Abdul Hamid Aly

Rindu ini selalu milikmu Yaa Rosuul

Save Muslim Muslimah

Saling berpesan kepada hal kebenaran dan kesabaran

KH. M. Ali Bahruddin

Pesantren At-taqwa Pasuruan (Keluarga Jam'iyyah Thoriqoh Al-Mu'tabaroh Qodiririyyah wa Naqsyabandiyah).

Nahdlatul Ulama'

Ahlus Sunnah wal Jama'ah An-Nahdliyyah.

Diamond Class

Alhamdulillah ala kulli chaal.

Minggu, 22 Desember 2019

KISAH ORANG SHOLEH YANG DI BERIKAN AMALAN DAN IJAZAH LANGSUNG DARI RASULULLAH SAW.

Dikisahkan ada laki-laki shalih (Al-Qodhi Abdullah Al-Baghdadiy). Beliau berkata:
"Aku pernah melihat Rosulullah SAW dalam tidurku dengan wajah yang sangat pucat karena merasakan kesedihan yang sangat dalam".

Lalu aku bertanya: "Ya Rosulullah, kenapa wajahmu begitu pucat, gerangan apa yg telah membuat Baginda begitu bersedih?".

Lalu Rosulullah berkata, "pada malam ini telah meninggal Dunia 1.500 orang dari Ummatku, dua orang dari mereka meninggal dalam keadaan beriman (Husnul Khatimah) dan sisanya (1.498 Orang) meninggal tanpa membawa Iman (suu'ul khotimah)."

Aku bertanya lagi: "Lalu apa kiat-kiat dari Engkau untuk orang-orang yg sering bermaksiat agar mereka meninggal dengan membawa Iman (Husnul Khotimah)?".

Rosulullah SAW berkata: 
"Ambilah kertas ini dan bacalah : "Siapa saja yg membacanya dan membawanya, lalu dia pindah dari satu tempat ke tempat yang lain, menyebarkan dan mengajarkannya, maka mereka termasuk dari golonganku (Orang yang di akui oleh Rosulullah SAW sebagai Ummatnya) dan akan wafat dalam keadaan membawa iman (Husnul Hotimah). Akan tetapi siapa saja yang telah mendengarnya dan dia tidak mau membacanya tidak mau menyebarkannya maka dia lepas dari aku dan akupun lepas darinya (Tidak di akui sebagai Ummat Rosulullah saw)."

Seketika itu aku langsung terbangun dari tidurku, dan aku lihat kertas tersebut telah ada dalam genggamanku,  ternyata di dalamnya berisi tulisan yg penuh barokah, tulisan tersebut adalah:

ﺑﺴﻢ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ
ﻻ ﺍﻟﻪ ﺍﻻ ﺍﻟﻠﻪ , ﺍﻟﻤﻮﺟﻮﺩ ﻓﻲ ﻛﻞ ﺯﻣﺎﻥ
Tiada tuhan selain ALLAH (yang) selalu ada sepanjang zaman.

ﻻ ﺍﻟﻪ ﺍﻻﺍﻟﻠﻪ، ﺍﻟﻤﻌﺒﻮﺩ ﻓﻲ ﻛﻞ ﻣﻜﺎﻥ
Tiada tuhan kecuali ALLAH yang di sembah di setiap tempat.

ﻻﺍﻟﻪ ﺍﻻﺍﻟﻠﻪ، ﺍﻟﻤﺪ ﻛﻮﺭ ﺑﻜﻞ ﻟﺴﺎﻥ
Tiada tuhan kecuali ALLAH yang di sebut pada setiap Lisan.

ﻻﺍﻟﻪ ﺍﻻﺍﻟﻠﻪ، ﺍﻟﻤﻌﺮﻭﻑ ﺑﺎﻻحسان
Tiada tuhan selain ALLAH yang di kenal dengan kebaikannya.

ﻻﺍﻟﻪ ﺍﻻﺍﻟﻠﻪ، ﻛﻞ ﻳﻮﻡ ﻫﻮ ﻓﻲ شأﻥ.
Tiada tuhan kecuali ALLAH Yang setiap hari selalu ada dalam setiap keadaan.

ﻻﺍﻟﻪ ﺍﻻﺍﻟﻠﻪ، ﺍﻻﻣﺎﻥ ﺍﻻﻣﺎﻥ ﻣﻦ ﺯﻭﺍﻝ ﺍﻻﻳﻤﺎﻥ
Tiada tuhan kecuali ALLAH. Semoga kita selalu Aman terjaga dari hilangnya iman.

ﻭﻣﻦ ﻓﺘﻨﺔ ﺍﻟﺸﻴﻄﺎﻥ، ﻳﺎﻗﺪﻳﻢ ﺍﻻﺣﺴﺎﻥ
Dan dari gangguan syetan, wahai Dzat Yang mendahulukan kebaikan.

ﻛﻢ ﻟﻚ ﻋﻠﻴﻨﺎ ﻣﻦ ﺍﺣﺴﺎﻥ
Sudah berapa banyak kebaikan yang telah kami terima.

ﺍحسانك ﺍﻟﻘﺪﻳﻢ، ﻳﺎ ﺣﻨﺎﻥ ﻳﺎ ﻣﻨﺎﻥ.
Kebaikanmu sudah ada sejak dahulu kala, wahai Dzat Yg Maha Pemberi tanpa diminta.

ﻳﺎﺭﺣﻴﻢ ﻳﺎﺭﺣﻤﻦ، ﻳﺎﻏﻔﻮﺭ ﻳﺎﻏﻔﺎﺭ، ﺍﻏﻔﺮ ﻟﻨﺎ ﻭﺍﺭﺣﻤﻨﺎ.
Wahai Dzat Yg maha pengasih Yg maha penyayang, Maha pengampun dan Maha Yg suka memberi ampunan.
Ampuni kami dan rohmatilah kami ya ALLAH.

ﻭﺍﻧﺖ ﺧﻴﺮ ﺍﻟﺮﺍﺣﻤﻴﻦ.
Dan Engkaulah sebaik-baik Penyayang.

ﻭﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻰ ﺳﻴﺪﻧﺎ ﻣﺤﻤﺪ ﻭﺍﻟﻪ ﻭﺻﺤﺒﻪ ﻭﺳﻠﻢ.

Note:
Dzikir diatas telah di ijazahkan oleh yang Mulia Al-imam Al-Quthb Al-Habib
Abu Bakar Bin Muhammad Assegaf.

Dzikir Yang Tidak Dibaca Oleh Nabi Bukan Berarti Dilarang (Baca Fatihah Setelah Shalat)


Oleh : Kyai Ma'ruf Khozin

Ustadz di bawah ini, dari kalangan Salafi, mengatakan tidak ada 1 pun hadis dari Nabi shalallahu alaihi wasallam dalam kitab-kitab hadis yang menyebutkan bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wasallam membaca Surat Fatihah setelah shalat. 

Yang hendak dipermasalahkan sebenarnya ialah dia hendak mengatakan Bid'ah membaca Fatihah setelah Shalat karena Rasulullah tidak melakukan hal itu. Seperti ini sudah lazim menjadi manhaj mereka.

Tapi benarkah hukumnya Bid'ah? Tunggu dulu. Kita baca seksama alur ijtihad dalam membaca Surat Fatihah setelah Shalat.

Abu Hafsh Al-Bazzar, murid Syekh Ibnu Taimiyah yang menulis biografi gurunya ini mengisahkan dengan kesaksiannya langsung:

ﻭَﻛﻨﺖ ﻣُﺪَّﺓ اﻗﺎﻣﺘﻲ ﺑِﺪِﻣَﺸْﻖ ﻣﻼﺯﻣﻪ ﺟﻞّ اﻟﻨَّﻬَﺎﺭ ﻭَﻛَﺜِﻴﺮًا ﻣﻦ اﻟﻠَّﻴْﻞ ﻭَﻛَﺎﻥَ ﻳﺪﻧﻴﻨﻲ ﻣِﻨْﻪُ ﺣَﺘَّﻰ ﻳﺠﻠﺴﻨﻲ اﻟﻰ ﺟَﺎﻧِﺒﻪ 

Selama saya berada di Damaskus menemani Ibnu Taimiyah sepanjang siang dan kebanyakan malam, ia menyuruh saya mendekat hingga saya duduk di sebelahnya

ﻭَﻛﻨﺖ اﺳْﻤَﻊ ﻣَﺎ ﻳَﺘْﻠُﻮ ﻭَﻣَﺎ ﻳﺬﻛﺮ ﺣِﻴﻨَﺌِﺬٍ ﻓﺮﺃﻳﺘﻪ ﻳﻘْﺮَﺃ اﻟﻔﺎﺗﺤﺔ ﻭﻳﻜﺮﺭﻫﺎ ﻭَﻳﻘﻄﻊ ﺫَﻟِﻚ اﻟْﻮَﻗْﺖ ﻛُﻠﻪ اﻋﻨﻲ ﻣﻦ اﻟْﻔﺠْﺮ اﻟﻰ اﺭْﺗِﻔَﺎﻉ اﻟﺸَّﻤْﺲ ﻓِﻲ ﺗَﻜْﺮِﻳﺮ ﺗﻼﻭﺗﻬﺎ

Saya mendengar apa yang ia baca dan dzikirnya. Saya melihat Ibnu Taimiyah membaca Surat Fatihah dan mengulang-ulang Fatihah, serta ia habiskan keseluruhan waktu yakni sejak Fajar hingga terbit matahari untuk mengulang Fatihah

ﻓﻔﻜﺮﺕ ﻓِﻲ ﺫَﻟِﻚ ﻟﻢ ﻗﺪ ﻟﺰﻡ ﻫَﺬِﻩ اﻟﺴُّﻮﺭَﺓ ﺩﻭﻥ ﻏَﻴﺮﻫَﺎ ﻓَﺒَﺎﻥ ﻟﻲ ﻭَاﻟﻠﻪ اﻋْﻠَﻢ اﻥ ﻗَﺼﺪﻩ ﺑﺬﻟﻚ اﻥ ﻳﺠﻤﻊ ﺑﺘﻼﻭﺗﻬﺎ ﺣِﻴﻨَﺌِﺬٍ ﺑَﻴﻦ ﻣَﺎ ﻭﺭﺩ ﻓِﻲ اﻻﺣﺎﺩﻳﺚ ﻭَﻣَﺎ ﺫﻛﺮﻩ اﻟْﻌﻠﻤَﺎء ﻫَﻞ ﻳﺴْﺘَﺤﺐّ ﺣِﻴﻨَﺌِﺬٍ ﺗَﻘْﺪِﻳﻢ اﻻﺫﻛﺎﺭ اﻟْﻮَاﺭِﺩَﺓ ﻋﻠﻰ ﺗِﻼَﻭَﺓ اﻟْﻘُﺮْﺁﻥ اَﻭْ اﻟْﻌَﻜْﺲ 

Saya berfikir tentang hal itu mengapa Ibnu Taimiyah selalu membaca Surat Fatihah bukan Surat yang lainn? Akhirnya menjadi jelas bagi saya, Wallahu A'lam, bahwa tujuan Ibnu Taimiyah adalah memadukan dalil hadis antara mendahulukan dalil dzikir yang datang dari Nabi ataukah membaca Al-Qur'an, maupun sebaliknya

ﻓﺮاﻯ ﺭَﺿِﻲ اﻟﻠﻪ ﻋَﻨﻪُ اﻥ ﻓِﻲ اﻟْﻔَﺎﺗِﺤَﺔ ﻭﺗﻜﺮاﺭﻫﺎ ﺣِﻴﻨَﺌِﺬٍ ﺟﻤﻌﺎ ﺑَﻴﻦ اﻟْﻘَﻮْﻟَﻴْﻦِ ﻭﺗﺤﺼﻴﻼ ﻟﻠﻔﻀﻴﻠﺘﻴﻦ ﻭَﻫَﺬَا ﻣﻦ ﻗُﻮَّﺓ ﻓﻄﻨﺘﻪ ﻭﺛﺎﻗﺐ ﺑﺼﻴﺮﺗﻪ

Maka Ibnu Taimiyah berpendapat bahwa membaca Surat Fatihah dan mengulangi Fatihah adalah bentuk mengamalkan 2 pendapat dan meraih 2 keutamaan pahala. Hal ini adalah karena kecerdasan Ibnu Taimiyah dan tajamnya mata hatinya (Al-A'lam Al-Aliyah Fi Manaqib Ibni Taimiyah 1/38)

Jika anda membidahkan baca Fatihah setelah Shalat maka bidahkan dulu Syekh Ibnu Taimiyah, yang mereka sebut dengan Syaikhul Islam. Dan ingat semua Bid'ah adalah sesat. Mungkinkah Ibnu Taimiyah yang mereka puja itu melakukan Bid'ah yang sesat?

