ialah Jazirah Arab yang sekarang ini disebut Saudi Arabia. Sementara para Ulama Indonesia menggelarinya sebagai Bapak Kitab Kuning Indonesia.

Karamah

Konon, pada suatu waktu pernah beliau mengarang kitab dengan menggunakan telunjuk beliau sebagai lampu, saat itu dalam sebuah perjalanan. Karena tidak ada cahaya dalam syuqduf yakni rumah-rumahan di punggung unta, yang beliau diami, sementara aspirasi tengah kencang mengisi kepalanya. Syaikh Nawawi kemudian berdoa memohon kepada Allah Ta’ala agar telunjuk kirinya dapat menjadi lampu menerangi jari kanannya yang untuk menulis. Kitab yang kemudian lahir dengan nama Marâqi al-‘Ubudiyyah syarah Matan Bidâyah al-Hidayah itu harus dibayar beliau dengan cacat pada jari telunjuk kirinya. Cahaya yang diberikan Allah pada jari telunjuk kiri beliau itu membawa bekas yang tidak hilang.

Telah menjadi kebijakan Pemerintah Arab Saudi bahwa orang yang telah dikubur selama setahun kuburannya harus digali. Tulang belulang si mayat kemudian diambil dan disatukan dengan tulang belulang mayat lainnya. Selanjutnya semua tulang itu dikuburkan di tempat lain di luar kota. Lubang kubur yang dibongkar dibiarkan tetap terbuka hingga datang jenazah berikutnya terus silih berganti. Kebijakan ini dijalankan tanpa pandang bulu. Siapapun dia, pejabat atau orang biasa, saudagar kaya atau orang miskin, sama terkena kebijakan tersebut. Inilah yang juga menimpa makam Syaikh Nawawi. Setelah kuburnya genap berusia satu tahun, datanglah petugas dari pemerintahkota untuk menggali kuburnya. Tetapi yang terjadi adalah hal yang tak lazim. Parapetugas kuburan itu tak menemukan tulang belulang seperti biasanya. Yang mereka temukan adalah satu jasad yang masih utuh. Tidak kurang satu apapun, tidak lecet atau tanda-tanda pembusukan seperti lazimnya jenazah yang telah lama dikubur. Bahkan kain putih kafan penutup jasad beliau tidak sobek dan tidak lapuk sedikitpun.

Terang saja kejadian ini mengejutkan para petugas. Mereka lari berhamburan mendatangi atasannya dan menceritakan apa yang telah terjadi. Setelah diteliti, sang atasan kemudian menyadari bahwa makam yang digali itu bukan makam orang sembarangan. Langkah strategis lalu diambil. Pemerintah melarang membongkar makam tersebut. Jasad beliau lalu dikuburkan kembali seperti sediakala. Hingga sekarang makam beliau tetap berada di Ma?la, Mekah.

Demikianlah karamah Syaikh Nawawi al-Bantani al-Jawi. Tanah organisme yang hidup di dalamnya sedikitpun tidak merusak jasad beliau. Kasih sayang Allah Ta’ala berlimpah pada beliau. Karamah Syaikh Nawawi yang paling tinggi akan kita rasakan saat kita membuka lembar demi lembar Tafsîr Munîr yang beliau karang. Kitab Tafsir fenomenal ini menerangi jalan siapa saja yang ingin memahami Firman Allah swt. Begitu juga dari kalimat-kalimat lugas kitab fiqih, Kâsyifah al-Sajâ, yang menerangkan syariat. Begitu pula ratusan hikmah di dalam kitab Nashâih al-‘Ibâd. Serta ratusan kitab lainnya yang akan terus menyirami umat dengan cahaya abadi dari buah tangan beliau.

Wafat

Masa selama 69 tahun mengabdikan dirinya sebagai guru Umat Islam telah memberikan pandangan-pandangan cemerlang atas berbagai masalah umat Islam. Syaikh Nawawi wafat di Mekah pada tanggal 25 syawal 1314 H/ 1897 M. Tapi ada pula yang mencatat tahun wafatnya pada tahun 1316 H/ 1899 M. Makamnya terletak di pekuburan Ma'la di Mekah. Makam beliau bersebelahan dengan makam anak perempuan dari Sayyidina Abu Bakar al-Siddiq, Asma? binti Abû Bakar al-Siddîq

Sabtu, 25 Juni 2016

NASI BIRYANI

Kisah Nyata : diceritakan oleh salah satu santri Beliau
.
Pada suatu malam di bulan ramadhan, Abuya Sayyid Muhammad Almaliki sangat sibuk, sehingga baru siap untuk beristirahat pada pukul 02.00 dini hari.

Ketika Beliau beristirahat tiba2 sja Beliau berkata:
"Andai saja ada nasi biryani yang masih panas"

Saya pun tersenyum karena menganggap kalimat Abuya tersebut hanya sebuah candaan, tetapi sepertinya Abuya memang sedang membayangkan nasi biryani, mungkin dikarenakan kesibukan beliau sejak selesai tarawih tadi membuat Beliau merasa lapar lebih cepat.

Beberapa saat kemudian terdengar suara bel pintu gerbang berbunyi, kami pun terkejut karena ada tamu tengah malam begini.

Tak lama kemudian penjaga pintu gerbang datang memberi tahu bahwa ada seseorang yang ingin bertemu dengan Abuya, saya lupa siapa orang tersebut, yang pasti dia murid Abuya.

Dengan perasaan aneh Abuya mengizinkan tamu itu masuk.

Tamu tersebut masuk membawa nampan besar yang tertutup, nampan itu diletakkan di hadapan Abuya yang sedang duduk di kursi.

Setelah basa basi sebentar, tamu tersebut pamit untuk pulang, suasana masih sedikit tegang karena kami merasa tidak wajar seorang murid Abuya berani menemui Beliau di tengah malam hanya untuk memberikan makanan.

Abuya menyuruh seorang dari kami untuk membuka nampan besar tersebut, ternyata isinya adalah nasi biryani yang masih panas.

Kami semua tersenyum dan tiba-tiba sadar kalau sepuluh menit yang lalu Abuya menginginkan nasi biryani.

Namun tiba-tiba Abuya beristighfar berulang-ulang, wajah beliau nampak sangat sedih.

Beliau kemudian berkata: "Andai saja tadi aku menginginkan ampunan ALLAH saja, andai saja tadi aku tidak menginginkan nasi biryani." Abuya merasa ALLAH mengabulkan keinginan Beliau, maka Beliau sangat menyesal karena keinginan itu adalah kenikmatan dunia, yaitu nasi biryani.

Penyesalan itu membuat Abuya menjadi tidak selera makan, Beliau nampak sedih seperti kehilangan sesuatu yang amat berharga!
Masya Allah ...

Sumber: IG @Pesantrenku

Kamis, 23 Juni 2016

Mimpi para Sahabat tentang Nasib Sayyidina Umar di Alam Kubur

Setelah Sayyidina Umar bin Khattab wafat, para sahabat berjumpa khalifah kedua ini melalui mimpi. Mereka pun bertanya, ”Bagaimana Allah memperlakukanmu?”<>

Dalam al-Aqthaf ad-Daniyyah dikisahkan Umar menjawab bahwa Allah telah mengampuni kekeliruan-kekeliruannya dan membebaskan siksa dari dirinya. Para sahabat menyahut dengan pertanyaan susulan. ”Apa penyebabnya? Apakah karena kedermawanan, keadilan, atau kezuhudanmu?”

