Abdul Hamid Aly

Rindu ini selalu milikmu Yaa Rosuul

Save Muslim Muslimah

Saling berpesan kepada hal kebenaran dan kesabaran

KH. M. Ali Bahruddin

Pesantren At-taqwa Pasuruan (Keluarga Jam'iyyah Thoriqoh Al-Mu'tabaroh Qodiririyyah wa Naqsyabandiyah).

Nahdlatul Ulama'

Ahlus Sunnah wal Jama'ah An-Nahdliyyah.

Diamond Class

Alhamdulillah ala kulli chaal.

Tampilkan postingan dengan label TUHFATUL ASYRAF. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label TUHFATUL ASYRAF. Tampilkan semua postingan

Kamis, 19 Mei 2016

KISAH HARU RASULULLAH DAN KULI BATU

Diriwayatkan tatkala usai peperang Tabuk, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam berjalan sambil menuntun ontanya. Saat itu, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam melihat dari kejahuan ada seorang kuli batu yang sedang mengangkat martilnya lalu ia memecahkan batu-batu yang ada di hadapannya tersebut. Kemudian Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam berkata kepada seorang kuli batu tersebut, “Kenapa tangan bapak begitu melepuh dan kasar? Kenapa tangan bapak begitu hitam dan kasar?” Maka bapak-bapak seorang kuli batu tersebut menjawab, “Ya Rasulullah, maafkan tanganku yang kasar ini. Karena inilah aku menghidupi keluargaku (istriku dan anak-anakku). Setiap hari aku mencari nafkah dengan menjual pecahan batu-batu gunung ini, lalu aku menjualnya ke pasar dan hasilnya (faedahnya) untuk aku berikan nafkah (makanan) kepada istri dan anak-anaku di rumah sana.” Ya Allahu Ya Rabbi.

Maka kemudian, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam mengambil tangan sang bapak tadi itu, lalu menciumnya sambil seraya mengatakan, “WALLAHI  INNA HADZIHI YADUN LA TAMASSUHAN-NAARU ABADAN/ DEMI ALLAH, INI ADALAH TANGAN YANG TIDAK AKAN BERSENTUH DENGAN API NERAKA ALLAHU TA‘ÂLÂ SELAMA-LAMANYA.” Masya Allah Tabarakallah!! Betapa indahnya akhlak Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam tersebut. Sampai dikatakan oleh para ahli sejarah bahwasanya, “Nabi Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa sallam tidak pernah mencium tangan Bani Quraisy (Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam itu tidak pernah menicum tangan para bangsawan, tidak pernah mencium tangan pemimpin-pemimpin Quraisy, tokoh-tokoh Quraisy, raja-raja, para penguasa-pengusa Negara, tidak pernah sama sekali Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam mencium tangan-tangan mereka). Namun, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam justru pernah mencium tangan seorang kuli batu sambil mengatakan, “INI ADALAH TANGAN YANG TIDAK AKAN TERSENTUH DENGAN API NERAKANYA ALLAHU TA‘ALA.”

Akhlak dan budi pekerti yang seperti inilah yang dicontoh oleh para sahabat, sehingga menghujam di hati mereka kecintaan terhadap Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam. ALLAHUMMA SHALLI WA SALLIM WA BAARIK ALAIH … []

follow twitter @muhsinbsy/@penerbitlayar
12 Sya‘ban 1437 H/ 18 Mei 2016 M

*Silahkan Disebarluaskan …

Rabu, 11 Mei 2016

KISAH SUFI-JANGAN SU'UDZON DENGAN AHLI SUFI


.
Dalam khazanah kisah kisah sufi ada diceritakan tentang seorang pemuda yang begitu lantang mencemuh tokoh sufi Zun Nun Al Misri dan tharikatnya.
.
Sesudah si pemuda puas memperlihatkan kebenciannya, Al Misri mencabut cincin daripada jarinya dan berkata, "Bawalah cincin ini ke pasar, gadaikanlah dengan harga satu dinar saja"
.
Pemuda itu hairan, namun cincin itu diterimanya jua dan dibawa ke pasar. Dia menawarkan kepada para pedagang, dari penjual buah sampai penjual makanan. Tiada seorang pun melirik apatah lagi tertarik. .
Lalu dengan wajah hampa pemuda itu kembali kepada Al Misri dan berkata, "Engkau membohongiku, cincin ini tidak berharga"
.
Jawab Al Misri, " Jangan marah dulu, sekarang juallah cincin itu kepada ahli permata. Tawarkan seribu dinar."
.
Tentu saja pemuda itu menjadi gusar dan pelik. Tapi rasa ingin tahunya membuatkan dia menuruti perintah ahli sufi itu.
.
Sungguh mengherankan, ternyata para pedagang permata berebut untuk membeli cincin itu. .
Pemuda itu merasa takjub dan bergegas menemui Al Misri dan berkata " Mereka bersaing untuk membelinya."
.
"Nah." kata Al Misri. "Orang tidak akan mengetahui suatu benda berharga atau tidak jika ia belum mengenalnya. Bagaimana mungkin kamu berani mencaci para sufi dan ilmu tasauf, jika kamu belum mengetahui isinya? Pelajari dulu baik baik, barulah tentukan pendapatmu. Itulah sikap orang bijak."
اللهـم صل على سيدنا محمد