Kamis, 19 Desember 2019

PERBANYAKLAH MENGINGAT MATI

Mengingat Mati sebenarnya suatu yang dituntut pada setiap orang. Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ

“Perbanyaklah mengingat pemutus kelezatan” (HR. An Nasai no. 1824, Tirmidzi no. 2307 dan Ibnu Majah no. 4258 dan Ahmad 2: 292.),

 Yang dimaksud adalah kematian. Kematian disebut haadzim (pemutus) karena ia menjadi pemutus kelezatan dunia.

عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّهُ قَالَ : كُنْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَجَاءَهُ رَجُلٌ مِنَ الأَنْصَارِ فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- ثُمَّ قَالَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ الْمُؤْمِنِينَ أَفْضَلُ قَالَ : « أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا ». قَالَ فَأَىُّ الْمُؤْمِنِينَ أَكْيَسُ قَالَ : « أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا أُولَئِكَ الأَكْيَاسُ ».

Dari Ibnu ‘Umar, ia berkata, “Aku pernah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu seorang Anshor mendatangi beliau, ia memberi salam dan bertanya, “Wahai Rasulullah, mukmin manakah yang paling baik?” Beliau bersabda, “Yang paling baik akhlaknya.” “Lalu mukmin manakah yang paling cerdas?”, ia kembali bertanya. Beliau bersabda, “Yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling baik dalam mempersiapkan diri untuk alam berikutnya, itulah mereka yang paling cerdas.” (HR. Ibnu Majah no. 4259).

Kita juga dapat mengambil pelajaran dari ayat,

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ

“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS. Al Mulk: 2). 

Dalam Tafsir Al Qurthubi disebutkan bahwa As Sudi berkata mengenai ayat ini, yang dimaksud orang yang paling baik amalnya adalah yang paling banyak mengingat kematian dan yang yang paling baik persiapannya menjelang kematian. Ia pun amat khawatir menghadapinya.

Faedah Mengingat Mati

1- Mengingat kematian adalah termasuk ibadah tersendiri, dengan mengingatnya saja seseorang telah mendapatkan ganjaran karena inilah yang diperintahkan oleh suri tauladan kita, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

2- Mengingat kematian membantu kita dalam khusyu’ dalam shalat. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

اذكرِ الموتَ فى صلاتِك فإنَّ الرجلَ إذا ذكر الموتَ فى صلاتِهِ فَحَرِىٌّ أن يحسنَ صلاتَه وصلِّ صلاةَ رجلٍ لا يظن أنه يصلى صلاةً غيرَها وإياك وكلَّ أمرٍ يعتذرُ منه

“Ingatlah kematian dalam shalatmu karena jika seseorang mengingat mati dalam shalatnya, maka ia akan memperbagus shalatnya. Shalatlah seperti shalat orang yang tidak menyangka bahwa ia masih punya kesempatan melakukan shalat yang lainnya. Hati-hatilah dengan perkara yang kelak malah engkau meminta udzur (meralatnya) (karena tidak bisa memenuhinya).” (HR. Ad Dailami )

3- Mengingat kematian menjadikan seseorang semakin mempersiapkan diri untuk berjumpa dengan Allah. Karena barangsiapa mengetahui bahwa ia akan menjadi mayit kelak, ia pasti akan berjumpa dengan Allah. Jika tahu bahwa ia akan berjumpa Allah kelak padahal ia akan ditanya tentang amalnya didunia, maka ia pasti akan mempersiapkan jawaban.

4- Mengingat kematian akan membuat seseorang memperbaiki hidupnya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أكثروا ذكر هَاذِمِ اللَّذَّاتِ فإنه ما ذكره أحد فى ضيق من العيش إلا وسعه عليه ولا فى سعة إلا ضيقه عليه

“Perbanyaklah banyak mengingat pemutus kelezatan (yaitu kematian) karena jika seseorang mengingatnya saat kehidupannya sempit, maka ia akan merasa lapang dan jika seseorang mengingatnya saat kehiupannya lapang, maka ia tidak akan tertipu dengan dunia (sehingga lalai akan akhirat).” (HR. Ibnu Hibban dan Al Baihaqi)

5- Mengingat kematian membuat kita tidak berlaku zholim. Allah Ta’ala berfirman,

أَلَا يَظُنُّ أُولَئِكَ أَنَّهُمْ مَبْعُوثُونَ

“Tidaklah orang-orang itu menyangka, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan.” (QS. Al Muthoffifin: 4). 

Ayat ini dimaksudkan untuk orang-orang yang berlaku zholim dengan berbuat curang ketika menakar. Seandainya mereka tahu bahwa besok ada hari berbangkit dan akan dihisab satu per satu, tentu mereka tidak akan berbuat zholim seperti itu.

Semoga kita semua di wafatkan dalam keadaan husnul khatimah.

SESUAI YANG DIINGINKANNYA


Nilai seseorang adalah sesuai dengan apa-apa yang diinginkannya.
Ibnu Rajab al-Hanbaly rahimahullah berkata:

قيمة كل إنسان ما يطلب، فمن كان يطلب الدنيا فلا أدنى منه فإن الدنيا دنية.

"Nilai setiap orang tergantung pada hal-hal yang menjadi keinginannya, jadi siapa yang keinginannya adalah dunia maka tidak ada yang lebih rendah darinya, karena sesungguhnya dunia ini adalah sesuatu yang rendah."

(Lathaiful Ma’arif, hlm. 245)

Ibnul Qayyim Al-Jauziyah mengatakan:

الدنيا كالظل لو لاحقتها تهرب منك و لو اعطيتها ظهرك تلاحقك.

"Dunia itu ibarat bayangan, bila kau kejar, dia akan lari darimu. Tapi bila kau palingkan badanmu, dia tak punya pilihan lain kecuali mengikutimu".

Apa yang dikatakan Ibnul Qayyim di atas selaras dengan Sabda Nabi Shallallahu alaihi wasallam berikut ini:

مَنْ كَانَتِ الْآخِرَةُ هَمَّهُ جَعَلَ اللهُ غِنَاهُ فِي قَلْبِهِ وَجَمَعَ لَهُ شَمْلَهُ وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ، وَمَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ جَعَلَ اللهُ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ وَفَرَّقَ عَلَيْهِ شَمْلَهُ وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلَّا مَا قُدِّرَ لَهُ

“Siapa yang obsesi hidupnya akhirat, maka Allah Azza wa Jalla akan menjadikan kekayannya berada di dalam hatinya, menyatukan urusannya, dan dunia datang kepadanya dalam keadaan tunduk. Sebaliknya, siapa yang menjadikan dunia sebagai obsesinya, maka Allah Azza wa Jalla  akan meletakkan kefaqiran di depan kedua matanya, Dia akan mencerai-beraikan urusannya, sementara dunia tidak mendatanginya kecuali sebatas apa yang telah ditakdirkan baginya.”

(HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Setiap penggalan episode kehidupan selalu menyajikan pilihan-pilihannya sendiri. 
Di sini kita hanya punya dua pilihan, mengejar bayangan semu atau berbalik menuju kepastian. Tak ada pilihan ketiga, sebab kita tak mungkin berhenti, karena dengan berhenti itu artinya kita telah memilih untuk binasa. 
Teruslah melangkah maju... 
Sesekali lihatlah bayang itu, karena Allah Azza wa Jalla berfirman:

وَابْتَغِ فِيمَا آَتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآَخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah Azza wa Jalla  kepadamu (berupa kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu 
dari (kenikmatan) duniawi”. 

(QS. Al Qashshash: 77) 

Al-Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah berkata:

‏«الدنيا دارُ عمل، والآخرةُ دار جزاء، فَمَنْ لم يعمل هنا؛ نَدُمَ هناك»

"Dunia ini adalah negeri untuk beramal, sedangkan akhirat adalah negeri balasan, maka siapa yang tidak beramal di sini, dia pasti akan menyesal di sana."

(Az-Zuhd, karya al-Baihaqy, No. 725).

Kita diperintahkan untuk senantiasa bersyukur kehadirat Allah Azza wa Jalla atas segala nikmat yang telah diberikan kepada kita. Syukur inilah yang kita buktikan dengan taqwa sebagaimana yang Allah perintahkan,

‎يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah sebenar-benar taqwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” 

(QS. Ali Imran: 102). 

Karena hakikat syukur adalah menjalankan ketaatan dan menjauhi maksiat sebagaimana kata Abu Hazim mengenai syukur dengan anggota badan adalah,

‎أَنْ تُكَفَّ عَنِ المَعَاصِي ، وَتُسْتَعْمَلَ فِي الطَّاعَاتِ

“Engkau tahan anggota badanmu dari maksiat dan engkau tinggalkan dalam ketaatan pada Allah.” 

(Jami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 2:84).

Adapun tanda-tanda orang cinta dunia adalah gila harta, gila jabatan, gila kehormatan, gila ketenaran; hidup mewah dengan pakaian, makanan dan minuman; waktunya sibuk mengejar dunia; ia mengejar dunia lewat amalan akhirat; juga lalai dari ibadah...

Orang yang cinta dunia bisa saja mengorbankan agama dan lebih memilih kekafiran. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‎بَادِرُوا بِالأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِى كَافِرًا أَوْ يُمْسِى مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا

“Bersegeralah melakukan amalan shalih sebelum datang fitnah (musibah) seperti potongan malam yang gelap. Yaitu seseorang pada waktu pagi dalam keadaan beriman dan di sore hari dalam keadaan kafir. Ada pula yang sore hari dalam keadaan beriman dan di pagi hari dalam keadaan kafir. Ia menjual agamanya karena sedikit dari keuntungan dunia.” 

(HR. Muslim no. 118)

Para pecinta dunia menjadikan hati lalai dari mengingat akhirat sehingga kurang dalam beramal shalih.
Dari Abu Musa Al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‎مَنْ أَحَبَّ دُنْيَاهُ أَضَرَّ بِآخِرَتِهِ وَمَنْ أَحَبَّ آخِرَتَهُ أَضَرَّ بِدُنْيَاهُ فَآثِرُوا مَا يَبْقَى عَلَى مَا يَفْنَى

“Siapa yang begitu gila dengan dunianya, maka itu akan memudaratkan akhiratnya. Siapa yang begitu cinta akhiratnya, maka itu akan mengurangi kecintaannya pada dunia. Dahulukanlah negeri yang akan kekal abadi (akhirat) dari negeri yang akan fana (dunia).” 

(HR. Ahmad, 4:412. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa hadits ini hasan lighairihi.)

Dalam surat Adz-Dzariyat juga disebutkan,

‎قُتِلَ الْخَرَّاصُونَ (10) الَّذِينَ هُمْ فِي غَمْرَةٍ سَاهُونَ (11)

“Terkutuklah orang-orang yang banyak berdusta, (yaitu) orang-orang yang terbenam dalam kebodohan yang lalai.” 

(QS. Adz-Dzariyat: 10-11)

Yang dimaksud “alladzina hum fii ghamrah” adalah mereka buta dan jahil akan perkara akhirat. “Saahun” berarti lalai. As-sahwu itu berarti lalai dari sesuatu dan hati tidak memperhatikannya. Sebagaimana hal ini ditafsirkan dalam Zaad Al-Masir karya Ibnul Jauzi.

Cinta dunia juga akan menjadikan seseorang kurang mendapatkan kelezatan ketika berdzikir.
Di dalam Majmu’ah Al-Fatawa (9:312), Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menyebutkan perkataaan ulama Syam yaitu Sulaiman Al-Khawwash, “Dzikir bagi hati kedudukannya seperti makanan untuk badan. Ketika badan sakit, tentu seseorang sulit merasakan lezatnya makanan. Demikian pula untuk hati tidak bisa merasakan nikmatnya dzikir ketika seseorang terlalu cinta dunia.”

Saudaraku,
Orang yang mengejar dunia urusannya akan jadi sulit. Berbeda jika seseorang mengutamakan akhirat.  Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‎مَنْ كَانَتِ الآخِرَةُ هَمَّهُ جَعَلَ اللَّهُ غِنَاهُ فِى قَلْبِهِ وَجَمَعَ لَهُ شَمْلَهُ وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِىَ رَاغِمَةٌ وَمَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ جَعَلَ اللَّهُ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ وَفَرَّقَ عَلَيْهِ شَمْلَهَ وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلاَّ مَا قُدِّرَ لَهُ

“Barangsiapa yang niatnya adalah untuk menggapai akhirat, maka Allah akan memberikan kecukupan dalam hatinya, Dia akan menyatukan keinginannya yang tercerai berai, dunia pun akan dia peroleh dan tunduk hina padanya. Barangsiapa yang niatnya adalah untuk menggapai dunia, maka Allah akan menjadikan dia tidak pernah merasa cukup, akan mencerai beraikan keinginannya, dunia pun tidak dia peroleh kecuali yang telah ditetapkan baginya.” 

(HR. Tirmidzi, no. 2465. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.)
 