Umar menimbalinya dengan mengisahkan peristiwa di alam kubur. Sejenak usai ia dimakamkan, dua malaikat menghampirinya. Umar dalam perasaan takut luar biasa. Nalarnya hilang. Sebelum malaikat bertanya, tiba-tiba suara tanpa rupa terdengar.

”Tinggalkan hamba-Ku itu. Jangan bertanya apapun kepadanya (Umar). Jangan dibuat takut. Aku mengasihi dan membebaskan siksa darinya. Tatkala di dunia, ia pernah berbelaskasihan kepada seekor burung emprit.”

Benar. Kisah burung emprit bermula ketika Umar tengah berjalan menuju alun-alun kota dan  berjumpa anak kecil. Hati Umar sedih. Bocah itu terlihat sedang memagang burung emprit sembari memperlakukannya selayak mainan.

Umar tergerak untuk segera membeli binatang malang itu. Sekarang burung emprit sepenuhnya menjadi milik Umar. Untuk menyelamatkannya dari perlakuan buruk si bocah, khalifah kedua ini pun mengikhlaskan burung emprit terbang ke ke udara dengan merdeka.

Hal ini membuktikan bahwa ajaran Rasulullah SAW telah menancap kuat di hati dan perilaku Umar. Meski sering tampil garang, sahabat Nabi berjuluk ”Singa Padang Pasir” itu tetap menunjukkan kelembutan hatinya.

Pesan lain yang bisa ditangkap bahwa cakupan cinta kasih bersifat tanpa batas. Kepada pohon, sungai, tanah, makanan, pakaian, buku, burung, anjing, dan seterusnya. Terlebih manusia. Ini selaras dengan hadits riwayat Abdullah bin Umar.

”Orang-orang yang berbelaskasih akan mendapatkan belas kasih dari Yang Maha Pengasih. Berbelaskasihlah kepada tiap makhluk di bumi, niscaya ’penduduk langit’ mengasihimu.” (Mahbib Khoiron)

Sumber: NU-Online

Rabu, 22 Juni 2016

SEDEKAH ANAK 2 SD

Sesudah jumatan aku masih duduk di teras mesjid di salah satu kompleks sekolah. Jamaah mesjid sudah sepi, bubar masing-masing dengan kesibukannya.

Seorang nenek tua menawarkan dagangannya, kue traditional. Satu plastik harganya lima ribu rupiah. Aku sebetulnya tidak berminat, tetapi karena kasihan aku beli satu plastik.

Si nenek penjual kue terlihat letih dan duduk di teras mesjid tak jauh dariku. Kulihat masih banyak dagangannya. Tak lama kulihat seorang anak lelaki dari komplek sekolah itu mendatangi si nenek. Aku perkirakan bocah itu baru murid kelas satu atau dua.

Dialognya dengan si nenek jelas terdengar dari tempat aku duduk.

“Berapa harganya Nek?”
“Satu plastik kue Lima ribu, nak”, jawab si nenek.

Anak kecil itu mengeluarkan uang lima puluh ribuan dari kantongnya dan berkata :

“Saya beli 10 plastik, ini uangnya, tapi buat Nenek aja kuenya kan bisa dijual lagi.”

Si nenek jelas sekali terlihat berbinar2 matanya :

“Ya Allah terima ksh bnyk Nak. Alhamdulillah ya Allah kabulkan doa saya utk beli obat cucu yg lagi sakit.” Si nenek langsung jalan.

Refleks aku panggil anak lelaki itu.

“Siapa namamu ? Kelas berapa?”
“Nama saya Radit, kelas 2, pak”, jawabnya sopan.
“Uang jajan kamu sehari lima puluh ribu?'”

” Oh .. tidak Pak, saya dikasih uang jajan sama papa sepuluh ribu sehari. Tapi saya tidak pernah jajan, karena saya juga bawa bekal makanan dari rumah.”
“Jadi yang kamu kasih ke nenek tadi tabungan uang jajan kamu sejak hari senin?”, tanyaku semakin tertarik.

“Betul Pak, jadi setiap jumat saya bisa sedekah Lima puluh ribu rupiah. Dan sesudah itu saya selalu berdoa agar Allah berikan pahalanya untuk ibu saya yang sudah meninggal. Saya pernah mendengar ceramah ada seorang ibu yang Allah ampuni dan selamatkan dari api neraka karena anaknya bersedekah sepotong roti, Pak”, anak SD itu berbicara dengan fasihnya.

Aku pegang bahu anak itu :

” Sejak kapan ibumu meninggal, Radit?”
“Ketika saya masih TK, pak”

Tak terasa air mataku menetes :

“Hatimu jauh lebih mulia dari aku Radit, ini aku ganti uang kamu yg Lima puluh ribu tadi ya…”, kataku sambil menyerahkan selembar uang lima puluh ribuan ke tangannya.

Tapi dengan sopan Radit menolaknya dan berkata :

“Terima kasih banyak, Pak… Tapi untuk keperluan bapak aja, saya masih anak kecil tidak punya tanggungan… Tapi bapa punya keluarga…. Saya pamit balik ke kelas Pak”.

Radit menyalami tanganku dan menciumnya.

“Allah menjagamu, nak ..”, jawabku lirih.

Aku pun beranjak pergi, tidak jauh dari situ kulihat si nenek penjual kue ada di sebuah apotik. Bergegas aku kesana, kulihat si nenek akan membayar obat yang dibelinya.

Aku bertanya kepada kasir berapa harga obatnya. Kasir menjawab : ” Empat puluh ribu rupiah..”

Aku serahkan uang yang ditolak anak tadi ke kasir : ” Ini saya yang bayar… Kembaliannya berikan kepada si nenek ini..”

“Ya Allah.. Pak…”

Belum sempat si nenek berterima kasih, aku sudah bergegas meninggalkan apotik… Aku bergegas menuju  Pandeglang menyusul teman-teman yang sedang keliling dakwah disana.

Dalam hati aku berdoa semoga Allah terima sedekahku dan ampuni kedua orang tuaku serta putri tercintaku yang sudah pergi mendahuluiku kembali kepada Allah.

Sahabat ada kalanya seorang ank lebih jujur dri pada orang dewasa,ajrkan lah ank2 kita dri dini , tidakan nyata yg bukan teori semata.

Kisah ini dari hamba Alloh.

Sumber : komunitas one day one Juz.smg anak2 kita jd anak yg sholeh/a bisa mendoakan ortunya

Sabtu, 18 Juni 2016

DAN RASULULLAH PUN MENANGIS

Suatu ketika Rasulullah SAW. pulang dalam keadaan sangat letih dari medan dakwah. Ketika hendak masuk rumah, Khadijah biasanya menyambut beliau berdiri di depan pintu. Ketika Khadijah hendak berdiri menyambut Suami tercinta,

Rasulullah berkata: “Wahai Khadijah tetaplah di tempatmu.” Saat itu Khadijah sedang menyusui anaknya Fatimah yang masih bayi. Rasulullah faham dengan kesetiaan Khadijah, Rasulullah TAKJUB dengan pengorbanan Khadijah. Meskipun dalam keadaan LELAH menjaga rumah tangganya. Mekipun dalam keadaan LETIH dalam memelihara anaknya, Khadijah masih sempat menunjukkan KESETIANNYA kepada sang Suami walau dengan hal yang SEDERHANA.