#smoga_manfaat

Jumat, 06 Mei 2016

Allah Maha Pengampun

Suatu hari Umar ra datang menemui Rasulullah dengan menangis. Rasulullah pun bertanya kepadanya, Apa gerangan yang menyebabkan engkau menangis, wahai Umar?” Kata Umar, Sungguh hati saya mrasa tersentuh oleh ratapan sorang pemuda yg ada dipintu rumah tuan! Rasulullah pun mmerintahkan Umar untuk mmbawa pemuda itu. Ketika pemuda itu telah sampai dihadapan Rasulullah, beliaupun bertanya kepadanya,
”Wahai Pemuda, apa gerangan yang menyebabkan engkau menangis dan meratap?” Pemuda itu menjawab , ”Wahai Rasulullah, yang membuat saya menangis ialah banyaknya dosa yang terlanjur saya lakukan ! Saya takut bila Allah murka kepada saya!” Beliau kembali bertanya, ”Apakah engkau mempersekutukan Allah dengan sesuatu ?” ”Tidak!” jawab pemuda itu. ”Apakah engkau telah membunuh orang dengan tanpa hak?” tanya Rasulullah . ”tidak !” jawab pemuda itu. ”Allah akan mengampuni semua dosamu, meskipun dosamu itu sepenuh tujuh langit dan bumi!” jelas Rasulullah sembari menenangkan pemuda itu. Mendengar penjelasan Rasulullah , pemuda itupun berkata, ”Wahai Rasulullah, dosa saya lebih besar dari tujuh langit dan gunung yang tegak berdiri!” Beliau pun menimpali , “Apakah dosamu lebih besar dari kursi ( kekuasaan ) Allah?”. “Dosa saya lebih besar lagi !: ratap pemuda itu. “Apakah dosamu lebih besar dari Arsy?” beliau kembali bertanya. “Dosa saya lebih besar dari itu !” jawab pemuda itu. “Apakah dosamu lebih besar , ataukah Allah?” Tanya Rasulullah. “Allah tentu yang lebih besar dan lebih Agung , tapi saya malu kepadamu, Wahai Rasulullah, jawab pemuda itu. Beliaupun bersabda, :Janganlah engkau malu, beritahukan dosamu kepada saya!” pinta Rasulullah. Oleh karena beliau yang meminta , maka pemuda itupun tak kuasa untuk menolaknya. Akhirnya iapun menceritakan dosa yang telah dikerjakannya, seraya berkata : “Wahai Rasulullah , sungguh saya adalah seorang pemuda pembongkar mayat dalam kubur sejak 7 tahun yang lalu.
Suatu ketika ada seorang gadis putri seorang sahabat golongan Anshar yang meninggal dunia, maka saya pun membongkar kuburnya dan mengeluarkannya dari kafannya, karena tergoda bisikan syetan , saya pun menggaulinya. Tiba-tiba gadis itu berbicara, “Tidakkah engkau malu kepada Kitab Allah dan pada hari dia meletakkan ‘kursinya” untuk memberikan hukum serta mengambil hak orang yang dianiaya dari orang yang telah menganiayanya? Mengapa engkau jadikan aku telanjang dihari penghimpunan kelak, dari orang- orang yang telah meninggal dunia? Mengapa engkau jadikan aku berdiri dalam keadaan junub di hari pembalasan Allah? ”
Mendengar cerita itu Rasulullah pun meloncat karena gusarnya . Dengan suara keras , beliau berkata, “Wahai pemuda Fasiq, keluar dan jauh-jauhlah kamu dari saya, tidak ada balasan yang pantas untukmu kecuali neraka!” Pemuda itupun keluar dengan menangis sejadi-jadinya . Ia menjauh dari khalayak ramai dan menuju kepadang pasir yang luas, dengan tidak mau makan dan minum sesuatupun, serta tidak bisa tidur sampai tujuh hari lamanya. Tubuhnyapun menjadi lemah dan lunglai, hingga iapun jatuh tersungkur dipermukaan tanah berpasir yang maha luas itu. Seraya meletakkan wajahnya dipasir sambil bersujud, ia berdoa dan meratap.
“Wahai Tuhan, aku adalah hamba-Mu yang berdosa dan Bersalah. Aku telah datang ke pintu Rasul-Mu agar dia bisa menolongku di sisi-Mu. Namun ketika ia mendengar dosaku yang sangat besar, ia mengusir dan mengeluarkan aku dari pintunya. Kini aku datang kepintu-Mu, agar engkau berkenan menjadi penolongku di sisi Kekasih-Mu. Sesungguhnya engkau maha pengasih kepada hamba-hamba-MU . Tak ada lagi harapanku kecuali kepada-Mu . Kalau tidak mungkin, maka lebih baik kirimkan saja api neraka dari sisi-Mu, dan bakarlah aku dengan api itu didunia-Mu ini, sebelum aku engkau bakar diakhirat-Mu nanti!” Sepeninggal pemuda itu , Rasulullah didatangi oleh malaikat jibril , seraya berkata, “Wahai Rasulullah, Allah telah berkirim salam kepada-Mu!” Beliaupun menjawab salam Allah. Setelah itu malaikat Jibril kembali berkata, “Allah bertanya kepadamu , apakah kamu yang telah menciptakan para makhluk? ” Beliau menjawab , “Tentu saja tidak, Allah yang telah menciptakan semuanya!” “Allah juga bertanya kepadamu, Apakah kamu yang telah memberi rezeki kepada makhluk-makhluk Allah?” malaikat jibril kembali bertanya. “Tentu saja Allahlah yang telah memberi rezeki kepada mereka , bahkan juga kepadaku!” jawab beliau. “Apakah kamu yang berhak menerima taubat seseorang?” kembali malaikat jibril bertanya. “Allahlah yang berhak menerima dan mengampuni dosa hamba-hamba-Nya!’ jawab beliau. Mendengar jawaban-jawaban Rasulullah , malaikat jibrilpun berkata , “Allah telah berfirman kepadamu , “ Telah aku kirimkan seorang hamba-Ku yang menerangkan satu dosanya kepadamu, tapi mengapa engkau berpaling daripadanya dan sangat marah kepadanya? Lalu bagaimana keadaan orang-orang mukmin besok, jika mereka itu datang padamu dengan dosa yang lebih besar seperti gunung? Kamu adalah Utusan-Ku yang aku utus sebagai rahmat untuk seluruh alam, maka jadilah engkau orang yang berkasih sayang kepada orang-orang beriman dan menjadi penolong bagi orang-orang yang berdosa . Maafkanlah kesalahan hamba-Ku, karena aku telah menerima taubatnya dan mengampuni dosanya”. Mendengar teguran Allah , Rasulullahpun mengutus beberapa orang sahabatnya untuk menemui pemuda yang pernah diusir Rasulullah itu. Akhirnya mereka menemukannya dan merekapun memberikan kabar gembira tentang ampunan Allah kepadanya. Lalu mereka membawa pemuda itu kepada Rasulullah , dan kebetulan saat mereka sampai beliau sedang mengerjakan Shalat. Maka merekapun segera bermakmum dibelakangnya. Setelah selesai membaca surat Alfatihah beliaupun membaca surat At- takasur baru saja beliau sampai ayat “ Hatta zurtumul maqabir (sampai kamu masuk kedalam kubur),” maka pemuda itupun menjerit keras dan jatuh. Ketika orang-orang telah selesai Shalat, merekapun mendapati ternyata pemuda itu telah meninggal dunia. Allah berkenan menerima taubatnya dan memasukkannya kedalam kelompok hamba Allah Yang Shaleh Wallahu a'lam bisshawab

→Ya Ikhwan yang di rahmati Oleh Allah SWT, jangan pernah untuk selalu diri in mmnta ampunan kpd Allah SWT, semangatlah untuk selalu menggapai Rahmat Allah, Rahmat Allah sungguh luas.
Mudah mudahan kita nanti di wafatkan dalam keadaan Khusnul Khotimah

Kamis, 05 Mei 2016

Kisah Lengkap Isro' Mi'roj Nabi Muhammad Saw

Oleh Habib Muhammad bin Syekh Abubakar bin Salim

Diterjemahkan dengan ringkas dari Kitab Al Anwaarul Bahiyyah Min Israa’ Wa Mi’raaj Khoiril Bariyyah, Karya Al Imam Al Muhaddits As Sayyid Muhammad bin Alawy Al Hasany RA.

Pada suatu malam Nabi Muhammad SAW berada di Hijir Ismail dekat Ka’bah al Musyarrofah, saat itu beliau berbaring diantara paman beliau, Sayyiduna Hamzah dan sepupu beliau, Sayyiduna Jakfar bin Abi Thalib, tiba-tiba Malaikat Jibril, Mikail dan Israfil menghampiri beliau lalu membawa beliau ke arah sumur zamzam, setibanya di sana kemudian mereka merebahkan tubuh Rasulullah untuk dibelah dada beliau oleh Jibril AS.

Dalam riwayat lain disebutkan suatu malam terbuka atap rumah Beliau saw, kemudian turun Jibril AS, lalu Jibril membelah dada beliau yang mulya sampai di bawah perut beliau, lalu Jibril berkata kepada Mikail:

“Datangkan kepadaku nampan dengan air zam-zam agar aku bersihkan hatinya dan aku lapangkan dadanya”.