Agar kita terhindar dari cinta dunia maka kita harus yakin dunia itu fana dibanding akhirat yang kekal abadi. Kita harus senantiasa _qana’ah_ (menerima) dengan apa saja yang Allah Azza wa Jalla telah berikan. Kita harus mendahulukan ridha Allah Azza wa Jalla daripada hawa nafsu dan kepentingan dunia, karena akan memperoleh kenikmatan begitu banyak di surga.
 
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‎الدُّنْيَا سِجْنُ الْمُؤْمِنِ وَجَنَّةُ الْكَافِرِ

“Dunia adalah penjara bagi orang beriman dan surga bagi orang kafir.” 

(HR. Muslim, no. 2392)

Al-Munawi rahimahullah dalam Mirqah Al-Mafatih menjelaskan, “Dikatakan dalam penjara karena orang mukmin terhalang untuk mengumbar syahwat yang diharamkan. Sedangkan keadaan orang kafir adalah sebaliknya sehingga seakan-akan ia berada di surga.”

Semoga Allah Azza wa Jalla  mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah untuk senantiasa qana'ah, tidak silau dengan gemerlap kehidupan dunia yang fana ini...
Aamiin Ya Rabb.

Wallahua'lam bishawab
FB- Pecinta Habaib

Kisah Imam Husain Kecil

Pada Masa kanak kanaknya Imam Al-Husain Seringkali ke Masjid dan duduk di bawah mimbar Rasulullah serta menghafalkan segala yang Nabi Muhammad khutbahkan, kemudian Al Husain kecil pulang dan menceritakan kepada Ibundanya Sayyidah Fathimah Az-Zahra.

Suatu kali Ibundanya menyiapkan satu kursi dan mendudukkan Al Husain di kursi itu seraya berkata,
Baiklah anakku sayang berceramahlah seperti kakekmu"

Al Husain kecil pun menjelaskan apa yang dikatakan kakeknya Nabi Muhammad ﷺ di Masjid dengan gaya bahasa yang sama.

Sayyidah Fathimah Az-Zahra pun bersyair tentangnya,
"Engkau serupa dengan ayahku engkau tak mirip dengan Ali"

Imam Ali yang mendengar syair Istri tercintanya pun tersenyum.

Suatu ketika Sayyidah Fathimah Az-Zahra bercerita kepada Ayahandanya perihal keindahan tutur kata Al Husain hingga Nabi Muhammad pun ingin menyaksikan dan mendengar langsung ceramah cucunya tersebut namun Beliau berkata kepada putrinya,
"Barangkali dia akan malu jika melihatku"

Karenanya Nabi berencana bersembunyi di balik tirai untuk menyaksikan dan mendengarkan ceramah cucunya

Nabi pun bersembunyi di balik tirai dan Sayyidah Fathimah mempersiapkan Al Husain untuk berceramah.

Namun sungguh tak seperti biasanya hingga Sayyidah Fathimah Az-Zahra pun heran ketika menyaksikan putra kecilnya Al Husain hanya berdiam diri tanpa sepatah kata yang keluar dari lisan mungilnya. 
Lidah Al Husain seolah kaku dan tak mampu berucap apapun hingga As-Sayyidah Fathimah Az-Zahra sangat Heran dan menanyakan keadaan putranya tersebut,
"Apa yang terjadi wahai anakku sayang?" _

Al Husain menjawab keheranan ibunya,
"Janganlah heran wahai ibuku, lidahku tak mampu bergerak karena ada pribadi agung yang berada dibalik tirai.Jika seluruh ahli dan pembicara di seluruh dunia berkumpul pun niscaya mulut mulut mereka akan terkunci dihadapan Beliau." Mendengar ini Rasulullah yang berada di balik tirai keluar dan memeluk cucunya Al Husain. 
اللهمَّ صلِّ على سيِّدنا محمَّد وعلى آلِ سيِّدنا محمَّد .

Habib Ahmad bin Hasan Al Athos

Kamu bukan siapa-siapa dihadapan orang tidak mengenalmu

Seorang santri sedang membersihkan aquarium gurunya, ia memandang ikan arwana dengan takjub. Tak sadar gurunya sudah berada di belakangnya.

"Kamu tahu berapa harga ikan itu?". Tanya sang guru.

"Tidak tahu". Jawab si murid.

"Coba tawarkan kepada tetangga sebelah!!". Perintah sang guru.

Ia memfoto ikan itu dan menawarkan ke tetangga. Kemudian kembali menghadap sang guru.

"Ditawar berapa nak?" tanya sang guru.

"50.000 Rupiah guru". Jawab si murid mantap.

"Coba tawarkan ke toko ikan hias!!". Perintah sang guru lagi.

"Baiklah guru". Jawab si murid. Kemudia ia beranjak ke toko ikan hias.

"Berapa ia menawar ikan itu?". Tanya sang guru.

"800.000 Rupiah guru". Jawab si murid dengan gembira, ia mengira sang guru akan melepas ikan itu.

"Sekarang coba tawarkan ke Si Fulan, bawa ini sebagai bukti bahwa ikan itu sudah pernah ikut lomba". Perintah sang guru lagi.

"Baik guru". Jawab si murid. Kemudian ia pergi menemui si Fulan yang dikatakan gurunya. Setelah selesai, ia pulang menghadap sang guru.

"Berapa ia menawar ikannya?".

"15 juta Rupiah guru".

Ia terkejut sendiri menyaksikan harga satu ikan yang bisa berbed-beda.

"Nak, aku sedang mengajarkan kepadamu bahwa kamu hanya akan dihargai dengan benar ketika kamu berada di lingkungan yang tepat".

"Oleh karena itu, jangan pernah kamu tinggal di tempat yang salah lalu marah karena tidak ada yang menghargaimu. Mereka yang mengetahui nilai kamu itulah yang akan selalu menghargaimu".

يسقى بماء واحد.

Rabu, 04 Desember 2019

JANGAN SOMBONG



قال الحبيب علوي بن شهاب

Alhabib Alwi bin Syahab berkata :

لا احد يغتر بمكانه يقول انا في تريم
شوفوا ادم كان في الجنه بس عصى الله ونزل للارض

Jangan ada di antara kalian ada yang tertipu dengan merasa sombong mengatakan aku ada di kota Tarim..
Cuba kalian lihat Nabi Adam dulu ada di Syurga akan tetapi bermaksiat sehingga Allah turunkan ke bumi..

ولا احد يغتر بعلم
شوفوا بلعم بن باعورا كان عالم بس مانفعه علمه

Jangan kalian merasa sombong dengan ilmu..
Cuba kalihan lihat Bal'am bin Ba'uroh dahulu orang yang sangat alim akan tetapi tidak memberikan manfaat ilmunya..

ولا احد يغتر بنسب
شوفوا ابن نوح هلك مع انه ابن نبي

Jangan kalian merasa sombong dengan garis keturunan..
Cuba kalian lihat putera Nabi Nuh celaka sedangkan ia adalah anak seorang Nabi..

ولا برويته للصالحين
فابو جهل وابو لهب راو النبي صل الله عليه وسلم ولا نفعهم ذالك

Jangan juga engkau sombong kerana pernah melihat orang sholeh..
Kerana Abu Jahal dan Abu Lahab mereka melihat Nabi ﷺ akan tetapi tidak memberikan manfaat bagi mereka..

ولا احد يغتر بكثره عبادته
شوفوا ابليس ماترك شبر في الارض الا سجد عليها ومانفغه ذالك

Jangan sekali-kali kalian tertipu dengan banyaknya ibadah..
Kerana iblis tidak pernah melewatkan sejengkal dari bumi kecuali pernah ia gunakan untuk bersujud, akan tetapi tidak memberikan manfaat atasnya..

يالله بالتوفيق حتى نفيق ونلحق الفريق

Mudah mudahan kita mendapat taufiq sehingga kita di golongkan dengan orang-orang sholeh..
.

*(Photo ilustrasi Alhabib Abdullah Bin Syihab)

Minggu, 01 Desember 2019

NABI MUHAMMAD BUKAN MANUSIA BIASA


Beberapa kalangan menyebarkan pemahaman bahwa Nabi Muhammad SAW adalah manusia biasa sama seperti manusia pada umumnya. Argumentasi mereka adalah dalil Al-Qur’an Surat al-Kahf:

قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَىٰ إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ

“Katakanlah (wahai Nabi), bahwasanya aku adalah manusia seperti kalian, dan bahwasanya Tuhan kalian adalah Tuhan yang Satu…”(Surat Al-Kahfi 110)

Atas dasar itu, mereka melarang penambahan kata “sayyidina” di depan nama Nabi Muhammad, dengan alasan beliau adalah manusia biasa.

Argumentasi di atas, perlu dipertanyakan jika dikaitkan dengan dalil surat al-Ahzab berikut ini:

Nabi itu lebih utama bagi orang-orang mukmin dibandingkan diri mereka sendiri (Qs 33:6)

BAHKAN baru-baru ini , beredar kabar ada ceramah seseorang yang mengatakan NABI itu lahir seperti bayi-bayi biasa, masa kecilnya dekil tidak terawat, maklum karena ikut kakeknya.
ASTAGHFIRULLAH ! 

Kami sangat tidak percaya kalau omongan naif seperti bisa keluar dari seorang tokoh, sebab seorang tokoh agama pasti mengerti adab bertatakrama kepada siapapun, apalagi ketika menceritakan sirah nabi yang di mulia-kan Allah.

Entah kenapa beberapa kalangan sering keBablasan. Menceritakan sirah mulia Nabi seakan-akan tidak ada penghormatannya.

Jika Allah Ta'ala saja yang Maha Agung memuliakan Nabi Muhammad SAW, lantas bagaimana kita sebagai hamba Allah yang hina dina ini ?

Apakah keutamaan yang dimiliki Nabi itu dikarenakan beliau adalah seorang Nabi ataukah keutamaan itu tidak ada hubungannya dengan keadaan beliau sebagaimana manusia?

Menjawab pertanyaan itu, kita perlu pertimbangkan keistimewaan yang Allah berikan kepada Nabi Yahya dan Nabi Isa sejak mereka berdua dilahirkan:

وَسَلَامٌ عَلَيْهِ يَوْمَ وُلِدَ وَيَوْمَ يَمُوتُ وَيَوْمَ يُبْعَثُ حَيًّا

“Dan kesejahteraan bagi dirinya (Yahya) pada hari lahirnya, pada hari wafatnya, dan pada hari dia dibangkitkan hidup kembali”(Surat Maryam 15)

وَالسَّلَامُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدْتُ وَيَوْمَ أَمُوتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيًّا

“Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku (Isa putera Maryam), pada hari kelahiranku, pada hari wafatku, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.”(Surat Maryam 33)

Tentu saja, keistimewaan itu juga diberikan kepada Nabi Muhammad SAW. Karena di dalam surat Al-Baqarah disebutkan:

آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ ۚ كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ ۚ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۖ غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِير

“Rasul (Muhammad) beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya (Al-Qur’an) dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semua beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka berkata), “Kami tidak membeda-bedakan seorang pun dari rasul-rasul-Nya.” Dan mereka berkata, “Kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami Ya Tuhan kami, dan kepada-Mu tempat (kami) kembali.”(Surat Al-Baqarah 285)

Semua Nabi dan Rasul diberikan keistimewaan masing-masing. Sehingga keistimewaan itu melekat kepada pribadi mereka.

Kembali kepada pernyataan bahwa Nabi Muhammad bukanlah manusia biasa. Kita dapat memahaminya dari hadits berikut:

وعن أبي هريرة رضي الله عنه قال نهى رسول الله عليه وسلم عن الوصال. فقال رجل من المسلمين فإنك تواصل يا رسول الله؟ فقال وأيكم مثلي؟ إني أبيت ربي ويسقني…متفق عليه

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, ia berkata “Rasulullah SAW melarang puasa wishal (bersambung tanpa makan). Lalu ada seseorang bertanya, “Tetapi baginda sendiri berpuasa wishal wahai Rasul Allah?” Beliau menjawab, “Siapa di antara kalian yang seperti aku?” Aku bermalam dan Tuhanku memberi aku makan dan minum…”(muttafa ‘alayhi, hadits nomor 682 dalam Bulugh ul-Maram)

Mari kita sorot kalimat berikut:

وأيكم مثلي؟ إني أبيت ربي ويسقني

“Siapa di antara kalian yang seperti aku?” Aku bermalam dan Tuhanku memberi aku makan dan minum..”.