Bahkan seluruh harta bendanya diberikan kepada Nabi demi perjuangan Islam dan bahkan lebih dari itu, jiwa dan raganya diperuntukkan untuk Islam. Tidak jarang Khadijah menahan lapar sambil menyusui anaknya Fatimah ra. Sehingga yang keluar bukan air susu lagi tapi DARAH yang keluar yang MASUK ke dalam MULUT Fatimah.

Melihat Khadijah letih menyusui anaknya, Rasulullah mengambil Fatimah dan diletakkan di tempat tidurnya. Gantilah Rasulullah berbaring dipangkuan sang Istri. Karena Rasulullah begitu lelah dan letih dari mendakwahkan islam kepada umatnya yang menolak seruannya, beliaupun tertidur dipangkuan sang istri.

Katika itulah khadijah dengan belaian kasih sayang membelai rambut Beliau. Tak terasa AIR MATA Khadijah al-Kubra menetes mengenai pipi Rasulullah SAW. Nabipun terjaga “Wahai Khadijah kenapa engkau menangis? Adakah engkau menyesal bersuamikan aku, Muhammad? Dahulu engkau wanita bangsawan, engkau mulia, engkau hartawan, tetapi hari ini engkau telah dihina orang, semua orang telah menjauh darimu, seluruh harta bendamu habis. Adakah engkau menyesal bersuamikan aku, Muhammad?”

Khadijah al-Kubra berkata, “Wahai suamiku, wahai Nabi Allah, bukan itu yang aku tangiskan. Dulu aku memiliki kemuliaan, kemuliaan itu aku serahkan untuk Allah dan Rasul-Nya. Dahulu aku memiliki kebangsawanan, kebangsawanan itupun aku serahkan untuk Allah dan Rasul-Nya. Dahulu aku memiliki harta kekayaan, seluruh harta kekayaan itu aku serahkan untuk Allah dan Rasul-Nya. Wahai Rasulullah, sekarang ini aku tidak memiliki apa-apa lagi. Tetapi engkau masih terus memperjuangkan agama ini.” “Wahai Rasulullah, sandainya aku telah MATI sedangkan perjuanganmu ini belum selesai, kemudian engkau hendak menyebrangi sebuah lautan, ..engkau hendak menyebrangi sebuah sungai dan engkau tidak menemukan satu perahu pun ataupun jambatan, maka engkau gali lubang kuburku, engkau gali kuburku, kemudian ambillah TULANG BELULANGKU, engkau jadikan jembatan sebagai jalan menyeberangi sungai itu untuk menemui umatmu.

"INGATKAN MEREKA AKAN KEBESARAN ALLAH.
INGATKAN MEREKA PERKARA YANG HAQ.
AJARKAN MEREKA SYARI'AT ISLAM WAHAI...RASULULLAH.”
____________________________________

DAN RASULULLAH PUN MENANGIS.

Kisah wafatnya Al-Habib ‘Abdul Qadir bin ‘Abdurrahman Aassegaf (Ayahanda Habib Syech bin 'Abdul Qadir Assegaf -Solo)


Meningal di Hari Jum'at Ketika Mengimami Sholat Jum'at di Sujud Terakir :

Shaf pertama penuh berdesak-desakan. Habib Abdul Qadir bin Abdurrahman Assegaf mengisyaratkan kepada Habib Najib bin Thoha Assegaf agar maju ke shaf pertama di belakang beliau.

Melihat shaf pertama yang telah penuh berdesak-desakkan itu Habib Najib bin Thoha berkata, “Shaf pertama telah penuh, wahai Habib.”

Mendengar jawaban itu Habib Abdul Qadir menjawab dengan penuh kewibawaan, “Wahai anakku, majulah, kau tak mengetahui maksudku!”

Jawaban itu menjadikan Habib Najib bin Thoha spontan maju ke shaf pertama, walaupun harus memaksakan diri mendesak shaf yang telah penuh itu.

“Allaahu akbar”.
Shalat Jum’at mulai didirikan. Habib Abdul Qadir membaca surat al-Fatihah, lalu membaca surat setelahnya dalam keadaan menangis. Di rakaat kedua pada sujud terakhir, beliau tak kunjung bangkit dari sujudnya. Suara nafasnya terdengar dari speaker masjid.

Karena sujud itu sudah sangat lama, maka Habib Najib bin Thoha memberanikan diri untuk menggantikan beliau.
“Allaahu akbar”, ucapan salam untuk mengakhiri shalat diucapkan.

Para jamaah berhamburan lari ke depan ingin mengetahui apa yang terjadi pada habib Abdul Qadir.

Saat itu mereka mendapati Habib Abdul Qadir tetap dalam keadaan sujud tak bergerak. Lalu tubuh yang bersujud itu dibalik oleh para jamaah, dan terlihatlah wajah Al-Habib Abdul Qadir Asssegaf.

MasyaAllah, setiap orang yang melihat wajah beliau, menitikkan air mata. Bagaimana tidak menitikkan air mata? Mereka melihat wajah Habib Abdul Qadir tersenyum dengan jelas sekali, tersenyum bahagia.

Habib Abdul Qadir wafat dalam keadaan menikmati amal yang paling terindah.

Di saat melakukan ibadah yang teragung yaitu shalat. Mendirikan shalat itu dalam kondisi yang terutama, yaitu shalat berjamaah. Melakukan shalat yang bermuatan besar, yaitu shalat Jum’at. Pada saat melaksanakan rukun shalat yang terutama, yaitu sujud. Dalam posisi yang terpenting, yaitu sebagai imam shalat Jum’at. Di tempat yang paling utama, yaitu masjid. Di hari yang paling utama, yaitu hari Jum’at. SUBHANALLAH..

Wallahu a'lam

سبحان الله، والحمد لله، ولا إله إلا الله ،والله اكبر
للَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وسلم
رب اغفر لي و لوالديا,رب اغفر لي و لوالديا,رب اغفر لي و لوالديا
استغفر الله للمؤمنين و المؤمنات x27

Kamis, 16 Juni 2016

QODHO & FIDYAH PUASA RAMADHAN

Siapa yang wajib mengqodho atau membayar fidyah dari orang yang boleh meninggalkan puasa?

1. Anak kecil
Anak kecil jika sudah baligh maka ia tidak wajib mengqodho dan tidak wajib membayar fidyah atas puasa yang ditinggalkannya.

2. Orang Gila
a. Gila yang disengaja wajib meng-qodho’ saja dan tidak wajib mem-bayar fidyah.
b. Gila yang tidak disengaja tidak wajib mengqodho dan tidak wajib membayar fidyah

3. Orang Sakit
a. Sakit yang masih ada harapan sem-buh wajib mengqodho’ jika sembuh dan tidak wajib membayar fidyah.
b. Sakit yang menurut keterangan dokter sudah tidak ada harapan sembuh maka ia tidak wajib meng-qodho’ akan tetapi hanya wajib membayar fidyah setiap hari yang ia tinggalkan dengan 1 mud atu 6,7 ons diberikan kepada fakir miskin dengan makanan Seperti beras.