Dan perlu diketahui bahwa penyucian ini bukan berarti hati Nabi kotor, tidak, justru Nabi sudah diciptakan oleh Allah dengan hati yang paling suci dan mulya, hal ini tidak lain untuk menambah kebersihan diatas kebersihan, kesucian diatas kesucian, dan untuk lebih memantapkan dan menguatkan hati beliau, karena akan melakukan suatu perjalanan maha dahsyat dan penuh hikmah serta sebagai kesiapan untuk berjumpa dengan Allah SWT.

Kemudian Jibril AS mengeluarkan hati beliau yang mulya lalu menyucinya tiga kali, kemudian didatangkan satu nampan emas dipenuhi hikmah dan keimanan, kemudian dituangkan ke dalam hati beliau, maka penuhlah hati itu dengan kesabaran, keyakinan, ilmu dan kepasrahan penuh kepada Allah, lalu ditutup kembali oleh Jibril AS.

Setelah itu disiapkan untuk Baginda Rasulullah binatang Buroq lengkap dengan pelana dan kendalinya, binatang ini berwarna putih, lebih besar dari himar lebih rendah dari baghal, dia letakkan telapak kakinya sejauh pandangan matanya, panjang kedua telinganya, jika turun dia mengangkat kedua kaki depannya, diciptakan dengan dua sayap pada sisi pahanya untuk membantu kecepatannya.

Saat hendak menaikinya, Nabi Muhammad merasa kesulitan, maka meletakkan tangannya pada wajah buroq sembari berkata: “Wahai buroq, tidakkah kamu merasa malu, demi Allah tidak ada Makhluk Allah yang menaikimu yang lebih mulya daripada dia (Rasulullah)”, mendengar ini buroq merasa malu sehingga sekujur tubuhnya berkeringat, setelah tenang, naiklah Rasulullah keatas punggungnya, dan sebelum beliau banyak Anbiya’ yang menaiki buroq ini.

Dalam perjalanan, Jibril menemani disebelah kanan beliau, sedangkan Mikail di sebelah kiri, menurut riwayat Ibnu Sa’ad, Jibril memegang sanggurdi pelana buroq, sedang Mikail memegang tali kendali.

(Mereka terus melaju, mengarungi alam Allah SWT yang penuh keajaiban dan hikmah dengan Inayah dan RahmatNya), di tengah perjalanan mereka berhenti di suatu tempat yang dipenuhi pohon kurma, lantas malaikat Jibril berkata: “Turunlah disini dan sholatlah”, setelah Beliau sholat, Jibril berkata: “Tahukah anda di mana Anda sholat?”, “Tidak”, jawab beliau, Jibril berkata: “Anda telah sholat di Thoybah (Nama lain dari Madinah) dan kesana anda akan berhijrah”.

Kemudian buroq berangkat kembali melanjutkan perjalanan, secepat kilat dia melangkahkan kakinya sejauh pandangan matanya, tiba-tiba Jibril berseru: “berhentilah dan turunlah anda serta sholatlah di tempat ini!”, setelah sholat dan kembali ke atas buroq, Jibril memberitahukan bahwa beliau sholat di Madyan, di sisi pohon dimana dahulu Musa bernaung dibawahnya dan beristirahat saat dikejar-kejar tentara Firaun.

Dalam perjalanan selanjutnya Nabi Muhammad turun di Thur Sina’, sebuah lembah di Syam, tempat dimana Nabi Musa berbicara dengan Allah SWT, beliau pun sholat di tempat itu. Kemudian beliau sampai di suatu daerah yang tampak kepada beliau istana-istana Syam, beliau turun dan sholat disana. Kemudian Jibril memberitahukan kepada beliau dengan berkata: “Anda telah sholat di Bait Lahm (Betlehem, Baitul Maqdis), tempat dilahirkan Nabi Isa bin Maryam”.

Setelah melanjutkan perjalanan, tiba-tiba beliau melihat Ifrit dari bangsa Jin yang mengejar beliau dengan semburan api, setiap Nabi menoleh beliau melihat Ifrit itu. Kemudian Jibril berkata:“Tidakk

akan ku ajarkan kepada anda beberapa kalimat, jika anda baca maka akan memadamkan apinya dan terbalik kepada wajahnya lalu dia binasa?”

Kemudian Jibril AS memberitahukan doa tersebut kepada Rasulullah. Setelah itu mereka melanjutkan perjalanan sampai akhirnya bertemu dengan suatu kaum yang menanam benih pada hari itu dan langsung tumbuh besar dan dipanen hari itu juga, setiap kali dipanen kembali seperti awalnya dan begitu seterusnya, melihat keanehan ini Beliau SAW bertanya: “Wahai Jibril, siapakah mereka itu?”, Jibril menjawab:” mereka adalah para Mujahid fi sabilillah, orang yang mati syahid di jalan Allah, kebaikan mereka dilipatgandakan sampai 700 kali.

Kemudian beberapa saat kemudian beliau mencium bau wangi semerbak, beliau bertanya: “Wahai Jibril bau wangi apakah ini?”, “Ini adalah wanginya Masyithoh, wanita yang menyisir anak Firaun, dan anak-anaknya”, jawab Jibril AS.

Masyitoh adalah tukang sisir anak perempuan Firaun, ketika dia melakukan pekerjaannya tiba-tiba sisirnya terjatuh, spontan dia mengatakan: “Bismillah, celakalah Firaun”, mendengar ini anak Firaun bertanya: “Apakah kamu memiliki Tuhan selain ayahku?”, Masyithoh menjawab: “Ya”.Kemudian dia mengancam akan memberitahukan hal ini kepada Firaun. Setelah dihadapkan kepada Raja yang Lalim itu, dia berkata: “Apakah kamu memiliki Tuhan selain aku?”, Masyithoh menjawab: “Ya, Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah”.

Mengetahui keteguhan iman Masyithoh, kemudian Firaun mengutus seseorang untuk menarik kembali dia dan suaminya yang tetap beriman kepada Allah agar murtad, jika tidak maka mereka berdua dan kedua anaknya akan disiksa, tapi keimanan masih menetap di hati Masyithoh dan suaminya, justru dia berkata: “Jika kamu hendak membinasakan kami, silahkan, dan kami harap jika kami terbunuh kuburkan kami dalam satu tempat”.

Maka Firaun memerintahkan agar disediakan kuali raksasa dari tembaga yang diisi minyak dan air kemudian dipanasi, setelah betul-betul mendidih, dia memerintahkan agar mereka semua dilemparkan ke dalamnya, satu persatu mereka syahid, sekarang tinggal Masyithoh dan anaknya yang masih menyusu berada dalam dekapannya, kemudian anak itu berkata: “Wahai ibuku, lompatlah, jangan takut, sungguh engkau berada pada jalan yang benar”, kemudian dilemparlah dia dan anaknya.

Kemudian di tengah perjalanan, beliau juga bertemu dengan sekelompok kaum yang menghantamkan batu besar ke kepala mereka sendiri sampai hancur, setiap kali hancur, kepala yang remuk itu kembali lagi seperti semula dan begitu seterusnya. Jibril menjelaskan bahwa mereka adalah manusia yang merasa berat untuk melaksanakan kewajiban sholat.