Bukankah di dalam kalimat ini terkandung keistimewaan Nabi secara fisik, daripada manusia biasa pada umumnya? Jika beliau memang manusia biasa, tentu Allah tidak akan memberi beliau makan dan minum seperti yang beliau katakan di dalam hadits. Karena beliau bukan manusia biasa, menambahkan kata “sayyidina” sebelum nama beliau merupakan sebuah kepantasan. Dan itu pun dikuatkan oleh ucapan beliau sendiri:

انا سيد ولد ادم يوم القيامة ولا فخر

“Aku adalah sayyid (pemimpin) anak-anak keturunan Adam nanti pada hari kiamat, bukan untuk membanggakan diri” (HR: al-Bukhari)

Yang menjadi pertanyaan kemudian, jika ada orang yang tidak mau menyebut Nabi dengan sebutan sayyid padahal dia tahu bahwa Nabi adalah pemimpin seluruh manusia, siapa sebenarnya yang memimpin mereka?

يَوْمَ نَدْعُو كُلَّ أُنَاسٍ بِإِمَامِهِمْ ۖ فَمَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ فَأُولَٰئِكَ يَقْرَءُونَ كِتَابَهُمْ وَلَا يُظْلَمُونَ فَتِيلًا

“(Ingatlah), pada hari (ketika) Kami panggil setiap umat dengan pemimpinnya; dan barang siapa diberikan catatan amalnya di tangan kanannya mereka akan membaca catatannya (dengan baik), dan mereka tidak akan dirugikan sedikit pun.” (Surat Al-Isra’ 71).

 Imam Al-Bushiri dalam gubahannya berkata :
ﻣﺤﻤﺪ ﺑﺸﺮ ﻭﻟﻴﺲ ﻛﺎﻟﺒﺸﺮ ..
ﻣﺤﻤﺪ ﻳﺎﻗﻮﺗﺔ ﻭﺍﻟﻨﺎﺱ ﻣﻦ ﺣﺠﺮ..

Nabi Muhammad memang manusia, akan tetapi tidak seperti manusia biasa - Nabi Muhammad adalah ibarat permata sedangkan manusia hanya bebatuan saja.

محمد سيد الكونين والثقلين ۞  والفريقين من عرب ومن عجمِ

“Muhammad saw adalah pemimpin dunia dan akhirat. Pemimpin jin dan manusia, juga pemimpin bangsa arab maupun ajam (non-Arab)”

هو الحبيب الذي ترجى شفاعته ۞ لكل هولٍ من الأهوال مقتحم

“Muhammad kekasih Allah syafa’atnya selalu diharapkan. Di hari yang sangat mencekam. Hari Kiamat yang menakutkan”.

PELAJARAN untuk kita semua, setinggi apapun ilmu agama kita, kalau kita tidak berakhlak kepada Baginda Mulia Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam, semua hanya sia-sia bahkan pasti akan jatuh kelembah kenistaan yang paling hina.

Rabu, 20 November 2019

Akibat tidak dapat Ridho Guru


Habib Abdullah Asy Syathiri, Hadramaut, Yaman pernah mempunyai seorang murid yang cerdas, sajian ceramahnya indah. Setiap kali si murid ini akan menyampaikan ceramah di suatu tempat, ia pasti menghadap terlebih dahulu kepada Habib Abdullah untuk meminta izin dan restu.  "Iya, saya kasih izin, semoga engkau dilimpahi keberkahan," kata Habib Abdullah.  Berbagai majelis didatangi oleh murid ini. 

Namun tiba satu waktu yang dilematis. Ia mendapat undangan mengisi ceramah dalam satu tempat, namun berbenturan dengan jadwal mengaji yang diasuh gurunya, Habib Abdullah. Timbul dalam hati si murid ini untuk membolos. "Ah, sesekaIi tak masalah lah kalau aku tidak masuk majelis taklim," pikirnya.  

Namun tidak seperti biasa, dalam pengajian Ribath Tarim ini, tiba-tiba Sang Guru, Habib Abdullah Asy-Syathiri mengabsen satu persatu nama murid hingga sampai pada panggilan nama seorang murid yang bolos tadi.  "Fulan bin Fulan," Panggil Habib Salim. "Maaf, dia tidak hadir Tuan Guru," kata salah satu murid yang duduk di majelis.  "Lho, ke mana dia?" tanya sang guru. "Dia mengisi ceramah di suatu tempat." "Kenapa dia tidak izin terlebih dahulu kepadaku? Aku tidak ridho dunia akhirat," tegas Habib Abdullah. 

Tiba-tiba si murid yang sedang memulai ceramah itu mendadak ia hanya bisa menyampaikan "amma ba'du, amma ba'du, amma ba'du", begitu terus tidak bisa menyampaikan ceramah satu patah kata pun sebagaimana biasanya.  

Setelah kejadian itu, si murid di kemudian hari hidupnya selalu terlunta-lunta, miskin dan tidak bisa cemerlang sebagaimana sebelumnya di mana ceramah agamanya nikmat dan ditunggu banyak orang. Ini hilang semua karena dia tidak mendapat ridho guru.  

(Ahmad Mundzir) Cerita ini disampaikan oleh KH Agus Reza Ahmad Zahid (Gus Reza Imam Yahya) dalam acara Haul Akbar Ngroto di Komplek Pesantren Miftahul Huda, Ngroto, Gubug, Grobogan, Jawa Tengah, Rabu (18/1/2017). 

Sumber: NU Online

Ridho Orang tua


Dari Abdullah bin ’Amru radhiallahu ‘anhuma, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

رِضَى الرَّبِّ فِي رِضَى الوَالِدِ، وَسَخَطُ الرَّبِّ فِي سَخَطِ الْوَالِدِ

“Ridha Allah tergantung pada ridha orang tua dan murka Allah tergantung pada murka orang tua” (Hasan. at-Tirmidzi : 1899,  HR. al-Hakim : 7249, ath-Thabrani  al-Bazzar : 2394)

Kandungan hadits

Pertama: Seorang anak wajib berusaha membuat orang tuanya ridha. Dalam hadits di atas, Rasulullah menyebutkan bahwa ridha Allah bergantung pada ridha orang tua. Sama halnya dengan mencari ridha Allah yang merupakan suatu kewajiban, demikian pula dengan mencari ridha orang tua;

Kedua: Haram melakukan segala sesuatu yang memancing kemarahan kedua orang tua. Sama halnya dengan mengundang kemarahan Allah yang merupakan suatu keharaman, demikian pula dengan melakukan sesuatu yang dapat memancing kemarahan mereka;

Ketiga: Terdapat hubungan sebab-musabab. Berbakti kepada orang tua merupakan sebab. Adapun ridha Allah dan ridha orang tua merupakan musabab.

Keempat: Sebagian ulama berpendapat keridhaan orang tua wajib diprioritaskan ketimbang melakukan amalan wajib yang hukumnya fardhu kifayah seperti jihad. Hal ini berdasarkan hadits Abdullah bin ‘Amru radhiallahu ‘anhuma, beliau mengatakan,

جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَاسْتَأْذَنَهُ فِي الجِهَادِ، فَقَالَ: «أَحَيٌّ وَالِدَاكَ؟»، قَالَ: نَعَمْ، قَالَ: «فَفِيهِمَا فَجَاهِدْ

“Seorang pria mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk meminta izin beliau agar diberangkatkan berjihad. Maka beliau bertanya,”Apakah kedua orang tua Anda masih hidup?” Pria tersebut menjawab,”Iya”. Maka Nabi pun berkata,”Berjihadlah dengan berbakti kepada keduanya.” (Shahih. HR. Bukhari :3004 dan Muslim : 5).

Kelima: Segala bentuk interaksi yang mampu mendatangkan ridha orang tua tercakup dalam pengertian berbakti kepada kedua orang tua. Demikian pula sebaliknya, segala bentuk interaksi yang mengundang kemurkaan mereka tercakup dalam tindakan durhaka kepada kedua orang tua;

Keenam: Mendatangkan keridhaan orang tua dengan cara menaati perintah mereka merupakan salah satu bentuk berbakti. Namun, hal tersebut memiliki batasan selama perintah mereka tidak bertentangan dengan perintah Allah. Apabila perintah keduanya bertentangan, maka wajib memprioritaskan ridha Allah di atas ridha makhluk;

Ketujuh: Ridha orang tua merupakan sebab terkabulnya do’a sang anak. Pelajaran ini dipetik dari kisah tabi’in, Uwais al-Qarni rahimahullah, di mana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda perihal diri beliau,

يَأْتِي عَلَيْكُمْ أُوَيْسُ بْنُ عَامِرٍ مَعَ أَمْدَادِ أَهْلِ الْيَمَنِ، مِنْ مُرَادٍ، ثُمَّ مِنْ قَرَنٍ، كَانَ بِهِ بَرَصٌ فَبَرَأَ مِنْهُ إِلَّا مَوْضِعَ دِرْهَمٍ، لَهُ وَالِدَةٌ هُوَ بِهَا بَرٌّ، لَوْ أَقْسَمَ عَلَى اللهِ لَأَبَرَّهُ، فَإِنِ اسْتَطَعْتَ أَنْ يَسْتَغْفِرَ لَكَ فَافْعَلْ

“Seorang bernama Uwais bin ‘Amir akan mendatangi kalian bersama rombongan orang-orang Yaman. Dia berasal dari Murad, kemudian dari Qarn. Dulu dia memiliki penyakit kulit kemudian sembuh kecuali satu bagian sebesar keping uang satu dirham. Dia memiliki seorang ibu dan sangat berbakti kepadanya. Seandainya dia meminta kepada Allah, maka akan dikabulkan. Jika anda mampu memintanya untuk mendoakan ampunan Allah bagimu, maka lakukanlah” (Shahih. HR. Muslim : 225).

Kedelapan: Ridha dan murka merupakan sifat Allah ta’ala. Wajib bagi setiap muslim menetapkan sifat yang ditetapkan Allah bagi diri-Nya sendiri sesuai dengan kesempurnaan dan keagungan Allah.

Senin, 18 November 2019

Ketenaranmu berkat orang lain

Ternyata untuk menjadi seorang yang terkenal tidak selamanya susah dan butuh modal besar. Di era digital dan serba canggih ini, semuanya berbeda dengan jadul (jaman dahulu), jika ingin populer harus masuk tv dulu. Sekarang semua jadi mudah dan murah. Cukup bermodal kamera hp lalu selfie atau groufie, kemudian diposting maka jadilah terkenal di dunia maya.

Sebenarnya untuk menjadi sosok terkenal tidak terbatas melalui media foto, bisa juga dengan melakukan sesuatu yang kontroversi maupun fenomenal. Misalnya mengeluarkan statement kontroversi, mengkritik seorang tokoh atau menantangnya berdebat.

Sebagaimana ungkapan: 
بُلْ عَلٰى زَمْزٌمَ تُعْرٌفْ
Kencingilah sumur zam-zam, maka kamu akan terkenal.

Ketika kita melakukan sesuatu yang lain drpd kebiasaan (yg mengherankan, mencengangkan, memiriskan sekalipun), maka tanpa disengaja kita akan dikenal. Namun bila kita memaksakan perbedaan itu, walau menurut agama tidak pantas, hanya utk terkenal, maka kita patut mjd orang yang dikasihani. 😔

Dan terkadang kita terkenal karena jasa atau pengorbanan orang yang ada di dekat kita. 
كَمْ مِنْ مَشْهُوْرٍ، بِبَرَكَةِ الْمَسْتُور
Banyak orang yang tenar berkat orang yang tersembunyi. 
Maka pandanglah mereka yang berkekurangan di dekat kita, disekitar kita, siapa tahu wasilah kewaro'annya, ketirakatannya, kesabarannya kita mendapat barokah shg mendpt nikmat.

كَمْ مِنْ مَشْهُورٍ فِي الأَرْضِ مَجْهُولٌ فِي السَّمَاءِ
Berapa banyak orang yang terkenal di bumi, tetapi tidak ada artinya di hadapan para Malaikat. 
Maka mari kita meneladani Uwais Alqorni, yang menjalani hidupnya didunia dg sederhana, berkhidmah, tp mjd sosok terkenal di langit dan dikenal para penghuninya. 

Sumber : IG Ning Nafa 

LAMARAN NIKAH


Merupakanelaziman bahwa sebelum acara pernikahan, terlebih dahulu dilaksanakan prosesi khitbah (melamar). Selain sebagai ajang perkenalan (ta’arruf), khitbah juga menjadi ajang silaturrahim antara kedua keluarga calon mempelai.

Dikutip dari karya Muhyiddin Abu Zakaria Yahya bin Syaraf al-Nawawi al-Dimasyqi, Al-Adzkâr al-Muntakhabah min Kalâmi Sayyid al-Abrâr, (Surabaya: Kharisma, 1998), hal. 283, berikut ini adalah doa yang sepatutnya diucapkan oleh seorang calon mempelai yang akan melaksanakan prosesi khitbah.