4. Orang tua
Orang tua disamakan dengan orang sakit yang tidak diharapkan kesem-buhannya.Karena orang tua tidak akan kembali muda. Maka baginya tidak wajib mengqodho’ dan hanya wajib membayar fidyah 1 mud atau 6,7 ons diberikan kepada fakir miskin.

5. Orang musafirOrang yang bepergian hanya wajib mengqodho saja dan tidak wajib mem-bayar fidyah.

6. dan 7. Wanita hamil dan menyusui

Wanita hamil dan menyusui ada tiga macam :
a. Wajib mengqodho’ saja jika dia khawatir akan dirinya sendiri
b. Wajib mengqodho’ saja jika dia khawatir akan dirinya sendiri sekaligus khawatir keadaan anak-nya
c. Wajib mengqodho’ dan membayar fidyah jika dia khawatir akan keselamatan bayinya dan tidak khawatir akan dirinya sendiri.

7. Wanita HaidWanita haid hanya wajib mengqodho dan tidak wajib membayar fidyah.

8. Wanita NifasWanita Nifas hanya wajib mengqodho dan tidak wajib membayar fidyah‪

#‎Dikutip‬ dari : Buku “Fiqih Praktis Puasa” Oleh : BUYA YAHYA (Pengasuh LPD Al-Bahjah)

Info Pemesanan Hubungi : 085 311 222 225

http://buyayahya.org/buya-menjawab/tabel-qodho-fidyah-puasa-ramadhan.html

Hukum menyikat gigi dan Berkumur saat Puasa.

Kebersihan gigi dan mulut merupakan bagian dari keimanan. Demikian halnya dengan aroma mulut yang sedap bagian dari kebaikan itu sendiri. Islam menuntut kebersihan gigi dan mulut umatnya agar bersih dan segar melalui siwak, dan lainnya.

Hanya saja pada saat puasa anjuran untuk membersihkan gigi dan mulut perlu diatur waktunya. Pasalnya, pembersihan gigi dan mulut di siang hari perlu dihindari karena menyalahi keutamaan.

Hal ini disampaikan Syekh Muhammad Nawawi Al-Bantani dalam Nihayatuz Zain sebagai berikut.

ومكروهات الصوم ثلاثة عشر: أن يستاك بعد الزوال

Artinya, “Hal yang makruh dalam puasa ada tiga belas. Salah satunya bersiwak setelah zhuhur,” (Lihat Nihayatuz Zein fi Irsyadil Mubtadi’in, Cetakan Al-Maarif, Bandung, Halaman 195). Kenapa bersiwak atau berkumur termasuk makruh. Karena pembersihan mulut di saat puasa merupakan tindakan menyalahi yang utama. Utamanya adalah mendiamkan mulut dan aromanya yang kurang sedap apa adanya. Aroma ini yang lebih disukai Allah di hari Kiamat kelak.

Al-Habib Abdulah bin Husein bin Thahir dalam karyanya Is‘adur Rafiq wa Bughyatut Tashdiq menyebutkan sebagai berikut.

ويكره السواك بعد الزوال للصائم لخبر "لخلوف" أي لتغير "فم الصائم يوم القيامة أطيب عند الله من رائحة المسك". Artinya, “Bagi orang berpuasa, makruh bersiwak setelah zhuhur berdasarkan hadits, ‘Perubahan aroma mulut orang yang berpuasa lebih wangi di sisi Allah pada hari Kiamat daripada wangi minyak misik,’” (Lihat Is‘adur Rafiq, Cetakan Al-Hidayah, Surabaya, Juz I, Halaman 117). Untuk itu, pengaturan berkumur dan sikat gigi mesti diatur. Sekurangnya kedua aktivitas itu bisa dilakukan sebelum zhuhur tiba demi mengejar keutamaan.

Wallahu a’lam.

Detik-detik Terakhir wafatnya Ummul Mukminin Khadijjah R.ha

Hari ke-10 dibulan Ramadhan, Rasulullah Muhammad SAW kehilangan istri yang paling ia cintai..dialah Ummul Mukminin Al-Hakiki

Di riwayatkan ketika Sayyidah Khadijah as sakit menjelang ajalnya, khadijah berbicara kepada rasul saw: “Aku memohon maaf kepadamu ya Rasulullah kalau aku sebagai istrimu belum berbakti kepadamu…..” Rasul menjawab: “Jauh dari itu ya Khadijah, engkau telah mendukung da’wah Islam”. Kemudian Khadijah memanggil Fatimah Zahra R.ha dan berbisik: “Zahra putriku, aku yakin ajalku segera tiba, dan yang kutakutkan adalah siksaan kubur. Zahra, tolong mintakan kepada ayahmu, aku malu dan takut memintanya sendiri agar beliau mau memberikan sorbannya sehari-hari yang biasa untuk menerima wahyu agar di gunakan utk jadi kafanku….” Rasul mendengar dan berkata: “Wahai Khadijah, Allah menitipkan salam kepadamu wahai Khadijah, dan telah dipersiapkan tempatmu di surga….”.
Tiba2 turun jibril dari langit membawa 5 kain kafan dari langit. Rasul saw bertanya: untuk siapa kafan ini ya jibril??” Jibril menjawab: kafan ini untuk Khadijah, engkau ya Rasulullah, utk Fatimah, untuk ‘Ali dan yang ke 5 utk Hasan….” Jibril berhenti dan menangis. Rasul saw: kenapa ya Jibril? Jibril berkata: “…..karena cucumu yang satu, Husain tidak memiliki kafan, dia akan di bantai dan tergeletak tanpa kafan dan tak dimandikan……”
Nabi bersabda di dekat jasad Sayidah Khadijah R,ha
”khadijahku sayang demi Allah….Aku takkan pernah mendapatkan istri sepertimu. Pengabdianmu luar biasa kpd Islam dan diriku. Allah maha mengetahui akan semua amalanmu,semua hartamu kau hibahkan untuk islam, semua kaum muslim ikut menikmatinya, semua pakaian kaum muslimin dan pakaianku ini darimu , dan permohonan terakhirmu padaku hanyalah sebuah SORBAN….?”
Ya Allah ya ilahi Robbi Limpahkanlah rahmatmu kepada Khadijahku yang selalu membantuku dalam menegakkan islam, mempercayaiku pada saat orang lain mendustakanku…, mendukungku pada saat orang lain menentangku….. Menyenangkanku pada saat orang lain meyusahkanku…, Menentramkanku pada saat orang lain membuat aku gelisah Oh Khadijahku sayang…. Kau meninggalkanku sendirian dalam perjuangan ini siapa lagi yang akan membantuku kini… Tiba-tiba Ali bersuara, “AKU, YA RASULULLAH

Siti Khadijah wafat dalam usia 65 tahun pada tanggal 10 Ramadhan tahun ke-10 kenabian, atau tiga tahun sebelum hijrah ke Madinah atau 619 Masehi. Ketia itu, usia Rasulullah sekitar 50 tahun. Beliau dimakamkan di dataran tinggi Mekkah, yang dikenal dengan sebutan al-Hajun.

Karena itu, peristiwa wafatnya Siti Khadijah sangat menusuk jiwa Rasulullah. Alangkah sedih dan pedihnya perasaan Rasulullah ketika itu. Karena dua orang yang dicintainya (Khadijah dan Abu Thalib) telah wafat, maka tahun itu disebut sebagai Aamul Huzni (tahun kesedihan) dalam kehidupan Rasulullah.

