Namun tiba satu waktu yang dilematis. Ia mendapat undangan mengisi ceramah dalam satu tempat, namun berbenturan dengan jadwal mengaji yang diasuh gurunya, Habib Abdullah. Timbul dalam hati si murid ini untuk membolos. "Ah, sesekaIi tak masalah lah kalau aku tidak masuk majelis taklim," pikirnya.
Namun tidak seperti biasa, dalam pengajian Ribath Tarim ini, tiba-tiba Sang Guru, Habib Abdullah Asy-Syathiri mengabsen satu persatu nama murid hingga sampai pada panggilan nama seorang murid yang bolos tadi. "Fulan bin Fulan," Panggil Habib Salim. "Maaf, dia tidak hadir Tuan Guru," kata salah satu murid yang duduk di majelis. "Lho, ke mana dia?" tanya sang guru. "Dia mengisi ceramah di suatu tempat." "Kenapa dia tidak izin terlebih dahulu kepadaku? Aku tidak ridho dunia akhirat," tegas Habib Abdullah.
Tiba-tiba si murid yang sedang memulai ceramah itu mendadak ia hanya bisa menyampaikan "amma ba'du, amma ba'du, amma ba'du", begitu terus tidak bisa menyampaikan ceramah satu patah kata pun sebagaimana biasanya.
Setelah kejadian itu, si murid di kemudian hari hidupnya selalu terlunta-lunta, miskin dan tidak bisa cemerlang sebagaimana sebelumnya di mana ceramah agamanya nikmat dan ditunggu banyak orang. Ini hilang semua karena dia tidak mendapat ridho guru.
(Ahmad Mundzir) Cerita ini disampaikan oleh KH Agus Reza Ahmad Zahid (Gus Reza Imam Yahya) dalam acara Haul Akbar Ngroto di Komplek Pesantren Miftahul Huda, Ngroto, Gubug, Grobogan, Jawa Tengah, Rabu (18/1/2017).
Sumber: NU Online
Sumber: NU Online
0 komentar:
Posting Komentar