Diharapkan dengan doa ini, kita akan bisa mendapatkan pasangan yang baik bagi kita menurut Penglihatan Allah SWT. Sebaiknya doa ini dilafalkan oleh kita di malam sebelum khitbah sesudah terlebih dahulu melaksanakan shalat hajat dan shalat istikharah. Doa tersebut ialah:

اللَّهُمَّ إِنَّكَ تَقْدِرُ وَلآ أَقْدِرُ وَتَعْلَمُ وَلآ أَعْلَمُ وَأَنْتَ عَلاَّمُ الْغُيُوْبِ فَإِنْ رَأَيْتَ لِيْ فِيْ (.......) خَيْرًا فِى دِيْنِيْ وَآخِرَتِيْ فَاقْدِرْهَا لِيْ .
Allahumma innaka taqdiru wa lâ aqdiru wa lâ a’lamu wa anta ‘allâmul ghuyûbi. Fa in ra`aita lî fî (.....) khairan fî dînî wa âkhiratî faqdirhâ lî

“Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Men-takdir-kan, dan bukanlah aku yang men-takdir-kan. Dan (Engkau) Maha Mengetahui apa yang tidak kuketahui. Engkau Maha Mengetahui hal-hal yang ghaib. Maka jika Engkau melihat kebaikan antara diriku dan (..... [sebutkan nama calon pasangan bin/binti ayahnya]) untuk agama dan akhiratku, maka takdirkanlah aku bersamanya.”
.
Demikian doa sebelum khitbah ini. Semoga kita ditakdirkan oleh Allah mendapatkan pasangan yang baik untuk agama dan akhirat kita. Amin. Wallahu a’lam bi shawab.


(Muhammad Ibnu Sahroji)

***


Kapan mau khitbah, mblo? 😁

KEUNTUNGAN PENUNTUT ILMU YANG BELUM MENDAPATKAN ILMU

يُقَالُ مَنِ انْتَهَى إِلَى الْعَالِمِ، وَجَلَسَ مَعَهُ، وَلَا يَقْدِرُ عَلَى أَنْ يَحْفَظَ الْعِلْمَ، فَلَهُ سَبْعُ كَرَامَاتٍ
Dikatakan bahwa, seseorang yang pergi menuju orang alim, duduk bersamanya tetapi dia tidak mampu menghafalkan ilmu, maka orang tersebut masih mendapatkan tujuh kemuliaan.

أَوَّلُهَا: يَنَالُ فَضْلَ الْمُتَعَلِّمِينَ.
1. mendapatkan keutamaan orang-orang yang belajar.

وَالثَّانِي: مَا دَامَ جَالِسًا عِنْدَهُ كَانَ مَحْبُوسًا عَنِ الذُّنُوبِ وَالْخَطَأِ.
2. selama masih duduk bersama orang alim maka dia tercegah dari melakukan dosa dan kesalahan.

وَالثَّالِثُ: إِذَا خَرَجَ مِنْ مَنْزِلِهِ تَنْزِلُ عَلَيْهِ الرَّحْمَةُ.
3. ketika keluar dari rumahnya maka rahmat turun kepadanya.

وَالرَّابِعُ: إِذَا جَلَسَ عِنْدَهُ، فَتَنْزِلُ عَلَيْهِمُ الرَّحْمَةُ، فَتُصِيبُهُ بِبَرَكَتِهِمْ.
4. ketika dia duduk disamping orang alim maka rahmat turun kepada mereka dan diapun mendapatkan rahmat sebab berkah mereka.

وَالْخَامِسُ: مَا دَامَ مُسْتَمِعًا تُكْتَبُ لَهُ الْحَسَنَةُ.
5. selama masih mendengarkan maka ditulis kebaikan baginya.

وَالسَّادِسُ: تَحُفُّ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ بِأَجْنِحَتِهَا رِضًا وَهُوَ فِيهِمْ.
6. mereka dilindungi malaikat dengan sayap-sayapnya karena ridha dan orang tersebut juga bersama mereka.

وَالسَّابِعُ: كُلُّ قَدَمٍ يَرْفَعُهُ، وَيَضَعُهُ يَكُونُ كَفَّارَةً لِلذُّنُوبِ، وَرَفْعًا لِلدَّرَجَاتِ لَهُ، وَزِيَادَةً فِي الْحَسَنَاتِ
7. setiap langkah kakinya yang diangkat dan diletakkan maka menjadi penghapus bagi dosa-dosa, pengangkat derajat dan tambahan kebaikan baginya.
Wallahu A'laam Bis shawab.

Dinukil dari kitab Tanbihul Ghafilin karya 
Abul Laist Al Samarqand 

Percakapan antara Wahabi dan Aswaja

WAHABI: “Mengapa Anda mengerjakan Maulid. Padahal itu bid’ah.”

ASWAJA: “Maulid itu perbuatan baik, dan setiap kebaikan diperintah oleh agama untuk dikerjakan.”

WAHABI: “Mana dalilnya?.”

ASWAJA: “Allah SWT berfirman dalam al-Qur’an:

وَافْعَلُوا الْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

“Kerjakanlah semua kebaikan, agar kamu beruntung.” (QS. al-Hajj : 77). Maulid itu termasuk kebaikan, karena isinya sedekah, mempelajari sirah Nabi SAW dan membaca shalawat. Berarti masuk dalam keumuman perintah dalam ayat tersebut.”

WAHABI: “Itu kan dalil umum. Tolong carikan dalil khusus dalam al-Qur’an yang menganjurkan Maulid.”

ASWAJA: “Sebelum saya menjawab pertanyaan Anda, tolong jelaskan dalil anda yang melarang Maulid?”

WAHABI: “Dalil kami sangat jelas. Maulid itu termasuk bid’ah. Setiap bid’ah pasti sesat. Rasulullah SAW bersabda: “Kullu Bid’atin Dholalah.” Setiap bid’ah adalah sesat.”

ASWAJA: “Ah, kalau begitu dalil anda sama dengan dalil kami, sama-sama dalil umum. Yang saya minta adalah, jelaskan ayat atau hadits yang secara khusus melarang maulid.”

Sampai sini, ternyata si Wahabi mati kutu, dan tidak bisa menjawab. Akhirnya si Aswaja berkata: “Anda percaya kepada Syaikh Ibnu Taimiyah?”

WAHABI: “Ya tentu. Beliau itu Syaikhul Islam, ulama besar, dan inspirator dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab an-Najdi, panutan kami kaum Wahabi.”

ASWAJA: “Syaikh Ibnu Taimiyah, membenarkan dan menganjurkan Maulid, dalam kitabnya Iqtidha’ al-Shirath al-Mustaqim, hal. 621.” Lalu si Aswaja menunjukkan teks asli kitab tersebut. Akhirnya si Wahabi terkejut dan terperangah. Mukanya seketika menjadi pucat. Kitab tersebut, dia bolak balik, ternyata penerbitnya juga orang Wahabi di Saudi Arabia.

---

Untuk menolak perkataan sekelompok orang yang mengatakan bahwa perayaan Maulid Nabi dianggap Bid’ah ada beberapa dalil dalam kitab Allah yang menerangkan tentang hal di atas.

Dalil pertama:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ

Artinya: Dan kami tidak mengutus Engkau  (Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam. (Q.S. al-Anbiya’ ayat 7)

Dalil diatas menunjukkan bahwa Nabi Muhammad adalah Rahmat bagi seluruh alam dan  semua manusia.[1] demikian juga disabdakan oleh Nabi sendiri “aku diutus sebgai pembawa rahmat bukan diutus untuk melaknat” [2]. Dan Allah memberi izin bagi seluruh hambanya senang dan bergembira dengan lahirnya rahmat sebagaimana akan kami singgung pada dalil kedua.

Dalil kedua:
قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ

Artinya: Katakanlah (Muhammad) dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Itu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan. (Q.S. Yunus Ayat 58).

Dalam ayat di atas terdapat kata Fadzlillah dan kata Rahmat, tentang penafsiran kata tersebut kata Fadzlillah oleh ulama’ ditafsiri dengan Ilmu sedangkan kata Rahmat ditafsiri dengan Nabi Muhammad S.A.W,[3] dengan demikian mengindikasikan bahwa bergembira dengan kelahiran Nabi muhammad S.A.W bukanlah suatu yang bid’ah.

Dalil ketiga:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

Artinya: Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bersalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh kehormatan kepadanya. (Q.S. al-Ahzab 56)

Dalil yang krtiga ini merupakan sebuah tuntutan membaca shalawat dengan tuntutan secara syar’i.

Dalil keempat:
وَكُلًّا نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ وَجَاءَكَ فِي هَذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ

Artinya: Dan semua kisah Rasul-Rasul, kami ceritakan kepadamu (Muhammad), agar dengan kisah itu kami teguhkan hatimu, dan didalamnya telah diberikan kepadamu (segala) kebenaran, nasihat dan peringatan bagi orang yang beriman. (Q.S. Hud ayat 120).

Diceritakannya kisah-kisah Rasul dalam ayat di atas supaya kisah tersebut meneguhkan hati Nabi Muhammad S.A.W. sedangkan kita sebagai umatnya juga sangat butuh untuk meneguhkan hati kita melalui kisah-kisah tentang Nabi.

Kesimpulan dari dalil yang keempat adalah kita sebagai umat Nabi Muhammad butuh mengetahui kisah-kisah Nabi. Dari hal ini kebiasaan orang indonesia merayakan maulid Nabi dengan membaca kisah-kisahnya baik berupa kalam Natsar atau kalam kosidah untuk meneguhkan hati mereka.

Dalil kelima:
قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا أَنْزِلْ عَلَيْنَا مَائِدَةً مِنَ السَّمَاءِ تَكُونُ لَنَا عِيدًا لِأَوَّلِنَا وَآخِرِنَا وَآيَةً مِنْكَ وَارْزُقْنَا وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ

Artinya: “Isa putra Maryam berdoa, “Ya Tuhan kami, turunkanlah kepada kami hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami, yaitu bagi orang-orang yang sekarang bersama kami maupun yang datang setelah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau: berilah kami rezeki, dan Engkaulah sebaik-baik pemberi rezeki. (Q.S. al-Maidah ayat 114)

Dalam ayat diatas tertera lafal Maidah, ulama’ menafsirinya dengan makanan. Ayat ini menerangkan kisah Nabi Isa A.S yang meminta diturunkannya Maidah dari langit agar pada hari itu dijadikan sebuah perayaan besar bagi kaum Nabi Isa A.S dan kaum-kaum di setelahnya sebagai bentuk kegembiraan mereka.[4]

Penulis: Abd Mutollib (Kader Annajah Center Sidogiri)

Refrensi:

[1][1][1] Al-Qurtubi Abu Abdillah. Al-Jami’ al-Ahkam al- Qur,an, Dar al-Fikr. Juz 12 hal 35.

[2] As-suyuthi Jami’ as-Shaghir

[3] As-Suyuthi, Jalaluddin Abdurrahman, ad-Durrul mantsur, 1414 H/1993 M. Dar al-Fikr, juz 4 hal 367.

[4] Al-Quraisyi ad-dimsiqi Abi al-Fida’ Isma’il bin Katsir. Tafsir al-Qur’an al’Adzim. 1403 H/1983 M. Dar Al-Mufid. Juz 2 hal 108-109.

Sumber : FB Ala NU 

Minggu, 17 November 2019

KITA TIDAK AKAN HINA, HANYA MERENDAHKAN HATI KEPADA SESAMA



Tawadhu’ adalah sifat yang amat mulia, namun sedikit orang yang memilikinya. Ketika orang sudah memiliki gelar yang ternama, berilmu tinggi, memiliki harta yang mulia,namun sedikit yang memiliki sifat kerendahan hati, alias tawadhu’. Padahal kita seharusnya seperti ilmu padi, yaitu “kian berisi, kian merunduk”.

Dan tidaklah seseorang memiliki sifat tawadhu’ (rendah hati) karena Allah melainkan Allah akan meninggikannya.” (HR. Muslim no. 2588)

قال الحسن رحمه الله: هل تدرون ما التواضع؟ التواضع: أن تخرج من منزلك فلا تلقى مسلماً إلا رأيت له عليك فضلاً .
Al Hasan Al Bashri berkata, “Tahukah kalian apa itu tawadhu’? Tawadhu’ adalah engkau keluar dari kediamanmu lantas engkau bertemu seorang muslim. Kemudian engkau merasa bahwa ia lebih mulia darimu.”
يقول الشافعي: « أرفع الناس قدرا : من لا يرى قدره ، وأكبر الناس فضلا : من لا يرى فضله »
Imam Asy Syafi’i berkata, “Orang yang paling tinggi kedudukannya adalah orang yang tidak pernah menampakkan kedudukannya. Dan orang yang paling mulia adalah orang yang tidak pernah menampakkan kemuliannya.”
يقول بشر بن الحارث: “ما رأيتُ أحسنَ من غنيّ جالسٍ بين يدَي فقير”.
Basyr bin Al Harits berkata, “Aku tidaklah pernah melihat orang kaya yang duduk di tengah-tengah orang fakir.” Yang bisa melakukan demikian tentu yang memiliki sifat tawadhu’.

Wallahu A'laam Bis Shawab

Bersyukurlah atas ringan beratnya hidup.