Al Fatihah....

Senin, 13 Juni 2016

Nabi Berbuka dengan 3 buah kurma dan Air Putih

dalam sebuah riwayat di bulan Ramadhan pada saat berbuka puasa imam Malik rahmatullah 'alaih menangis hingga bercucuran air matanya membasahi janggutnya, lalu salah satu muridnya bertanya.
Murid: ''Wahai guruku yang mulia, kenapakah engkau menangis sedemikian sedih serta menyayat hati kami?? Apakah ada di antara kami yang membuat hatimu sedih, atau hidangan ini kurang berkenan??!"
Imam Malik: ''Tidak ... tidak wahai murid-muridku. Sungguh, kalian adalah murid-murid terbaikku dan sangat khidmah padaku, bahkan hidangan ini teramat nikmat buatku."
Murid: ''Lalu kenapakah wahai guru kami yang tercinta?"
Imam Malik: ''Sungguh, aku pernah berbuka dengan guruku (Sayidinal-Imam Ja'far ash-Shadiq, cucu Baginda Rasulillah shallallahu 'alaihi wa sallam), dalam makanan yang nikmat seperti saat ini, dan beliau (Sayidina Ja'far ash-Shadiq) berkata sambil terisak, ''Wahai ibnu Anas (Imam Malik) tahukah engkau, Rasulillah shallallahu 'alaihi wa sallam terkadang berbuka dengan 3 buah kurma dan air, tapi beliau merasa sangat nikmat penuh syukur, bahkan seringkali Rasulillah shallallahu 'alaihi wa sallam hanya berbuka sebutir kurma di bagi dengan Sayyudatuna Aisyah, tapi sungguh beliau merasa sangatlah nikmat, beliau (Rasulillah shallallahu 'alaihi wa sallam) sedikit sahur dan bukanya, tapi sangatlah banyak ibadah dan syukurnya, dan beliau selalu mendoakan kita umatnya yang selalu lalai kepada Baginda!!!"
"Sedang hari ini, kita di penuhi makanan nikmat dalam berbuka, tapi kita sangatlah jauh dari ibadah dan rasa syukur??" Lanjut Imam Malik, "Dan tahukah kalian setelah berkata itu, maka guruku manusia yang mulia (Sayidinal-Imam Ja'far ash-Shadiq) pingsan karena tiada mampu terkenang akan Rasulillah shallallahu 'alaihi wa sallam." Masya Allah Tabarakallah,

Setelah Imam Malik ibn Anas menceritakan hal itu sambil terisak tangis kepada murid-muridnya, maka tiba-tiba ruangan tersebut menjadi haru dengan isak pilu kerinduan kepada Baginda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. (Allah ... Allah ... Ya Rasulallah). Mari tataplah santapan sahur dan berbuka kita, lalu tela'ah amal ibadah kita.. semoga Allah beri taufiq kepada kita untuk jadi hamba yang pandai bersyukur... aaamiiin...

Minggu, 12 Juni 2016

MEWASPADAI GENERASI “IBNU MULJAM”

Ali bin ABi Thalib gugur sebagai syahid pada waktu subuh, tanggal 7 Ramadhan akibat tebasan pedang salah seorang anggota sekte Khawarij yang bernama Abdurrahman bin Muljam Al Murodi. Uniknya sang pembunuh ini melakukan aksinya sambil berkata, “Hukum itu milik Allah, wahai Ali. Bukan milikmu dan para sahabatmu.”

Tidak berhenti sampai di situ, saat melakukan aksi bejadnya ini Ibnu Muljam juga tidak berhenti mulutnya mengulang-ulang ayat 207 surat Al Baqarah yang artinya, “Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.” Tatkala khalifah Ali bin ABi Thalib akhirnya gugur, Ibnu Muljampun akhirnya dieksekusi mati dengan cara di qishas.

Proses qishasnya pun bisa membuat kita tercengang. Karena saat tubuhnya telah diikat untuk di penggal kepalanya, ia masih sempat berpesan kepada Algojo yang mendapat tugas melakukan eksekusi, “Jangan penggal kepalaku sekaligus. Tapi, potonglah anggota tubuhku, sedikit demi sedikit hingga aku bisa menyaksikan anggota tubuhku disiksa di jalan Allah.”

Demikianlah keyakinan Ibnu Muljam yang berpendapat bahwa membunuh Ali bin Abi Thalib, yang nota bene salah satu sahabat yang dijamin masuk surga, menantu (suami Sayyidah Fathimah) dan saudara sepupu Rasulullah dan ayah dari Hasan dan Husein, dua pemimpin pemuda ahli surga. Aksi yang dilakukan oleh Ibnu Muljam ini adalah realitas pahit yang kita lihat pada kehidupan ummat Islam sekarang. Dimana diantara para pemuda kita terdapat kelompok yang giat melakukan provokasi, untuk membunuh kaum muslimin yang tidak berdosa. Hanya beda firqoh.

Kelompok ini menggunakan intimidasi dan aksi kekerasan sebagai strategi perjuangan mereka. Merekalah yang disinyalir Nabi dalam sabdanya “Akan ada para lelaki yang membaca Al Qur’an tanpa melampaui tulang selangka mereka. Mereka telah keluar dari agama laksana keluarnya anak panah dari busur.”

Kebodohan mengakibatkan mereka merasa berjuang membela kepentingan agama Islam padahal hakikatnya mereka sedang memerangi Islam dan kaum muslimin. Ibnu Muljam sejatinya adalah figur lelaki yang tidak buta sama sekali terhadap ilmu agama. Di jidatnya terlihat dengan nyata jejak sujud. Ia juga hapal Al Qur’an dan sekaligus sebagai guru yang berusaha mendorong orang lain untuk menghafalkannya.

Umar bin Khatthab pernah menugaskannya ke Mesir demi mengabulkan permohonan Amr bin Ash yang memohon kepada beliau untuk mengirim ke Mesir figur yang hafal Al Qur’an untuk mengajarkannya kepada penduduk Mesir.

Tatkala ‘Amr bin ‘Ash meminta, “Wahai Amirul mukminin, kirimkanlah kepadaku lelaki yang hafal Al Qur’an untuk mengajari penduduk Mesir“ Umar menjawab, “Saya mengirimkan untukmu seorang lelaki bernama Abdurrahman bin Muljam, salah seorang ahli Al Qur’an yang aku prioritaskan untukmu dari pada untuk diriku sendiri. Jika ia telah datang kepadamu maka siapkan rumah untuknya untuk mengajarkan Al Qur’an kepada kaum muslimin dan muliakanlah ia…!.”

Meskipun Ibnu Muljam hafal Al Qur’an, bertaqwa dan rajin beribadah namun semua itu tidak bermanfaat baginya. Ia mati dalam kondisi su’ul khatimah, tidak membawa iman dan Islam akibat kedangkalan ilmu agama yang dimilikinya dan berafiliasi dengan sekte Khawarij, yang telah meracuni para pemuda muslim sehingga melakukan aksi-aksi yang bertentangan dengan nilai-nilai luhur agama Islam. Namun justru mengklaim semua itu dalam rangka membela ajaran Allah dan Rasulullah.