Kemudian beliau juga bertemu sekelompok kaum, di hadapan mereka ada daging yang baik yang sudah masak, sementara di sisi lain ada daging yang mentah lagi busuk, tapi ternyata mereka lebih memilih untuk menyantap daging yang mentah lagi busuk, ketika Rasulullah menanyakan perihal ini, Jibril menjawab: “Mereka adalah manusia yang sudah mempunyai isteri yang halal untuknya, tapi dia justru berzina (berselingkuh) dengan wanita yang jelek (hina), dan begitupula mereka adalah para wanita yang mempunyai suami yang halal baginya tapi justru dia mengajak laki-laki lain untuk berzina dengannya”.

Ketika beliau melanjutkan perjalanan, tiba-tiba seseorang memanggil beliau dari arah kanan:“Wahai Muhammad, aku meminta kepadamu agar kamu melihat aku”, tapi Rasulullah tidak memperdulikannya.

Kemudian Jibril menjelaskan bahwa itu adalah panggilan Yahudi, seandainya beliau menjawab panggilan itu maka umat beliau akan menjadi Yahudi. Begitu pula beliau mendapat seruan serupa dari sebelah kirinya, yang tidak lain adalah panggilan nashrani, namun Nabi tidak menjawabnya. Walhamdulillah.

Kemudian tiba-tiba muncul di hadapan beliau seorang wanita dengan segala perhiasan di tangannya dan seluruh tubuhnya, dia berkata: “Wahai Muhammad lihatlah kepadaku”, tapi Rasulullah tidak menoleh kepadanya, Jibril berkata: “Wahai Nabi itu adalah dunia, seandainya anda menjawab panggilannya maka umatmu akan lebih memilih dunia daripada akhirat”.

Demikianlah perjalanan ditempuh oleh beliau SAW dengan ditemani Jibril dan Mikail, begitu banyak keajaiban dan hikmah yang beliau temui dalam perjalanan itu sampai akhirnya beliau berhenti di Baitul Maqdis (Masjid al Aqsho). Beliau turun dari Buraq lalu mengikatnya pada salah satu sisi pintu masjid, yakni tempat dimana biasanya Para Nabi mengikat buraq di sana.

Kemudian beliau masuk ke dalam masjid bersama Jibril AS, masing-masing sholat dua rakaat. Setelah itu sekejab mata tiba-tiba masjid sudah penuh dengan sekelompok manusia, ternyata mereka adalah para Nabi yang diutus oleh Allah SWT. Kemudian dikumandangkan adzan dan iqamah, lantas mereka berdiri bershof-shof menunggu siapakah yang akan mengimami mereka, kemudian Jibril AS memegang tangan Rasulullah SAW lalu menyuruh beliau untuk maju, kemudian mereka semua sholat dua rakaat dengan Rasulullah sebagai imam. Beliaulah Imam (Pemimpin) para Anbiya’ dan Mursalin.

Setelah itu Rasulullah SAW merasa haus, lalu Jibril membawa dua wadah berisi khamar dan susu, Rasulullah memilih wadah berisi susu lantas meminumnya, Jibril berkata: “Sungguh anda telah memilih kefitrahan yaitu al Islam, jika anda memilih khamar niscaya umat anda akan menyimpang dan sedikit yang mengikuti syariat anda”.

Setelah melakukan Isra’ dari Makkah al Mukarromah sampai ke Masjid al Aqsha, Baitul Maqdis, kemudian beliau disertai malaikat Jibril AS siap untuk melakukan Mi’raj yakni naik menembus berlapisnya langit ciptaan Allah yang Maha Perkasa sampai akhirnya beliau SAW berjumpa dengan Allah dan berbicara dengan Nya, yang intinya adalah beliau dan umat ini mendapat perintah sholat lima waktu. Sungguh merupakan nikmat dan anugerah yang luar biasa bagi umat ini, di mana Allah SWT memanggil Nabi-Nya secara langsung untuk memberikan dan menentukan perintah ibadah yang sangat mulya ini. Cukup kiranya hal ini sebagai kemulyaan ibadah sholat. Sebab ibadah lainnya diperintah hanya dengan turunnya wahyu kepada beliau, namun tidak dengan ibadah sholat, Allah memanggil Hamba yang paling dicintainya yakni Nabi Muhammad SAW ke hadirat Nya untuk menerima perintah ini.

Ketika beliau dan Jibril sampai di depan pintu langit dunia (langit pertama), ternyata disana berdiri malaikat yang bernama Ismail, malaikat ini tidak pernah naik ke langit atasnya dan tidak pernah pula turun ke bumi kecuali disaat meninggalnya Rasulullah SAW, dia memimpin 70 ribu tentara dari malaikat, yang masing-masing malaikat ini membawahi 70 ribu malaikat pula.

Jibril meminta izin agar pintu langit pertama dibuka, maka malaikat yang menjaga bertanya:

“Siapakah ini?”

Jibril menjawab: “Aku Jibril.”

Malaikat itu bertanya lagi: “Siapakah yang bersamamu?”

Jibril menjawab: “Muhammad saw.”

Malaikat bertanya lagi: “Apakah beliau telah diutus (diperintah)?”

Jibril menjawab: “Benar”.

Setelah mengetahui kedatangan Rasulullah malaikat yang bermukim disana menyambut dan memuji beliau dengan berkata:

“Selamat datang, semoga keselamatan menyertai anda wahai saudara dan pemimpin, andalah sebaik-baik saudara dan pemimpin serta paling utamanya makhluk yang datang”.

Maka dibukalah pintu langit dunia ini”.

Setelah memasukinya beliau bertemu Nabi Adam dengan bentuk dan postur sebagaimana pertama kali Allah menciptakannya.

Nabi saw bersalam kepadanya, Nabi Adam menjawab salam beliau seraya berkata:

“Selamat datang wahai anakku yang sholeh dan nabi yang sholeh”.

Di kedua sisi Nabi Adam terdapat dua kelompok, jika melihat ke arah kanannya, beliau tersenyum dan berseri-seri, tapi jika memandang kelompok di sebelah kirinya, beliau menangis dan bersedih. Kemudian Jibril AS menjelaskan kepada Rasulullah, bahwa kelompok disebelah kanan Nabi Adam adalah anak cucunya yang bakal menjadi penghuni surga sedang yang di kirinya adalah calon penghuni neraka.

Kemudian Rasulullah melanjutkan perjalanannya di langit pertama ini, tiba-tiba pandangan beliau tertuju pada kelompok manusia yang dihidangkan daging panggang dan lezat di hadapannya, tapi mereka lebih memilih untuk menyantap bangkai disekitarnya. Ternyata mereka adalah manusia yang suka berzina, meninggalkan yang halal untuk mereka dan mendatangi yang haram.