Alkisah, hiduplah seorang penggembala miskin dengan anak laki-lakinya, dia hanya mempunyai satu kerbau yg sangat bagus nan gemuk. 

Oleh karena sehat dan bagus, kerbau milik si penggembala td banyak yg mentaksir untuk membeli dg harga yg mahal, akan tetapi dia tidak menjualnya. 

Lalu teman penggembala berkomentar, "sungguh rugi dirimu, kenapa tidak engkau jual kerbau itu untuk membuatmu jd kaya!"

Mendengar itu, Si penggembala diam. 

Beberapa hari kemudian, Kerbau milik penggembala itu hilang tanpa diketahui kemana. 

Dan temannya pun berkomentar lagi "Sungguh sial nasibmu, sudah miskin dan sekarang hartamu yg paling berharga telah hilang"

Si penggembala itu hanya diam. 

Beberapa hari kemudian kerbau td kembali lagi dg 5 ekor kerbau liar lainnya. Dan kini bertambahlah kerbau milik penggembala td. 

Teman2 penggembala itu berkomentar lagi "Beruntung nasibmu, kerbaumu telah kembali dan skrg bertambah 5"

Si penggembala diam saja.

Setelah itu, anak si penggembala td bermain dg menuggangi para kerbau, lalu terjatuh dan menyebabkan patah tulang di kakinya. 

Seperti biasa, teman2 nya berkomentar lg "Sungguh menyedihkan nasibmu, ternyata Kerbaumu membawa musibah bagi keluargamu"

Namun si penggembala tetap diam. 

Setelah beberapa hari, ada panggilan perang dr Raja pada waktu itu yg mengharuskan seluruh anak laki-laki ikut serta berperang. Oleh karena itu semua anak laki2 teman penggembala itu ikut berperang dan terbunuh semua. Kecuali anak si penggembala karena kakinya patah. 

Lagi, teman si penggembala td berkata "Sungguh mujur anakmu, dia tidak ikut peperangan karena kakinya, dan kami telah kehilangan anak-anak kami"

Dan akhirnya si penggembala menjawab"Janganlah engkau cepat menyimpulkan sesuatu dengan mengatakan nasib baik atau buruk. Semua itu adalah rangkaian proses yg belum selesai. Syukuri dan terima keadaan yg terjadi saat ini. Karena apa yg kelihatan baik saat ini belum tentu baik untuk masa mendatang, dan yg kelihatan jelek sekarang belum tentu jelek di hari esok juga. Namun yg pasti Allah SWT tau yg terbaik untuk kita. Tugas kita adalah mensyukuri Nikmat Allah swt bagaimanapun keadaannya, karena Allah swt pasti menyimpan sesuatu yg indah setelah kesulitan dan kesusahan itu. Mungkin yg di tunjukkan Allah bukanlah yg tercepat dan termudah akan tetapi percayalah, hal itu pasti yg terbaik dan terindah."

Edited version

Guru

Guru merupakan aspek besar dalam penyebaran ilmu, apalagi jika yang disebarkan adalah ilmu agama yang mulia ini. Para pewaris nabi begitu julukan mereka para pemegang kemulian ilmu agama. Tinggi kedudukan mereka di hadapan Sang Pencipta.

Ketahuilah saudaraku para pengajar agama mulai dari yang mengajarkan iqra sampai para ulama besar, mereka semua itu ada di pesan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam. Beliau bersabda,

ليس منا من لم يجل كبيرنا و يرحم صغيرنا و يعرف لعالمنا حقه

“Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda serta yang tidak mengerti hak ulama” (HR. Ahmad dan dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jami).

Tersirat dari perkatanya shallahu ‘alaihi wa salam, bahwa mereka para ulama wajib di perlakukan sesuai dengan haknya. Akhlak serta adab yang baik merupakan kewajiban yang tak boleh dilupakan bagi seorang murid.

Umar As-Sufyani Hafidzohullah mengatakan, “Jika seorang murid berakhlak buruk kepada gurunya maka akan menimbulkan dampak yang buruk pula, hilangnya berkah dari ilmu yang didapat, tidak dapat mengamalkan ilmunya, atau tidak dapat menyebarkan ilmunya. Itu semua contoh dari dampak buruk.”

Sahabat Abu Sa’id Al-Khudri Radhiallahu ‘anhu berkata,

كنا جلوساً في المسجد إذ خرج رسول الله فجلس إلينا فكأن على رؤوسنا الطير لا يتكلم أحد منا

“Saat kami sedang duduk-duduk di masjid, maka keluarlah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian duduk di hadapan kami. Maka seakan-akan di atas kepala kami terdapat burung. Tak satu pun dari kami yang berbicara” (HR. Bukhari).

Ibnu Abbas seorang sahabat yang ‘alim, mufasir Quran umat ini, seorang dari Ahli Bait Nabi pernah menuntun tali kendaraan Zaid bin Tsabit al-Anshari radhiallahu anhu dan berkata,

هكذا أمرنا أن نفعل بعلمائنا

“Seperti inilah kami diperintahkan untuk memperlakukan para ulama kami”.

Berkata Abdurahman bin Harmalah Al Aslami,

ما كان إنسان يجترئ على سعيد بن المسيب يسأله عن شيء حتى يستأذنه كما يستأذن الأمير

“Tidaklah sesorang berani bertanya kepada Said bin Musayyib, sampai dia meminta izin, layaknya meminta izin kepada seorang raja”.

Ar-Rabi’ bin Sulaiman berkata,

مَا وَاللَّهِ اجْتَرَأْتُ أَنْ أَشْرَبَ الْمَاءَ وَالشَّافِعِيُّ يَنْظُرُ إِلَيَّ هَيْبَةً لَهُ

“Demi Allah, aku tidak berani meminum air dalam keadaan Asy-Syafi’i melihatku karena segan kepadanya”.

Diriwayatkan oleh Al–Imam Baihaqi, Umar bin Khattab mengatakan,

تواضعوا لمن تعلمون منه

“ Tawadhulah kalian terhadap orang yang mengajari kalian”.

Al Imam As Syafi’i berkata,

كنت أصفح الورقة بين يدي مالك صفحًا رفيقًا هيبة له لئلا يسمع وقعها

“Dulu aku membolak balikkan kertas di depan Malik dengan sangat lembut karena segan padanya dan supaya dia tak mendengarnya”.

Abu ‘Ubaid Al Qosim bin Salam berkata, “Aku tidak pernah sekalipun mengetuk pintu rumah seorang dari guruku, karena Allah berfirman,

وَلَوْ أَنَّهُمْ صَبَرُوا حَتَّى تَخْرُجَ إِلَيْهِمْ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

“Kalau sekiranya mereka sabar, sampai kamu keluar menemui mereka, itu lebih baik untuknya” (QS. Al Hujurat: 5).

Sungguh mulia akhlak mereka para suri tauladan kaum muslimin, tidaklah heran mengapa mereka menjadi ulama besar di umat ini, sungguh keberkahan ilmu mereka buah dari akhlak mulia terhadap para gurunya.

Sumber : WA Dosen Nahdlatul ulama

Do’a yg belum dikabulkan


.
Imam Ibrahim bin Adham mengatakan jika do'a kita belum dikabulkan berarti hati kita mati dalam sepuluh hal:
.
1. Kita mengenal Allah, tapi tidak menunaikan hak-hakNya.

2. Kita membaca kitab Allah, tapi tidak mengamalkannya.

3. Kita mengaku mencintai Rosul Allah, tetapi tidak mengikuti Sunnahnya.

4. Kita mengaku benci kepada syaithon, tapi selalu menyetujuinya.

5. Kita yaqin mati itu pasti, tapi tidak pernah memersiapkannya.

6. Kita bilang takut neraka, tapi terus membiarkan diri kita ke sana.

7. Kita bilang mendambakan syurga, tapi tak pernah beramal untuknya.

8. Kita sibuk dengan aib-aib orang lain dan mengabaikan aib kita sendiri.

9. Kalian menikmati anugerah-anugerah Allah, tapi tidak mensyukurinya.

10. Kita setiap kali mengubur jenazah-jenazah, tapi tidak pernah menganbil pelajaran darinya.
.
📸: KH. Abdul Malik Kedungparuk Purwokerto Jateng @pp_banimalik dan Habib Ahmad Tempel Jogjakarta.
.
sumber : majalah santri

Sabtu, 16 November 2019

JANGAN MENURUTI HAWA NAFSU

KH. Bashori Alwi (Malang)

Hawa nafsu yang jelek bisa mengantarkan pada malas beribadah, juga bisa mengantarkan pada maksiat, dan amalan yang tidak ada tuntunan dalam islam , bahkan yang lebih parah lagi bisa mengantarkan pada 'tasyabbuh' menyerupai non muslim dan kesyirikan. Oleh karenanya kita mesti mengendalikan hawa nafsu dan tidak mengikutinya terus.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Salah satu caranya adalah dengan memperbanyak doa agar kita bisa dilindungi oleh Allah dari hawa nafsu yang jelek.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Dari Ziyad bin ‘Ilaqoh dari pamannya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca doa,

اللهم إني أعوذ بك من منكرات الأخلاق والأعمال والأهواء

“Allahumma inni a’udzu bika min munkarootil akhlaaqi wal a’maali wal ahwaa’ (Artinya: Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari akhlaq, amal dan hawa nafsu yang mungkar).” (HR. Tirmidzi no. 3591).
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Faedah dari hadis dan doa di atas:

1. Dalam doa ini kita meminta perlindungan dari akhlak yang jelek. Doa ini mencakup kita meminta berlindung dari akhlak yang jelek dari sisi syariat. Termasuk pula kita meminta perlindungan pada Allah dari sesuatu yang dikenal jelek secara batin.

2. Doa ini mencakup berlindung dari akhlak mungkar seperti begitu takjub dengan diri sendiri, sombong, berbangga diri, hasad dan melampaui batas.

3. Doa ini mencakup kita berlindung pada Allah dari amalan yang mungkar, yaitu amalan yang zhohir atau ditampakkan.

4. Doa berlindung dari amal yang mungkar mencakup zina, minum khamar, dan bentuk keharaman lainnya.

5. Doa ini juga mencakup meminta perlindungan pada keinginan atau nafsu yang mungkar. Dan kebanyakan hawa nafsu mengantarkan kepada kejelekan, itulah umumnya.

6. Doa berlindung dari keinginan atau nafsu yang mungkar mencakup berlindung dari aqidah yang jelek, niatan-niatan yang batil, dan pemikiran yang sesat.

7. Doa ini mendorong kita agar berakhlak yang mulia dan beramal yang saleh.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Semoga yang singkat ini bermanfaat.

CARA MENJERNIHKAN HATI



Syekh Ibnu Atha'illah dalam kitab Taj al-'Arus mengatakan: "Terdapat empat perkara yang dapat membantu membeningkan hati:
1) Banyak berdzikir.
2) Banyak diam.
3) Banyak khalwat.
4) Mengurangi makan dan minum."

Menurut Dr. Muhammad Najdat, sebenarnya Syekh Ibnu Atha'illah mengenalkan kita bagaimana membersihkan dan membeningkan hati.
Pertama, dzikir kepada Allah akan membersihkan hati dari kesesatan dari kebergantungan kepada selain Dia.

Hati yang biasa dan mudah berdzikir adalah hati yang mengenali iman, mengenal nikmat ibadah, merasakan manisnya ketaatan, dan memiliki rasa takut kepada Allah. Hati yang selalu mengingat Allah akan bergetar ketika mendengar nama-Nya disebut, hati pun semakin lembut dan bersih dari kotoran.

ٱللَّهُ نَزَّلَ أَحْسَنَ ٱلْحَدِيثِ كِتَٰبًا مُّتَشَٰبِهًا مَّثَانِىَ تَقْشَعِرُّ مِنْهُ جُلُودُ ٱلَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ ثُمَّ تَلِينُ جُلُودُهُمْ وَقُلُوبُهُمْ إِلَىٰ ذِكْرِ ٱللَّهِ ذَٰلِكَ هُدَى ٱللَّهِ يَهْدِى بِهِۦ مَن يَشَآءُ وَمَن يُضْلِلِ ٱللَّهُ فَمَا لَهُۥ مِنْ هَادٍ

Allah SWT berfirman,:
"Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Qur’an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada seorangpun pemberi petunjuk baginya." (QS Az-Zumar (39): 23)

Orang yang berdzikir mengingat Allah dengan lisannya tidak disebut berdzikir jika hatinya tidak ikut berdzikir. Hati harus menjadi sumber dzikir untuk lisan dan bagian tubuh lainnya.

Kedua, memperbanyak diam. Tergelincirnya lisan akibat terlalu banyak berbicara dapat berakibat buruk bagi dirinya dan orang lain. Diam adalah emas. Di dalamnya terkandung hikmah yang sangat dalam. Rasulullah bersabda, "Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir hendaklah mengatakan yang baik atau diam."