Bercermin dari figur Ibnu Muljam tentu kita tidak perlu merasa aneh jika sekarang muncul kelompok-kelompok ekstrim yang mudah memvonis kafir terhadap sesama muslim yang berbeda pandangan, melakukan tindakan yang sama persis yang dilakukan oleh Ibnu Muljam. Mereka mengklaim berjuang menegakkan agama Allah namun faktanya justru menebar ketakutan kepada ummat Islam.

Oleh karena itu, menjadi tugas bersama para ulama dan umaro’ untuk membentengi kaum muslimin di Indonesia dari ide-ide keagamaan yang destruktif yang dikembangkan oleh generasi pewaris Abdurrahman bin Muljam dan untuk berusaha keras menghalangi siapapun yang ingin menjadikan Indonesia sebagai ladang subur bagi tumbuhnya kelompok-kelompok neo khawarij yang militan namun miskin referensi.

sumber :
http://pcnukendal.id/2016/04/15/mewaspadai-generasi-ibnu-muljam/

Kamis, 09 Juni 2016

CIRI-CIRI RASULULLAH SAW. YANG HADIR DALAM MIMPI AL-HABIB MUNDZIR AL-MUSAWA

Ketika ada seorang jamaah bertanya kepada al-Habib Mundzir al-Musawa tentang pertemuannya dengan Baginda Rasulullah Saw., maka beliau pun menjawab:

“Saya sebenarnya kurang berkenan menjawab namun saya pun tak berani berdusta. Saya sering berjumpa dengan Rasulullah Saw., dan sesekali ada hal berupa wasiat dan nasihat.

Ciri-ciri Rasulullah Saw. yang nampak dalam mimpi al-Habib Mundzir adalah:

1. Cambang dan janggut beliau sangat hitam gelap kebiru-biruan dari gelapnya.
2. Wajah beliau bagaikan mutiara yang bercahaya.
3. Senyumnya tak pernah sirna dari bibir indahnya.
4. Hati serasa linu dan seakan akan mencair karena keindahan wajah Sang Nabi Saw.
5. Lezat memandang wajah beliau Saw. terasa linu ke sekujur tubuh seakan lebih dari 1000x rasanya ejakulasi. Sekujur tubuh serasa linu tak terperikan.
6. Jari-jemari beliau lentik dan lembut dan sangat indah.
7. Tingginya sekitar 200 cm.
8. Imamahnya putih dan besar.
9. Kedua matanya sangat indah dan memancarkan kesejukan dan penuh kasih sayang.
10. Membuat orang yang memandang matanya ingin luluh dan bersimpuh berlutut di kakinya dan menangis bagaikan bayi manja yang memeluk ibunya karena tak melihat yang lebih mengasihinya selain ibunya.
11. Ucapannya dan suara beliau Saw. berwibawa, namun lembut dan perlahan hampir berbisik, namun jelas dan sangat merdu

Duh... saya tak akan mampu mengqiyaskannya lagi. Sungguh benar ucapan Anas bin Malik Ra.: “Tidak pernah kami melihat pemandangan lebih menakjubkan dari wajah Rasulullah Saw.” (Shahih Bukhari).

Sungguh benar ucapan Abu Hurairah Ra.: “Wahai Rasulullah, jika kami memandang wajahmu maka jiwa kami tergetar dan terangkat semakin mulia.”

Pernah saya sudah akan berangkat dakwah ke luar kota, tapi tubuh ini penat dan sangat lelah, saya masih rebahan dan sangat berat untuk berangkat. Maka saya bermimpi melihat beliau Saw. telah berdiri di depan pintu, memegang tas gantung dari kulit, seraya berkata dengan lembut dan tersenyum: “Saya akan berangkat dakwah, kau mau ikutkah?”

Saya terbangun dari tidur dan kaget. Saya faham betul itu teguran lembut dari beliau Saw. agar saya segera berangkat. Maka saya bergegas dan berangkat.”

Al-Habib Mundzir al-Musawa pernah menyampaikan bahwa setiap orang mempunyai cerita yang berbeda-beda dalam hal pertemuannya dengan Baginda Rasulullah Saw. Bentuk wujud dan rupa beliau Saw. sesuai dengan kekuatan iman orang tersebut. Semakin kuat imannya maka akan semakin indah.

Al-Habib Mundzir al-Musawa juga menyampaikan bahwa saat beliau menuliskan ciri-ciri dari Baginda Rasul Saw. dalam tulisan di atas maka saat itu pula air mata kerinduan beliau kepada Baginda Rasul Saw. tak terbendung dan mengalir dengan derasnya

Hadiah dr Surga untuk Hasan dan Husein

Diriwayatkan pada masa kecil menjelang lebaran, Alhasan dan Alhusain tidak memiliki pakaian baru untuk lebaran, sedangkan hari raya sebentar lagi datang.

Mereka bertanya kepada ibunya,
"Wahai ummah anak2 di Madinah telah dihiasi dg pakaian lebaran kecuali kami, mengapa bunda tidak menghiasi kami?" Sayyidah Fathimah menjawab,
"sesungguhnya baju kalian berada di tukang jahit". Ketika malam hari raya tiba, mereka berdua mengulangi pertanyaan yg sama, Sayyidah Fathimah menangis karena tidak memiliki uang untuk membeli baju buat kedua buah hatinya itu.. Ketika malam tiba, ada yg mengetuk pintu rumah, lalu Sayyidah Fathimah bertanya, "siapa?" Orang itu menjawab, "Wahai putri Rasulullah, aku adalah tukang jahit, aku datang membawa hadiah pakaian untuk putra2mu". Maka beliaupun membuka pintu, tampak seseorang membawa sebuah bingkisan hadiah, lalu diberikan kepada Sayyidah Fathimah.
... Kemudian beliau membuka bingkisan tersebut, ternyata didalamnya terdapat 2 gamis, 2 celana, 2 mantel, 2 sorban serta 2 pasang sepatu hitam yang kesemuanya sangat indah.

Lalu Sayyidah Fathimah membangunkan kedua putra kesayangannya lalu memakaikan hadiah tersebut kepada mereka.
... Kemudian Rasulullah Saw datang dan melihat keduanya sudah dihiasi dari semua hadiah yg terdapat dalam bingkisan tsb.

Kemudian Rasulullah Saw menggendong kedua cucunya dan menciumi mereka dg penuh cinta dan kasih sayang.

Rasulullah Saw bertanya kpd Sayyidah Fathimah, "Apakah engkau melihat tukang jahit tersebut?" Sayyidah Fathimah menjawab: "Iya, aku melihatnya", Lalu Rasulullah Saw bersabda, "Duhai putriku, dia bukanlah tukang jahit,  melainkan Malaikat Ridwan penjaga surga..." Bahkan para penghuni langit dan bumi pun berbahagia jika kedua cucu Rasulullah berbahagia dan bersedih jika mereka bersedih.... Jum'ah mubarokah

Rabu, 08 Juni 2016

AKEH WONG PINTER, ANANGING ILMUNE DADI HIJAB MARANG AWAKE.

Saya teringat,  dulu, saat salah seorang  kyai menyampaikan ilmunya kepada para jamaah pengajiannya di sebuah majlis dikampungnya bahwa besok adalah bulan Rojab dan disunnahkan untuk berpuasa.