Kemudian beliau berjalan sejenak, dan tampak di hadapan beliau suatu kaum dengan perut membesar seperti rumah yang penuh dengan ular-ular, dan isi perut mereka ini dapat dilihat dari luar, sehingga mereka sendiri tidak mampu membawa perutnya yang besar itu. Mereka adalah manusia yang suka memakan riba.Disana beliau juga menemui suatu kaum, daging mereka dipotong-potong

lalu dipaksa agar memakannya, lalu dikatakan kepada mereka:

“makanlah daging ini sebagaimana kamu memakan daging saudaramu di dunia, yakni menggunjing atau berghibah”.

Kemudian beliau naik ke langit kedua, seperti sebelumnya malaikat penjaga bertanya seperti pertanyaan di langit pertama. Akhirnya disambut kedatangan beliau SAW dan Jibril AS seperti sambutan sebelumnya. Di langit ini beliau berjumpa Nabi Isa bin Maryam dan Nabi Yahya bin Zakariya, keduanya hampir serupa baju dan gaya rambutnya. Masing-masing duduk bersama umatnya.

Nabi saw menyifati Nabi Isa bahwa dia berpostur sedang, putih kemerah-merahan warna kulitnya, rambutnya lepas terurai seakan-akan baru keluar dari hammam, karena kebersihan tubuhnya. Nabi menyerupakannya

dengan sahabat beliau ‘Urwah bin Mas’ud ats Tsaqafi.

Nabi bersalam kepada keduanya, dan dijawab salam beliau disertai sambutan: “Selamat datang wahai saudaraku yang sholeh dan nabi yang sholeh”.

Kemudian tiba saatnya beliau melanjutkan ke langit ketiga, setelah disambut baik oleh para malaikat, beliau berjumpa dengan Nabi Yusuf bin Ya’kub. Beliau bersalam kepadanya dan dibalas dengan salam yang sama seperti salamnya Nabi Isa.

Nabi berkomentar: “Sungguh dia telah diberikan separuh ketampanan”. Dalam riwayat lain, beliau bersabda: “Dialah paling indahnya manusia yang diciptakan Allah, dia telah mengungguli ketampanan manusia lain ibarat cahaya bulan purnama mengalahkan cahaya seluruh bintang”.

Ketika tiba di langit keempat, beliau berjumpa Nabi Idris AS. Kembali beliau mendapat jawaban salam dan doa yang sama seperti Nabi-Nabi sebelumnya.

Di langit kelima, beliau berjumpa Nabi Harun bin ‘Imran AS, separuh janggutnya hitam dan seperuhnya lagi putih (karena uban), lebat dan panjang. Di sekitar Nabi Harun tampak umatnya sedang khusyu’ mendengarkan petuahnya.

Setelah sampai di langit keenam, beliau berjumpa beberapa nabi dengan umat mereka masing-masing, ada seorang nabi dengan umat tidak lebih dari 10 orang, ada lagi dengan umat di atas itu, bahkan ada lagi seorang nabi yang tidak ada pengikutnya.

Kemudian beliau melewati sekelompok umat yang sangat banyak menutupi ufuk, ternyata mereka adalah Nabi Musa dan kaumnya. Kemudian beliau diperintah agar mengangkat kepala beliau yang mulya, tiba-tiba beliau tertegun dan kagum karena pandangan beliau tertuju pada sekelompok umat yang sangat banyak, menutupi seluruh ufuk dari segala sisi, lalu ada suara:“Itulah umatmu, dan selain mereka terdapat 70 ribu orang yang masuk surga tanpa hisab “.

Pada tahapan langit keenam inilah beliau berjumpa dengan Nabi Musa AS, seorang nabi dengan postur tubuh tinggi, putih kemerah-merahan

kulit beliau. Nabi saw bersalam kepadanya dan dijawab oleh beliau disertai dengan doa. Setelah itu Nabi Musa berkata: “Manusia mengaku bahwa aku adalah paling mulyanya manusia di sisi Allah, padahal dia (Rasulullah saw) lebih mulya di sisi Allah daripada aku”.

Setelah Rasulullah melewati Nabi Musa, beliau menangis. Kemudian ditanya akan hal tersebut. Beliau menjawab: “Aku menangis karena seorang pemuda yang diutus jauh setelah aku, tapi umatnya lebih banyak masuk surga daripada umatku”.

Kemudian Rasulullah saw memasuki langit ketujuh, di sana beliau berjumpa Nabi Ibrahim AS sedang duduk di atas kursi dari emas di sisi pintu surga sambil menyandarkan punggungnya pada Baitul Makmur, di sekitarnya berkumpul umatnya.

Setelah Rasulullah bersalam dan dijawab dengan salam dan doa serta sambutan yang baik, Nabi Ibrahim berpesan: “Perintahkanlahumatmu untuk banyak menanam tanaman surga, sungguh tanah surga sangat baik dan sangat luas”. Rasulullah bertanya: “Apakah tanaman surga itu?”, Nabi Ibrahim menjawab: “(Dzikir) Laa haula wa laa quwwata illa billahil ‘aliyyil ‘adziim“.

Dalam riwayat lain beliau berkata: “Sampaikan salamku kepada umatmu, beritakanlah kepada mereka bahwa surga sungguh sangat indah tanahnya, tawar airnya dan tanaman surgawi adalah Subhanallah wal hamdu lillah wa laa ilaaha illallah wallahu akbar”.

Kemudian Rasulullah diangkat sampai ke Sidratul Muntaha, sebuah pohon amat besar sehingga seorang penunggang kuda yang cepat tidak akan mampu untuk mengelilingi bayangan di bawahnya sekalipun memakan waktu 70 tahun. Dari bawahnya memancar sungai air yang tidak berubah bau, rasa dan warnanya, sungai susu yang putih bersih serta sungai madu yang jernih. Penuh dengan hiasan permata zamrud dan sebagainya sehingga tidak seorang pun mampu melukiskan keindahannya.

Kemudian beliau saw diangkat sampai akhirnya berada di hadapan telaga Al Kautsar, telaga khusus milik beliau saw. Setelah itu beliau memasuki surga dan melihat disana berbagai macam kenikmatan yang belum pernah dipandang mata, didengar telinga dan terlintas dalam hati setiap insan.

Begitu pula ditampakkan kepada beliau neraka yang dijaga oleh malaikat Malik, malaikat yang tidak pernah tersenyum sedikitpun dan tampak kemurkaan di wajahnya.

Dalam satu riwayat, setelah beliau melihat surga dan neraka, maka untuk kedua kalinya beliau diangkat ke Sidratul Muntaha, lalu beliau diliputi oleh awan dengan beraneka warna, pada saat inilah Jibril mundur dan membiarkan Rasulullah berjalan seorang diri, karena Jibril tahu hanya beliaulah yang mampu untuk melakukan hal ini, berjumpa dengan Allah SWT.

Setelah berada di tempat yang ditentukan oleh Allah, tempat yang tidak seorang makhlukpun diizinkan berdiri disana, tempat yang tidak seorangpun makhluk mampu mencapainya, beliau melihatNya dengan mata beliau yang mulya. Saat itu langsung beliau bersujud di hadapan Allah SWT.

Allah berfirman: “Wahai Muhammad.

”Labbaik wahai Rabbku”, sabda beliau.

“Mintalah sesuka hatimu”, firman Nya.