Imam Syafii r.a. mengatakan:
Mereka bertanya, "Mengapa kau diam saja saat kau dicaci."
Maka kukatakan padanya: "Menjawab adalah kunci pintu keburukan. Sedangkan diam di depan orang bodoh adalah kemuliaan. Di dalamnya juga terdapat upaya menjaga kehormatan. Bukankah singa ditakuti meski dalam keadaan diam. Sedangkan anjing tak diacuhkan, meski terus menggonggong."

Ketiga, memperbanyak khalwat atau menyendiri. Dalam khalwat kita merenung dan terus berhubungan dengan realitas yang lebih tinggi dan membersihkan hati dari kotoran dunia. Merasa lemah dan tak berdaya, serta merasa hanya Allahlah satu-satunya tempat bergantung. Hatinya hanya dipenuhi tasbih, takbir, tahlil, serta shalawat Nabi.

Keempat, mengurangi makan dan minum atau dengan memperbanyak puasa sunnah. Dengan begitu kita mematahkan hasrat hawa nafsu, dan melunakkan hati yang keras. Dengan mengurangi makan dan minum sebenarnya kita belajar mengendalikan nafsu badani, mengawal emosi, belajar qanaah dan zuhud.

Imam Al-Ghazali rahimahullah menjelaskan bahwa rasa lapar akan membersihkan hati, membangkitkan tekad, dan menajamkan mata hati. Sebaliknya, rasa kenyang dapat melahirkan ketumpulan dan membutakan hati, dan mengganggu pikiran.

Menurut beliau, rasa lapar juga dapat menghaluskan hati dan menjernihkannya, sebab hanya dengan hati yang dapat meraih nikmatnya ketaatan, merasakan manfaat dzikir dan nikmatnya bermunajat kepada Allah SWT.

---Dinukil dari Kitab Taj Al-'Arus karya Syekh Ibnu Atha'illah,

Minggu, 29 September 2019

Amalan Awal bulan Shofar

InsyaAllah hari ini Maghrib kita sudah memasuki bulan Shofar,
dianjurkan membaca doa awal bulan Shofar,
untuk memohon kepada ALLAH agar memberi keselamatan dan afiyah kepada diri sendiri dan seluruh keluarga serta orang-orang yang kita sayangi.
Doa hari pertama bulan Shafar bacalah :

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَعُوْذُبِا اللهِ مِنْ شَرِّ هَذَا الزَّمَانِ وَأَهْلِهِ. وَأَعُوذُبِجَلاَلِكَ وَجَلاَلِ وَجْهِكَ وَكَمَالِ جَلاَلِ قُدْسِكَ أَنْ تُجِيْرَنِي وَوَالِدَيَّ وَأَوْلاَدِيْ وَأَهْلِي وَأَحِبَّائِي. وَمَا تُحِيْطُ شَفَقَّهُ قَلْبِي مِنْ شَرِّ هَذِهِ السَّنَةِ وَقِنِي شَرَّمَا قَضَيْتَ فِيْهَا. وَاصْرِفْ عَنِّي شَرَّ شَهْرِ صَفَرَ. يَا كَرِيْمَ النَّظَرِ وَاخْتِمْ لِيْ فِي هَذَا الشَّهْرِ وَالدَّهْرِ بِاالسَّلاَمَةِ وَالعَافِيَةِ وَالسَّعَادَةِ لِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَأَوْلاَدِيْ وَلِلأَهْلِيْ. وَمَا تُحُوْطُهُ شَفَقَّهُ قَلْبِيْ وَجَمِيْعِ الْمُسْلِمِيْنَ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمْ.

Bagi yg menginginkan keselamatan & penjagaan dari ALLAH dibulan Shofar ini, maka bacalah do'a ini tiap hari selama bulan Shofar:

بسم الله الرحمن الرحيم، 
وَصَلَّى اللَّهُ تَعَالَى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، أَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنْ شَرِّ هَاذَا الزَّمانِ وَأَهْلِهِ، وَأَعُوْذُ بِجَلَا لِكَ وَجَلَالِ وَجْهِكَ، وَكَمَالِ جَلَالِ قُدْسِكَ، أَنْ تُجِيْرَنِيْ وَوَالِدَيَّ وَأَوْلَادِيْ وَأَهْلَيْ وَأَحْبَابِيْ، وَمَاتُحِيْطُهُ شَفَقَةُ قَلْبِيْ مِنْ شَرِّ هَاذِ السَّنَةِ، وَقِنِيْ شَرَّ مَا قَضَيْتَ فِيْهَا، وَاصْرِفْ عَنِّيْ شَرَّ شَهْرَ صَفَر، يا كَرِيْمَ النَّظَرِ، وَاخْتِمْ لِيْ فِيْ هَاذَا الشَّهْرِ والدَّهْرِ بِالسَّلَامَةِ وَاْلعَافِيَةِ وَالسَّعَادَةِ لِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَأوْلَادِيْ وَلِأَهْلِيْ وَمَا تُحِيْطُهُ شَفَقَةُ قَلْبِيْ وَجَمِيْعِ اْلمُسْلِمِيْنَ، وَصَلَّى اللَّهُ تَعَالَى عَلَى سَيِّدِنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آله وَصَحْبِهِ وَسَلَّم

B.Amalan-amalan di Bulan Shofar
Dianjurkan untuk memperbanyak membaca do’a.

Diantara do’a yang dianjurkan adalah sebagai berikut :

1.Disebutkan dalam Kitab “Kanzun Najah was Surur”
sebagaimana dinukil dari ucapan orang-orang sholeh bahwa akan turun bala’ yang besar pada rabu akhir bulan Shofar yaitu berupa musibah-musibah yang terpisah di seluruh tahun akan turun di hari itu.

Maka barang siapa yang ingin keselamatan dan penjagaan hendaknya berdo’a di hari pertama bulan Shofar dan di hari rabu terakhir bulan Shofar dengan do’a di bawah ini :

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. وَصَلَّى اللهُ تَعَالَى عَلَى سَيِّدِنَـا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلـِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَعُوْذُ بِـاللهِ مِنْ شَرِّ هٰذَا الزَّمَانِ وَأَهْلِهِ، وَأَعُوْذُ بِجَلَالِكَ وَجَلَالِ وَجْهِكَ، وَكَمَالِ جَلَالِ قُدْسِكَ، أَنْ تُجِيْرَنِيْ وَوَالِدَيَّ وَأَوْلَادِيْ وَأَهْلِيْ وَأَحْبَابِيْ ، وَمَا تُحِيْطُهُ شَفَقَتَـهُ قَلْبِيْ مِنْ شَرِّ هٰذِهِ السَّنَـةِ، وَقِنِيْ شَرِّ مَا قَضَيْتَ فِيْهَا، وَاصْرِفْ عَنِّيْ شَرِّ شَهْرِ صَفَرِ، يَاكَرِيْمُ النَّظَرِ، وَاخْتِمْ لِيْ فِيْ هٰذَا الشَّهْرِ وَالدَّهْرِ بِالسَّلَامَةِ وَالْعَـافِيَةِ وَ السَّعَادَةِ لِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَأَوْلَادِيْ وَلِأَهْلِيْ، بِمَا تُحِيْطُهُ شَفَقَتَهُ قَلْبِيْ وَجَمِيْعِ الْمُسْلِمِيْنَ. وَصَلَّى اللهُ تَعَالَى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِـهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
2.Al-allamah Al-Fadhil Asy-Syeikh Abdul Hamid dalam kitabnya
“Kanzun Najah was Surur”

menyebutkan bahwasanya barang siapa setiap hari di bulan Shofar membaca do’a berikut, maka Allah akan menjaganya dari penyakit, musibah dan bala’ di tahun itu hingga Shofar yang akan datang,
inilah do’anya :

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَـا مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَنَبِيِّكَ وَرَسُوْلِكَ النَّبِيِّ الْأًمِّيِّ وَعَلَى آلِهِ وَبَـارِكْ وَسَلِّمْ. اَللّٰهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُبِكَ مِنْ شَرِّ هٰذَا الشَّهْرِ وَمِنْ كُلِّ شِدَّةٍ وَبَلَاءٍ وَبَلِيَّـةٍ قَدَّرْتَهَا فِيْهِ، يَـادَهْرُ يَامَالِكَ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، يَاعَـالِمًا بِمَا كَانَ وَمَايَڪُوْنُ، وَمَنْ إِذَا اَرَادَ شَيْئًا قَالَ لَهُ كُنْ فَيَڪُوْنُ، يَاأَزَلِيُّ يـَاأَبَدِيُّ يَامُبْدِئُ يَامُعِيْدُ، يَاذَاالْجَلَالِ وَالْإِڪْرَامِ، يَاذَاالْعَرْشِ الْمَجِيْدِ، أَنْتَ تَفْعَلُ مَا تُـرِيْدُ. اَللَّهُمَّ أُحْرُسْ بِعَيْنِكَ نَفْسِيْ وَأَهْلِيْ وَمَالِيْ وَوَلَدِيْ وَدِيْنِيْ وَ دُنْيَايَ الَّتِي ابْتَلَيْتَنِيْ بِصُحْبَتِهَا بِحُرْمَةِ الْأَبْـرَارِ وَالْأَخْيَارِ بِرَحْمَتِكَ يَاعَزِيْـزُ يَاغَفَّارُ يَاكَرِيْمُ يَاسَتَّارُ بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الرَّحِيْمِـيْنَ. اَللّٰهُمَّ يَاشَدِيْدَ الْقُوَى وَيَاشَدِيْدَ الْمِحَالِ يَاعَزِيْـزُ ذَلَّتْ لِعِـزَّتِكَ جَمِيْـعِ خَلْقِـكَ، اِكْفِنِيْ عَنْ جَمِيْعِ خَلْقِكَ، يَامُحْسِنُ يَامُجَمِّلُ يَامُتَفَضِّلُ يَامُنْعِمُ يَامُڪْرِمُ يَامَنْ لَاإِلٰـهَ إِلَّا أَنْتَ بِـرَحْمَتِكَ يَـاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. وَصَلَى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَـا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلـِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ أَجْمَعِـيْنَ.

🔗تقرأ كل يوم في شهر صفر :
1_اللهم ياكافي البلاء اكفناالبلاء قبل نزوله من السماء يا الله يا الله يا الله يا الله يا الله يا الله يا الله (ثلاثا).
2_اللهم ياعالما بما يكون اكفنا شر ما يكون قبل أن يكون حتى لا يكون (ثلاثا).
3_اللهم ياعالما بما ينزل اكفنا شر ما ينزل قبل أن ينزل حتى لا ينزل (ثلاثا).

🔗ويقرأ في كل يوم من أيام صفر هذا الدعاء :
بسم الله الرحمن الرحيم ، اللهم صل وسلم على سيدنا محمد عبدك ونبيك ورسولك ، النبي الأمي وعلى آله وبارك وسلم ، اللهم إني أعوذ بك من شر هذا الشهر ، ومن كل شدة وبلاء وبلية قدرتها فيه يا دهر ، يا مالك الدنيا والآخرة ، يا عالما بما كان وما يكون ، ومن إذا أراد شيئا قال له كن فيكون ، يا أزلي يا أبدي ، يا مبدئ يا معيد يا ذا الجلال والإكرام ، يا ذا العرش المجيد ، أنت تفعل ما تريد ، اللهم احرس بعينك نفسي وأهلي ومالي ، وولدي ، وديني ودنياي التي ابتليتني بصحبتها بحرمة الأبرار والأخيار ، برحمتك يا عزيز يا غفار ، يا كريم ، يا ستار ، برحمتك يا أرحم الراحمين ، اللهم يا شديد القوى ، ويا شديد المحال يا عزيز ذلت لعزتك جميع خلقك ، اكفني عن جميع خلقك ، يا محسن يا مجمل ،يا متفضل يا منعم يا مكرم ، يا من لا إله إلا أنت برحمتك يا أرحم الراحمين ،وصلى الله على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه وسلم أجمعين .

Jumat, 20 September 2019

ADAB ISTRI TERHADAP SUAMI


آداب المرأة مع زوجها: دوام الحياء منه، وقلة المماراة له، ولزوم الطاعة لأمره، والسكون عند كلامه، والحفظ له في غيبته، وترك الخيانة في ماله، وطيب الرائحة، وتعهد الفم ونظافة الثوب، وإظهار القناعة، واستعمال الشفقة، ودوام الزينة، وإكرام أهله وقرابته، ورؤية حاله بالفضل، وقبول فعله بالشكر، وإظهار الحب له عند القرب منه، وإظهار السرور عند الرؤية له.