Lalu dia menceritakan tentang keutamaan dan fadilahnya bahwa saat di akhirat semua orang kehausan, orang yg puasa Rojab kelak akan diberi minum dari bengawan Rojab.  Air bengawan itu lebih manis dari madu. Dan lebih putih dari susu. Yang meminumnya tak akan kehausan selamanya. begitu mendengar seperti itu, besoknya semua langsung puasa.

Keterbatasan ilmu mereka menjadi sebab terbukanya hidayah. Sehingga amal ibadahnya terus bertambah.
Posone tambah akeh, tur tambah akeh.

Sekarang sebaliknya. Hafal Al-quran, sarjana syariah pisan. Dikandani ngono takon sik haditse shohih opo ora. Akhire ora poso2. Kasarane kakehan cangkem maneh.Naudzubillah min dzalik.

Kepintarannya, justru menjadi hijab, yang menghalangi hidayah untuk dirinya. Sehingga ibadahnya ora bertambah.

Hal yang serupa dialami oleh bapak Prof. Mudjia Raharjo, rektor UIN Malang,  dimana suatu saat beliau pernah bertemu dengan orang Yahudi yang ahli tentang Islam.

Dia ini hafal Al-Quran, dan yakin dengan kebenaran Al-quran.

Saat ditanya kenapa anda tidak memeluk Islam, dia justru mengutip ayat Quran yg berbunyi:
انك لا تهدي من احببت ولكن الله يهدي من يشاء. 
" Innaka la tahdi man ahbabta, wa lakinn Allah yahdi man yasya." (Al-Qashash 56)                                                  

kata Prof Mudjia. "Engkau tidak bisa memberi petunjuk pada siapa yang engkau kehendaki, tetapi Allah  memberikan hidayah pada siapa saja yang Dia kehendaki."

Tak heran jika Sayyidina Ali karramallahu wajhahu di kitab nasoihul ibad memberi peringatan..
من زاد علما ولم يزدد من الله هدى، لم يزدد من الله الا بعدا.
Man zada ilman, wa lam yazdad hudan, lam yazdad minallahi illa bu'dan..

Orang yg bertambah ilmunya, tp ora tambah hidayahnya. Orang itu hanya akan semakin jauh dari Allah Swt.                                      
Semoga Allah Swt selalu memberikan hidayah dan taufik kepada kita semua...

Amin ya robbal alamin.

Semoga bermanfaat.
Renungan di bulan Ramadhan
dihari ke tiga 1437 H.

Selasa, 07 Juni 2016

Matematika Tak Ditanyakan di Akhirat?

Oleh : R. Marfu Muhyiddin Ilyas, MA

SALAH seorang santri sebuah pesantren melontarkan jawaban berikut ketika diajak belajar Matematika. “Buat apa belajar Matematika, di akhirat nggak akan ditanya tentang itu!” Dan ketika ia balik mengajak temannya untuk mempelajari Al-Qur’an, serentak dijawab, “Nggak ah, Aku kan bukan calon kyai.”

Fragmen di atas sejatinya menggambarkan permasalahan pendidikan di negeri ini. Dualisme dan sekulerisme, itulah pesan yang dapat ditangkap dari dialog tersebut mengenai permasalahan pendidikan yang masih kita hadapi. Ilmu telah dipilah menjadi ilmu dunia dan akhirat, agama dan umum, Islam dan non-Islam. Dualisme ini kemudian melembaga menjadi institusi pendidikan agama dan umum, pesantren dan sekolah.

Disadari atau tidak, orientasi keilmuan dan pendidikan ini pula lah sesungguhnya yang berperan menumbuhkan kepribadian siswa yang terbelah (split personality), orientasi hidup yang konsumtif, materialis, dan hedonis di kalangan siswa, dan sikap beragama yang kaku, anti perubahan, dan anti modernitas sehingga tidak bisa mengimbangi perkembangan zaman.

Dalam konteks seperti itu, integrasi ilmu menjadi sebuah konsep yang patut dirujuk dan dijadikan solusi. Dengan integrasi ilmu ini, semua ilmu dipandang sebagai ilmu Allah (ilmu yang bersumber dari Allah) dan harus menjadi jalan mengenal kebesaran Allah dan mengabdikan diri kepada-Nya. Maka, semua disiplin menjadi penting untuk dipelajari. Pada akhirnya semua ilmu (baca: mata pelajaran) akan berbaur dan berpadu menjadi kesatuan yang utuh dan bulat mengarah pada satu tujuan puncak yaitu tauhid dan ma’rifat. Mengesakan dan mengenal Allah. Tauhid dan Ma’rifatullah.

Sikap dualisme dan dikotomis terhadap ilmu pengetahuan sebenarnya tidak didukung oleh tradisi dan khazanah pesantren. Sebaliknya, sebagai lembaga pendidikan dengan kajian kitab kuning atau referensi klasik ilmu-ilmu keislaman (turats) sebagai ciri khasnya, integrasi ilmu seharusnya bukan konsep asing bagi dunia pesantren. Klasifikasi ilmu yang dilakukan para ulama terdahulu sangat mendukung konsep ini.

Sebagai contoh, pernyataan Imam An-Nawawi dalam pendahuluan Al-Majmu’ Syarh Al-Muhadzab, dan Imam Az-Zarnuji dalam Ta’lim Al-Muta’allim Thariq At-ta’allum, yang mengklasifikasi ilmu ke dalam dua kategori, yaitu fardlu ain dan fardlu kifayah mengandung pesan bahwa semua ilmu –kecuali yang secara tegas diharamkan melalui dalil- adalah fardlu alias wajib dipelajari. Karena semua ilmu adalah jalan untuk menuju terpenuhinya sebuah kewajiban dasar muslim, yaitu mengenal Allah swt.

Perbedaannya hanya terletak pada beban kewajiban tersebut.

Ilmu yang dihukumi fardlu ain maka kewajiban mempelajarinya menjadi tugas dan tanggung jawab setiap individu muslim. Sedangkan ilmu dalam kelompok fardlu kifayah, kewajiban mempelajarinya menjadi tugas dan tanggung jawab kolektif, masyarakat muslim di setiap tempat. Umumnya ilmu ini berkaitan dengan kemaslahatan hidup masyarakat. Termasuk dalam kelompok ini adalah ilmu-ilmu terapan dalam bidang tekonologi, pengobatan, dan sains. Pengabaian terhadap ilmu-ilmu ini sehingga tidak ada satu pun yang menguasainya berakibat dosa bagi seluruh masyarakat muslim di tempat tersebut.

Tentang ilmu-ilmu dalam kelompok fardlu kifayah, An-Nawawi bahkan memberikan catatan bahwa mempelajarinya lebih utama daripada ilmu yang fardlu ain. Sebab dengan mempelajari ilmu fardlu kifayah seperti dalam sains dan tekonologi, seseorang berarti telah menyelamatkan masyarakatnya dari dosa.

Inilah salah satu khazanah pesantren yang menjadi pijakan kuat bagi integrasi ilmu. Dengan demikian, integrasi ilmu seharusnya menjadi sikap dan pilihan seluruh lembaga pendidikan Islam. Sehingga, kita tak akan pernah lagi mendengar bahwa Matematika tak akan ditanyakan di akhirat, sebagai apologi ketidaksukaan atau ketidakmampuan dalam memahami ilmu-ilmu Allah SWT yang terhampar di alam semesta ini. Jika memang tidak suka atau tidak bisa, ahsan kita mengambil sikap seperti Rasul dalam beberapa hal tertentu, diam jika tak menyukainya. Allahu alam.