Nabi bersabda: “Ya Allah, Engkau telah menjadikan Ibrahim sebagai Khalil (kawan dekat), Engkau mengajak bicara Musa, Engkau berikan Dawud kerajaan dan kekuasaan yang besar, Engkau berikan Sulaiman kerajaan agung lalu ditundukkan kepadanya jin, manusia dan syaitan serta angin, Engkau ajarkan Isa at Taurat dan Injil dan Engkau jadikan dia dapat mengobati orang yang buta dan belang serta menghidupkan orang mati”.

Kemudian Allah berfirman: “Sungguh Aku telah menjadikanmu sebagai kekasihKu”.

Dalam Shohih Imam Muslim diriwayatkan dari sahabat Anas bin Malik, bahwa rasulullah bersabda: ” … kemudian Allah mewajibkan kepadaku (dan umat) 50 sholat sehari semalam, lalu aku turun kepada Musa (di langit ke enam), lalu dia bertanya: “Apa yang telah Allah wajibkan kepada umat anda?”

Aku menjawab: “50 sholat”,

Musa berkata: “kembalilah kepada Rabbmu dan mintalah keringanan sebab umatmu tidak akan mampu untuk melakukannya”,

Maka aku kembali kepada Allah agar diringankan untuk umatku, lalu diringankan 5 sholat (jadi 45 sholat), lalu aku turun kembali kepada Musa, tapi Musa berkata: “Sungguh umatmu tidak akan mampu melakukannya, maka mintalah sekali lagi keringanan kepada Allah”.

Maka aku kembali lagi kepada Allah, dan demikianlah terus aku kembali kepada Musa dan kepada Allah sampai akhirnya Allah berfirman: “Wahai Muhammad, itu adalah kewajiban 5 sholat sehari semalam, setiap satu sholat seperti dilipatgandakan

menjadi 10, maka jadilah 50 sholat”.

Maka aku beritahukan hal ini kepada Musa, namun tetap dia berkata:“Kembalilah kepada Rabbmu agar minta keringanan”,

Maka aku katakan kepadanya: “Aku telah berkali-kali kembali kepadaNya sampai aku malu kepadaNYa”.

Setelah beliau menerima perintah ini, maka beliau turun sampai akhirnya menaiki buraq kembali ke kota Makkah al Mukarromah, sedang saat itu masih belum tiba fajar.

Pagi harinya beliau memberitahukan mukjizat yang agung ini kepada umatnya, maka sebagian besar diantara mereka mendustakan bahkan mengatakan nabi telah gila dan tukang sihir, saat itu pertama umat yang membenarkan dan mempercayai beliau adalah Sayyiduna Abu Bakar, maka pantaslah beliau bergelar As Shiddiq, bahkan tidak sedikit diantara mereka yang tadinya beriman, kembali murtad keluar dari syariat.

Sungguh keimanan itu intinya adalah membenarkan dan percaya serta pasrah terhadap semua yang dibawa dan diberitakan Nabi Muhammad SAW, sebab beliau tidak mungkin berbohong apalagi berkhianat dalam Risalah dan Dakwah beliau. Beliaulah Nabi yang mendapat gelar Al Amiin (dipercaya), Ash Shoodiq (selalu jujur) dan Al Mashduuq (yang dibenarkan segala ucapannya). Shollallahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam.

Inilah ringkasan dari perjalanan Isra dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW yang kami nukil dengan ringkas dari kitab Al Anwaarul Bahiyyah dan Dzikrayaat wa Munaasabaat, keduanya karya Al Imam Al Muhaddits As Sayyid Muhammad bin Alawy al Maliky al Hasany RA, Mahaguru dari Al Ustadz al habib Sholeh bin Ahmad al Aydrus.

001. (Maha Suci) artinya memahasucikan (Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya) yaitu Nabi Muhammad saw. (pada suatu malam) lafal lailan dinashabkan karena menjadi zharaf. Arti lafal al-isra ialah melakukan perjalanan di malam hari; disebutkan untuk memberikan pengertian bahwa perjalanan yang dilakukan itu dalam waktu yang sedikit; oleh karenanya diungkapkan dalam bentuk nakirah untuk mengisyaratkan kepada pengertian itu (dari Masjidilharam ke Masjidilaksa) yakni Baitulmakdis; dinamakan Masjidil aksa mengingat tempatnya yang jauh dari Masjidilharam (yang telah Kami berkahi sekelilingnya) dengan banyaknya buah-buahan dan sungai-sungai (agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda Kami) yaitu sebagian daripada keajaiban-keajaiban kekuasaan Kami. (Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui) artinya yang mengetahui semua perkataan dan pekerjaan Nabi saw. Maka Dia melimpahkan nikmat-Nya kepadanya dengan memperjalankannya di suatu malam; di dalam perjalanan itu antara lain ia sempat berkumpul dengan para nabi; naik ke langit; melihat keajaiban-keajaiban alam malakut dan bermunajat langsung dengan Allah swt. Sehubungan dengan peristiwa ini Nabi saw. menceritakannya melalui sabdanya, "Aku diberi buraq; adalah seekor hewan yang berbulu putih; tingginya lebih dari keledai akan tetapi lebih pendek daripada bagal; bila ia terbang kaki depannya dapat mencapai batas pandangan matanva. Lalu aku menaikinya dan ia membawaku hingga sampai di Baitulmakdis. Kemudian aku tambatkan ia pada tempat penambatan yang biasa dipakai oleh para nabi.

Selanjutnya aku memasuki Masjidilaksa dan melakukan salat dua rakaat di dalamnya. Setelah itu aku keluar dari Masjidilaksa datanglah kepadaku malaikat Jibril seraya membawa dua buah cawan; yang satu berisikan khamar sedangkan yang lain berisikan susu. Aku memilih cawan yang berisikan susu, lalu malaikat Jibril berkata, 'Engkau telah memilih fitrah (yakni agama Islam).' Nabi saw. melanjutkan kisahnya, kemudian malaikat Jibril membawaku naik ke langit dunia (langit pertama), lalu malaikat Jibril mengetuk pintu langit; ditanyakan lagi kepadanya, 'Siapakah kamu?' Malaikat Jibril menjawab, 'Jibril.' Ditanyakan lagi kepadanya, 'Siapakah yang bersamamu itu?' Malaikat Jibril menjawab, 'Muhammad.' Ditanyakan lagi kepadanya, 'Apakah dia telah diutus untuk menemui-Nya?' Malaikat Jibril menjawab, 'Dia telah diutus untuk menemui-Nya.' Kemudian pintu langit pertama dibukakan bagi kami; tiba-tiba di situ aku bertemu dengan Nabi Adam. Nabi Adam menyambut kedatanganku, dan ia mendoakan kebaikan untukku. Kemudian malaikat Jibril membawaku naik ke langit yang kedua, malaikat Jibril mengetuk pintu langit yang kedua. Lalu ditanyakan kepadanya, 'Siapakah kamu?' Malaikat Jibril menjawab, 'Jibril.' Ditanyakan lagi kepadanya, 'Siapakah orang yang bersamamu itu?' Malaikat Jibril menjawab, 'Muhammad.' Ditanyakan lagi kepadanya, 'Apakah dia telah diutus untuk menghadap kepada-Nya?' Malaikat Jibril menjawab, 'Dia telah diutus untuk menemui-Nya.' Maka pintu langit yang kedua dibukakan bagi kami; tiba-tiba aku bertemu dengan dua orang anak bibiku, yaitu Nabi Yahya dan Nabi Isa.