Artinya: “Adab istri terhadap suami, yakni:

selalu merasa malu,
tidak banyak mendebat,
senantiasa taat atas perintahnya,
Diam ketika suami sedang berbicara,
menjaga kehormatan suami ketika ia sedang pergi,
tidak berkhianat dalam menjaga harta suami, menjaga badan tetap berbau harum,
mulut berbau harum dan berpakaian bersih, menampakkan qana’ah,
menampilkan sikap belas kasih,
Selalu berhias, memuliakan kerabat dan keluarga suami,
melihat kenyataan suami dengan keutamaan, menerima hasil kerja suami dengan rasa syukur,
menampakkan rasa cinta kepada suami kala berada di dekatnya,
menampakkan rasa bahagia di saat melihat suami.”

#Al-Adab fid Din dalam Majmu'ah Rasail al-Imam al-Ghazali (Kairo, Al-Maktabah At-Taufiqiyyah, halaman 442)

#PENJELASAN

Dari kutipan di atas dapat diuraikan keenam belas adab istri terhadap suami sebagai berikut:

#Pertama, senantiasa merasa malu terhadap suami. Seorang istri hendaknya tetap mempertahankan rasa malu kepada suami meski sudah bukan pengantin baru lagi. Tentu saja malu dalam konteks ini adalah rasa malu dalam arti positif,  seperti malu ketika bau badannya menimbulkan ketidaknyamanan; malu berpenampilan tidak menarik; atau malu berperilaku buruk, dan sebagainya.

#Kedua, tidak banyak mendebat. Perdebatan yang berkepanjangan berpotensi menimbulkan ketegangan dan konflik. Seorang istri hendaknya tidak  mendebat suami dalam hal-hal yang tidak perlu. Namun demikian diskusi serius dengan suami  untuk mencari solusi terbaik dari suatu permasalahan tidak sebaiknya dihindari. Hal ini justru baik dalam rangka bermusyawarah.

#Ketiga, senantiasa taat atas perintahnya. Taat pada suami adalah kewajiban. Namun demikian apabila perintah suami bertentangan dengan syara’, seorang istri dapat mengajukan keberatan dengan tetap mengedepankan kesopanan dan cara yang baik dalam menolaknya. Atau, istri dapat mengajukan alternatif lain dari perintah suami.

#Keempat, diam ketika suami sedang berbicara. Seorang istri hendaknya mendengarkan dengan baik apa yang sedang dikatakan suaminya. Jika ia bermaksud memotong pembicaraannya sebaiknya meminta persetujuannya terlebih dahulu. Jika ternyata suami tidak memberi ijin, sebaiknya istri diam dan tidak memprotes secara keras demi mencegah timbulnya ketegangan. 

#Kelima, menjaga kehormatan suami ketika ia sedang pergi. Seorang istri hendaknya tetap berperilaku baik meski suami sedang tak ada dirumah. Dalam situasi seperti ini seorang istri hendaknya tidak memanfaatkan kesempatan untuk bersenang-senang menuruti hawa nafsu, misalnya dengan  pergaulan yang sangat longgar. Hal ini sangat tidak baik sebab bisa berpotensi menimbulkan fitnah.   

#Keenam, tidak berkiahanat dalam menjaga harta suami. Seorang istri adalah pihak yang paling dipercaya suami untuk menjaga hartanya. Kepercayaan ini tidak sebaiknya dikhianati dengan penghambur-hamburan yang tidak perlu. Apalagi jika harta itu digunakan untuk kemaskiatan yang sudah pasti akan menimbulkan persoalan yang tidak baik di kemudian hari. 

#Ketujuh, menjaga badan tetap berbau harum. Seorang istri hendaknya menjaga bau badannya sedemikian rupa sehingga suami merasa nyaman di sampingnya. Namun demikian hal ini tidak berarti seorang istri harus mandi parfum. Mandi secara teratur dengan air dan sabun mandi yang  wangi merupakan cara paling mudah untuk menjaga badan tetap segar.   

#Kedelapan, mulut berbau segar dan berpakaian bersih. Tidak hanya terkait dengan bau badan, tetapi juga bau mulut hendaknya menjadi perhatian istri, yakni selalu segar. Demikian pula pakaian yang ia kenakan sehari-hari juga harus bersih. Semua ini adalah agar mereka sama-sama nyaman dalam berinteraksi baik di dalam maupun di luar rumah.

#Kesembilan, menampakkan qana’ah. Seorang istri hendaknya tidak menuntut lebih dari apa yang mampu diberikan suami kepadanya. Ia hendaknya menysukuri berapa pun jumlah atau wujud pemberiannya. Namun demikian hal ini tidak berarti seorang istri tidak boleh mendorong dan mendoakan suami agar lebih maju lagi dalam bidang ekonomi atau bidang lainnya.

#Kesepuluh, menampilkan sikap belas kasih. Seorang istri hendaknya bersikap belas kasih  kepada suami atas semua jerih payahnya. Jangan sampai ia bersikap kasar atau bahkan menindas  suami yang kondisinya sedang lemah, seperti sakit. Apalagi dengan sengaja menyakiti perasaannya dengan hinaan yang merendahkan dirinya. Bagaimanapun ia harus mengasihi suaminya dengan sepenuh hati. .

#Kesebelas, selalu berhias. Seorang istri hendaknya selalu  tampil menarik di depan suami. Banyak manfaat dari hal ini, misalnya suami menjadi lebih betah di rumah dan tidak terdorong untuk mencari-cari alasan keluar rumah.

#Keduabelas, memuliakan kerabat dan keluarga suami. Seorang istri hendaknya selalu sadar bahwa suami umumnya memiliki hubungan emosional yang kuat dengan para kerabat dan keluarganya.  Oleh karena itu seorang istri hendaknya dapat memperlakukan kerabat dan keluarga suami dengan respek tanpa mempersoalkan status sosial mereka.

#Ketigabelas, melihat kenyataan suami dengan keutamaan. Apapun keadaan suami, seorang isri hendaknya dapat menerimanya sebagai kenyataan. Jika suami keadaannya baik, seorang istri hendaknya mensyukurinya sebagai kenikmatan. Jika sebaliknya, seorang istri hendaknya bersikap sabar. Syukur dan sabar merupakan keutamaan dari Allah subhanahu wa ta’ala.

#Keempatbelas, menerima hasil kerja suami dengan rasa syukur. Berapa pun penghasilan suami, seorang istri hendaknya dapat mensyukuri. Dengan mensyukuri nikmat-Nya, Allah akan menambahkan dengan berbagai kenikmatan yang lain.

#Kelimabelas, menampakkan rasa cinta kepada suami kala berada di dekatnya. Seorang istri hendaknya senantiasa menunjukkan rasa cintanya kepada suami terlebih saat berada di dekatnya. Hal ini karena salah satu tujuan dari pembentukan rumah tangga adalah untuk membentuk keluarga yang saling mencintai.

#Keenambelas,  menampakkan rasa gembira di kala melihat suami. Kapan saja dan di mana saja seorang istri bertemu dengan suaminya, hendaknya ia selalu menunjukkan rasa gembiranya. Hal ini amat penting karena umumnya suami merasa gembira ketika melihat istrinya bergembira.

___________________________________________
Ustadz Muhammad Ishom, dosen Fakultas Agama Islam Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Surakarta yang dishare di #nu_or_id

KHIDMAH

"بركة العلم بالخدمة"

Keberkahan ilmu disebabkan karena khidmah

Pernyataan masyhur yang dijadikan moto oleh kalangan kaum bersarung sebagai dorongan di dalam mengemban amanah pesantren atau berkhidmah pada guru. Kalimat itu ibarat mantra mahabbah yang dibuat jopa-japu oleh seorang yang kasmaran demi meraih sang kekasihnya, bagaimana tidak..., Seorang santri mampu bertahan bertahun-tahun bahkan sampai berpuluh-puluh tahun memikul beban pekerjaan sesuai tugasnya, yang bagian mengajar, pagi sampai malam ia jalani dengan aktivitas mengajar para santri, yang bagian khidmah kepada guru, apapun pekerjaan yang didawuhkan beliau pastilah dilaksanakan tanpa menghiraukan seberapa berat tugas tersebut. Itulah bukti kesaktian kalimat itu, karena tujuan hidmah adalah barokahnya ilmu yang didapat.

Tetapi sayang dan sangat disayangkan sekali..., Sebagian dari kita yang berkhidmah salah dalam menafsiri kalimat itu, dan kesalahan tersebut bukanlah kesalahan kecil yang bisa dihiraukan begitu saja. Sebagian dari kita menafsirinya bahwa barokah tersebut adalah berupa upah dari Allah yang berupa kemanfaatan ilmu di dunianya saja, sebagian beranggapan dengan khidmah ia akan dihurmati dan diterima di masyarakatnya kelak, sebagian lagi mengatakan dengan khidmah ia akan dipermudah dalam ekonominya sehingga kalau ia muqim maka akan dipermudah oleh Allah untuk menjadi orang kaya, sebagian lagi mengira dengan hidmah mereka akan menjadi tokoh yang selalu disungkemi dan disowani oleh muhibbin-muhibbin mereka, sebagian lagi berpendapat bahwa khidmahnya akan mempermudahnya untuk menjadikanya seorang 'alim yang banyak santrinya, sebagian ingin mendapatkan istri yang sempurna dengan barokah khidmahnya, karena itu semua adalah termasuk barokahnya ilmu, dan termasuk perkara yang bisa menjadikan barokahnya ilmu adalah khidmah.

Ya..., Saya katakan sekali lagi, itu adalah kesalahan besar. Maksud dari barokah ilmu itu bukanlah untuk mencari dunia, dan hal-hal yang dicita-citakan seperti tadi adalah perkara sesaat saja.

Barokah dan ilmu, kedua kata ini mempunyai makna yang saling berkaitan, barokah adalah sesuatu tentang bertambah dan berkembang, ilmu adalah mengerti tentang suatu hal sesuai dengan hakikatnya. Jadi barokah ilmu merupakan wujud perkembangan dan pertambahan dari pengetahuan itu sendiri. Secara prakteknya barokah ilmu bisa berupa pengamalan terhadap ilmu tersebut dan mendapatkan keikhlasan dalam beramal,
sebagaimana ucapan Imam Ghozali :

طلبت العلم لغير الله فأبى العلم إلا لله

"Dulu aku mencari ilmu untuk selain Allah, kemudian ilmu tersebut tidak mau kecuali hanya untuk Allah"

Karena jika dipaksakan untuk ditafsirkan seperti tadi diatas maka akan sangat kontradiksi sekali dengan tujuan manusia diciptakan, bahwa manusia diciptakan untuk beribadah yang murni karena Allah sesuai firman Allah :

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنٙفٙاءٙ. البينة - ٥

"Mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta`atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus"

Selain itu jika ia mempunyai niatan seperti yang disebutkan diatas di dalam khidmahnya, maka secara tidak langsung pencarian ilmunya ditujukan untuk mencari hal-hal remeh tersebut. Khidmah ia jadikan tunggangan dan ilmu ia jadikan alat untuk mencari dunia. Rasulullah telah mewanti-wanti tentang ketidak ikhlasan di dalam mencari ilmu,

ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ - ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ -: "ﻣﻦ ﺗﻌﻠﻢ ﻋﻠﻤﺎ ﻣﻤﺎ ﻳﺒﺘﻐﻰ ﺑﻪ ﻭﺟﻪ اﻟﻠﻪ - ﻋﺰ ﻭﺟﻞ - ﻻ ﻳﺘﻌﻠﻤﻪ ﺇﻻ ﻟﻴﺼﻴﺐ ﺑﻪ ﻋﺮﺿﺎ ﻣﻦ اﻟﺪﻧﻴﺎ، ﻟﻢ ﻳﺠﺪ ﻋﺮﻑ اﻟﺠﻨﺔ ﻳﻮﻡ اﻟﻘﻴﺎﻣﺔ"
ﻳﻌﻨﻲ: ﺭﻳﺤﻬﺎ.( ﺭﻭاﻩ ﺃﺑﻮ ﺩاﻭﺩ ﺑﺈﺳﻨﺎﺩ ﺻﺤﻴﺢ)

"Barangsiapa yang mencari ilmu yang seharusnya dicari karena ridho Allah, tetapi ia mencarinya untuk mendapatkan dunia, maka ia tidak akan menemukan bau wanginya surga besuk di hari kiamat"

Terdapat sebuah kisah bahwa seorang laki-laki pernah mendengar maqolah :

مَنْ أَخْلَصَ للهِ أَرْبَعِينَ صَبَاحًا تَفَجَّرَتْ يَنَابِيعُ الحِكْمَةِ مِنْ قَلْبِهِ عَلَى لِسَانِه

"Barangsiapa mengikhlaskan karena Allah selama 40 hari, maka akan mengalir mata air hikmah terhadap lisanya yang keluar dari hatinya"

Dan ia pun melakukanya, tapi tidak menemukan buahnya (mengalirnya hikmah dari hatinya), ia menanyakan kepada seorang ulama', dan dijawab : "karena engkau tidak mengikhlaskan karena Allah, tapi mengikhlaskan karena hikmah".

اللهم اجعلنا من عباده الخالصين المخلصين........