Khutbah Rasulullah SAW Tentang Keistimewaan Bulan Ramadhan

Suatu hari di akhir bulan sya'ban Rasulullah SAW berkata didepan para sahabatnya,

Wahai sahabatku, sebentar lagi akan datang menaungi kalian bulan yang agung, bulan yang penuh berkah. Didalamnya terdapat satu malam yang nilainya lebih utama dari seribu bulan. Allah SWT mewajibkan puasa didalamnya dan sangat menganjurkan shalat malam (tarawih) didalamnya. Siapa yang melakukan amalan kebaikan di bulan ramadhan, maka nilainya sama dengan amalan fardhu di selain bulan ramadhan dan siapa yang melakukan amalan fardhu didalamnya, maka nilainya dilipat gandakan tujuh puluh amalan fardhu di selain bulan ramadhan. Ramadhan adalah bulan kesabaran dan kesabarannya akan dibalas surga. Ramadhan bulan memberi pertolongan dan rejeki seorang mukmin ditambah pada bulan ini. Siapa yang memberi makanan berbuka pada orang berpuasa, maka baginya ampunan atas dosa-dosanya dan menjadi pembebasan dirinya dari neraka serta baginya pahala seperti orang berpuasa tanpa dikurangi sedikitpun.

Para sahabat bertanya, wahai Rasulullah SAW, tidak semua dari kami yang mempunyai makanan untuk diberikan kepada orang berpuasa?. Rasulullah SAW menjawab, pahala ini juga berlaku bagi mereka yang memberi sebutir kurma, atau satu tegukan air, atau sedikit susu.

Ramadhan adalah bulan yang sepuluh hari pertamanya penuh rahmat Allah SWT, sepuluh hari keduanya penuh ampunan Allah SWT dan sepuluh hari terakhirnya adalah pembebasan dirinya dari neraka. Siapa yang meringankan beban budaknya (pembantu), maka Allah SWT akan mengampuni dosanya dan membebaskan dirinya dari neraka.

Oleh karena itu perbanyaklah empat amalan pada bulan ramadhan. Dua amalan yang akan mendatangkan ridha Allah SWT dan dua amalan yang sangat kalian butuhkan.

Adapun dua amalan yang akan mendatangkan keridhaan Allah SWT adalah memperbanyak dzikir Laa ilaaha illah dan memperbanyak istighfar. Dua amalan yang sangat kalian butuhkan adalah memperbanyaklah doa memohon surga Allah SWT dan doa perlindungan dari neraka.

Siapa yang memberi minum orang berpuasa, niscaya kelak Allah SWT akan memberinya minum dari telagaku (Al-Kautsar) dengan minuman yang tidak akan merasakan haus lagi selamanya. (Al-Hadits marfu' diriwayatkan oleh Sa'id bin Musayyab dari salman). Wallahu A'lam.

Muhammad Abdul Fatah
Guru di Tazkia International Islamic Boarding School Malang.

Kamis, 02 Juni 2016

SANG PEMABUK DAN PEZINA ITU TERNYATA WALI ALLAH


Di dalam buku hariannya Sultan Turki Murad IV mengisahkan, bahwa suatu malam dia merasakan kekalutan yang sangat, ia ingin tahu apa penyebabnya. Maka ia memanggil kepala pengawalnya dan memberitahu apa yang dirasakannya.
Sultan berkata kepada kepala pengawal: "Mari kita keluar sejenak".
Di antara kebiasaan sang Sultan adalah melakukan blusukan di malam hari dengan cara menyamar.
Mereka pun pergi, hingga tibalah mereka di sebuah lorong yang sempit.
Tiba-tiba, mereka menemukan seorang laki-laki tergeletak di atas tanah. Sang Sultan menggerak-gerakkan lelaki itu, ternyata ia telah meninggal. Namun orang-orang yang lalu lalang di sekitarnya tak sedikitpun mempedulikannya.
Sultan pun memanggil mereka, mereka tak menyadari kalau orang tersebut adalah Sultan. Mereka bertanya: "Apa yang kau inginkan?.
Sultan menjawab: "Mengapa orang ini meninggal tapi tidak ada satu pun di antara kalian yang mau mengangkat jenazahnya? Siapa dia? Di mana keluarganya?"
Mereka berkata: "Orang ini Zindiq, suka menenggak minuman keras dan berzinah".
Sultan menimpali: "Tapi . . bukankah ia termasuk umat Muhammad shallallahu alaihi wasallam? Ayo angkat jenazahnya, kita bawa ke rumahnya".
Mereka pun membawa jenazah laki-laki itu ke rumahnya.
Melihat suaminya meninggal, sang istripun pun menangis. Orang-orang yang membawa jenazahnya langsung pergi, tinggallah sang Sultan dan kepala pengawalnya.
Dalam tangisnya sang istri berucap kpd jenazah suaminya: "Semoga Allah merahmatimu wahai wali Allah.. Aku bersaksi bahwa engkau termasuk orang yang sholeh".
Mendengar ucapan itu Sultan Murad kaget.. Bagaimana mungkin dia termasuk wali Allah sementara orang-orang membicarakan tentang dia begini dan begitu, sampai-sampai mereka tidak peduli dengan kematiannya".
Sang istri menjawab: "Sudah kuduga pasti akan begini..."
"Setiap malam suamiku keluar rumah pergi ke toko-toko minuman keras, dia membeli minuman keras dari para penjual sejauh yang ia mampu. Kemudian minuman-minuman itu di bawa ke rumah lalu ditumpahkannya ke dalam toilet, sambil berkata: "Aku telah meringankan dosa kaum muslimin".
"Dia juga selalu pergi menemui para pelacur, memberi mereka uang dan berkata: "Malam ini kalian sudah dalam bayaranku, jadi tutup pintu rumahmu sampai pagi".
"Kemudian ia pulang ke rumah, dan berkata kepadaku: "Alhamdulillah, malam ini aku telah meringankan dosa para pelacur itu dan pemuda-pemuda Islam".
" Orang-orangpun hanya menyaksikan bahwa ia selalu membeli khamar dan menemui pelacur, lalu mereka menuduhnya dengan berbagai tuduhan dan menjadikannya buah bibir."
Suatu kali aku pernah berkata kepada suamiku: "Kalau kamu mati nanti, tidak akan ada kaum muslimin yang mau memandikan jenazahmu, mensholatimu dan menguburkan jenazahmu".
Ia hanya tertawa, dan berkata: "Jangan takut, bila aku mati, aku akan disholati oleh Sultannya kaum muslimin, para Ulama dan para Auliya".
Maka, Sultan Murad pun menangis, dan berkata: "Benar! Demi Allah, akulah Sultan Murad, dan besok pagi kita akan memandikannya, mensholatkannya dan menguburkannya".
Demikianlah, akhirnya prosesi penyelenggaraan jenazah laki-laki itu dihadiri oleh Sultan, para ulama, para masyaikh dan seluruh masyarakat.
(Kisah ini diceritakan kembali oleh Syaikh Al Musnid Hamid Akram Al Bukhory dari Mudzakkiraat Sultan Murad IV)