Lalu keduanya menyambut kedatanganku, dan keduanya mendoakan kebaikan buatku. Kemudian malaikat Jibril membawaku naik ke langit yang ketiga, maka malaikat Jibril mengetuk pintu langit yang ketiga, lalu ditanyakan kepadanya, 'Siapakah kamu?' Malaikat Jibril menjawab, 'Jibril.' Ditanyakan lagi kepadanya, 'Siapakah orang yang bersamamu itu?' Malaikat Jibril menjawab, 'Muhammad.' Ditanyakan lagi kepadanya, 'Apakah dia telah diutus untuk menemui-Nya?' Malaikat Jibril menjawab, 'Dia telah diutus untuk menemui-Nya.' Maka dibukakanlah pintu langit ketiga bagi kami, tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi Yusuf; dan ternyata ia telah dianugerahi separuh daripada semua keelokan. Nabi Yusuf menyambut kedatanganku, lalu ia mendoakan kebaikan bagiku. Kemudian malaikat Jibril membawaku naik ke langit yang keempat, maka malaikat Jibril mengetuk pintu langit. Lalu ditanyakan kepadanya, 'Siapakah kamu?' Malaikat Jibril menjawab. 'Jibril.' Ditanyakan lagi kepadanya, 'Siapakah orang yang bersamamu itu?' Malaikat Jibril menjawab, 'Muhammad.' Ditanyakan lagi kepadanya, 'Apakah dia telah diutus untuk menemui-Nya?' Malaikat Jibril menjawab, 'Dia telah diutus untuk menemui-Nya.' Maka pintu langit yang keempat dibukakan bagi kami; tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi Idris, ia menyambut kedatanganku dan mendoakan kebaikan bagiku.

Kemudian malaikat Jibril membawaku ke langit yang kelima, lalu malaikat Jibril mengetuk pintu langit yang kelima, maka ditanyakan kepadanya, 'Siapakah kamu?' Malaikat Jibril menjawab, 'Jibril.' Dan ditanyakan lagi kepadanya, 'Siapakah orang yang bersamamu itu?' Malaikat Jibril menjawab, 'Muhammad.' Ditanyakan lagi kepadanya, 'Apakah dia telah diutus untuk menemui-Nya?' Malaikat Jibril menjawab, 'Dia telah diutus untuk menemui-Nya.' Lalu dibukakanlah pintu langit yang kelima bagi kami; tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi Harun, ia menyambut kedatanganku dan mendoakan kebaikan bagiku. Selanjutnya malaikat Jibril membawaku naik ke langit yang keenam, lalu ia mengetuk pintunva, ditanyakan kepadanya, 'Siapakah kamu?' Malaikat Jibril menjawab, 'Jibril.' Ditanyakan lagi kepadanya, 'Siapakah orang yang bersamamu itu?' Malaikat Jibril menjawab, 'Muhammad.' Ditanyakan lagi kepadanya, 'Apakah dia telah diutus untuk menemui-Nya?' Malaikat Jibril menjawab, 'Dia telah diutus untuk menemui-Nya.' Maka dibukakanlah pintu langit yang keenam buat kami, tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi Musa, lalu Nabi Musa menyambut kedatanganku, dan ia mendoakan kebaikan bagiku.

Kemudian malaikat Jibril membawaku naik ke langit yang ketujuh, lalu ia mengetuk pintunya. Ditanyakan kepadanya, 'Siapakah kamu?' Malaikat Jibril menjawab, 'Jibril.' Ditanyakan lagi kepadanya, 'Siapakah orang yang bersamamu itu?' Malaikat Jibril menjawab, 'Muhammad.' Ditanyakan lagi kepadanya, 'Apakah dia telah diutus untuk menemui-Nya?' Malaikat Jibril menjawab, 'Dia telah diutus untuk menemui-Nya.' Maka dibukakanlah pintu langit yang ketujuh bagi kami; tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi Ibrahim. Kedapatan ia bersandar pada Baitulmakmur.

Ternyata Baitulmakmur itu setiap harinya dimasuki oleh tujuh puluh ribu malaikat, yang selanjutnya mereka tidak kembali lagi padanya. Kemudian malaikat Jibril membawaku naik ke Sidratul Muntaha, kedapatan daun-daunnya bagaikan telinga-telinga

gajah dan buah-buahan bagaikan tempayan-tempayan yang besar. Ketika semuanya tertutup oleh nur Allah, semuanya menjadi berubah. Maka kala itu tidak ada seorang makhluk Allah pun yang dapat menggambarkan keindahannya.

Rasulullah saw. melanjutkan kisahnya, maka Allah mewahyukan kepadaku secara langsung, dan Dia telah (mewajibkan) kepadaku lima puluh kali salat untuk setiap hari. Setelah itu lalu aku turun hingga sampai ke tempat Nabi Musa (langit yang keenam). Maka Nabi Musa bertanya kepadaku, 'Apakah yang diwajibkan oleh Rabbmu atas umatmu?' Aku menjawab, 'Lima puluh kali salat untuk setiap harinya.' Nabi Musa berkata, 'Kembalilah kepada Rabbmu, lalu mintalah keringanan dari-Nya karena sesungguhnya umatmu niscava tidak akan kuat melaksanakannya; aku telah mencoba Bani Israel dan telah menguji mereka.' Rasulullah saw. melanjutkan kisahnya, maka aku kembali kepada Rabbku, lalu aku memohon, 'Wahai Rabbku, ringankanlah buat umatku.' Maka Allah meringankan lima waktu kepadaku.

Lalu aku kembali menemui Nabi Musa. Dan Nabi Musa bertanya, 'Apakah yang telah kamu lakukan?' Aku menjawab, 'Allah telah meringankan lima waktu kepadaku.' Maka Nabi Musa bertanya, 'Sesungguhnya umatmu niscaya tidak akan kuat melakukan hal tersebut, maka kembalilah lagi kepada Rabbmu dan mintalah keringanan buat umatmu kepada-Nya.' Rasulullah melanjutkan kisahnya, maka aku masih tetap mondar-mandir antara Rabbku dan Nabi Musa, dan Dia meringankan kepadaku lima waktu demi lima waktu. Hingga akhirnya Allah berfirman, 'Hai Muhammad, salat lima waktu itu untuk tiap sehari semalam; pada setiap salat (tafsir jalalain).

Selasa, 03 Mei 2016

HABIB ALI ALMASYHUR BIN MUHAMMAD BIN HAFIDZ


Dikisahkan oleh Al Habib Mundzir bin Fuad Al Musawwa.
Salah satu dari guru saya, Al Habib Ali Al Masyhur bin Hafizh beliau adalah mufti Tarim dan kakak guru mulia kita Al Habib Umar bin Muhammad bin Hafizh. Dimana ketika itu masih zaman perang maka sangat sulit untuk kita mendapatkan kendaraan, sehingga beliaulah yang datang kepada kita dengan kendaraannya untuk mengajar kita.

Ketika itu bulan Ramadhan, dimana kebiasaan orang-orang disini mereka pada pulang kampung, namun di Tarim pada bulan Ramadhan majelis ta’lim terus berjalan, bahkan di sore hari Idul Fitri atau Idul Adha mereka tetap mengadakan ta’lim.
Kemudian Al Habib Ali Al Masyhur menentukan akan diadakan ta’lim di bulan Ramadhan setiap jam 11.00 siang sampai 12.30 yang kebetulan waktu zhuhur ketika itu adalah jam 01.00 siang dan di waktu itu panas matahari sangat terik yang panasnya bisa mencapai 45 Celcius,
sehingga jika telur mentah dipendam di dalam tanah maka setelah 10 menit telur itu menjadi matang, disana ketika menjemur pakaian pun tidak berlalu waktu lama pakaian telah kering, sangat berbeda dengan tempat kita yang terkadang menjemur pakaian hingga 2 hari belum juga kering karena cuaca mendung.

Maka disaat itu Al Habib Ali Al Masyhur karena beliau memiliki mobil pribadi maka beliau yang datang ke tempat kita para santri, bukan justru kita yang datang ke tempat beliau.

Di suatu hari kita para santri telah berkumpul menunggu kedatangan beliau namun hingga jam 12.00 beliau belum juga datang, yang akhirnya pada jam 12.30 beliau datang, dengan wajah yang memerah dan penuh keringat beliau berkata : “Maafkan saya, maafkan saya karena mobil saya rusak sehingga saya harus berjalan kaki”. _

…..subhanallah. …….Beliau datang bukanlah untuk belajar akan tetapi untuk mengajar, namun beliau rela berjalan kaki dengan jarak kurang lebih 2 Km dan usia beliau yang sudah terbilang tua, padahal beliau bisa saja menghubungi kami dan meminta supaya santri saja yang datang ke tempat beliau sebab mobil beliau rusak, atau untuk saat itu ta’lim diliburkan dulu atau yang lainnya.
Namun beliau tidak melakukan hal tersebut, demikian indahnya akhlak guru-guru kita para ahlul ilm.

#semoga beliau di beri umur panjang dlm keadaan ta'at kpd Allah dan Rosulullah SAW.....Aamiin...
#smoga_manfaat

Minggu, 01 Mei 2016

Ketampanan Rosulullah

||Ummu Ma'bad lah yang paling jelas menceriatkan ketampanan, dan kesempurnaan rasulullah ﷺ

Sebelum saya menulis tentang Ummu Ma'bad, seorang wanita yang oleh Allah dianugrahi bertemu langsung kepada Nabi Muhammad ﷺ, hadits ini sebenarnya sangat masyhur, banyak diriwayatkan dalam kitab-hadits diantaranya Imam Hakim rahimahulLah dalam al-Mustadrak. Ketika meriwayatkan hadits ini beliau mengatakan hadits ini isnad-nya shahih akan tetapi syaikhani (Bukhari-Muslim) tidak meriwayatkannya.

Dari riwayatkan Hubaisy bin Khuwailid radliyalLahu 'anh. Rasulullah ﷺ keluar berhijrah dari Makkah ke-Madinah. Beliau ditemani beberapa sahabat diantaranya Abu Bakar & budak-nya yang bernama Amir bin Fahirah dengan penunjuk jalan Abdullah bin 'Uraiqith al-Laitsi. [Sebentar, perlu diketahui pada waktu itu Abdullah bin 'Uraiqith belum masuk islam]

Dalam perjalanan beliau ﷺ & rombongannya ini melewati & mampir semacam pekemahan, tidak lain perkemahan Ummu Ma'bad. Ummu Ma'bad adalah perempuan renta yang sudah berkeriput wajahnya yang duduk-duduk sendirian diperkemahannya waktu itu. Kemudian ia memberikan hidangan beberapa makanan & minuman. Setelah itu rombongan rasulullah ﷺ menanyakan daging & kurma untuk dibeli, akan tetapi mereka tidak mendapatkan apa yang ditanyakan.

Kemudian Rasulullah ﷺ melihat kambing yang berada tak jauh dari perkemahan. Beliau ﷺ bertanya "Apa yang bisa diperoleh dari kambing ini, wahai Ummu Ma'bad?" "Ini adalah kambing-tua yang ditinggalkan oleh pejantan-pejantannya" jawab Ummu Ma'bad. "Apakah kambing ini masih bisa diperoleh darinya air susu?" Tanya rasul ﷺ. "Wah, sangat tidak mungkin" jawab Ummu Ma'bad. "apakah boleh, sekiranya aku memeras susunya?" Tanya rasulullah ﷺ. "Demi bapak-ku, demi engkau, dan demi ibuk-ku, jika aku melihat engkau memerasnya, itu hal yang tidak mungkin" jawab Ummu Ma'bad.

Lalu rasulullah ﷺ menengadah mendoakan kebaikan pada kambing tersebut kepada Allah subhanaHu wata'ala, beliau mengusap kantong-susu kambing tersebut, beliau memuji keharibaan Allah subhanaHu wata'ala, lau berdoa kepada Allah subhanaHu wata'ala, dan benarsaja kambing tersebut memancarkan air susu dari kantungnya, hingga semua yang ada disitu puas meminum susu segar dari kambing kurus-kering itu. Bukan cuma itu, bahkan setelah semuanya puas kambing itu-pun masih memancarkan susu hingga air susu tersebut ditempatkan pada wadah-wadah miliki Ummu Ma'bad, kemudian rasulullah ﷺ & rombongan pamit melanjutkan perjalanan ke-Madianah al-Munawwarah.

Suami Ummu Ma'bad kemudian dari kepergiannya untuk beristirahat dengan lemas dan nampak sangat lapar, dan Ajaib. Begitu terkejutnya setelah melihat wadah-wadah yang berjajar dengan dipenuhi susu kambing. "Dari mana engkau mendapatkan ini semua wahai Ummu Ma'bad, padahal dirumah ini tidak ada kambing yang dapat mengeluarkan air susu?" tanya Abu Ma'bad kepada istrinya.

"Tidak" jawab Ummu Ma'bad, lalu ia meneruskan perkataannya: Demi Allah. Tadi ada pemuda yang diberkahi lewat disisni, ia demikian dan demikian (Ummu Ma'bad dengan isaratnya). "katakan kepadaku secara detail wahai Ummu Ma;bad?" Sahut Abu Ma'bad.

"Benar saja, aku benar-benar telah melihat sosok laki-laki yang wajahnya berseri, indah. Tampan. Akhalak-nya sangat terpuji, dengan perawakan yang tidak terlalu tinggi & tidak terlalu pendek, tidak terlalu gemuk & dan tidak terlalu kurus, sedang. Pandangannya tajam, tapi menghanyutkan siapa yang melihatnya. Tutur-sapanya serak-berwibawa [shahiil], Lehernya tegap, dan jenggotnya tebal [tidak panjang], kedua alisnya nampak melengkung-tebal, indah. Bila diam, beliau sangat tampak berwibawa, bila berbicara tampak ramah. Amat bagus dan elok dilihat dari kejauhan, amat tampan dipandang dari dekat. Manis tutur katanya, tidak sedikit bicaranya, tidak pula berlebihan, ucapannya bak untaian marjan, tak pula enggan mata memandangnya. Beliau bagai pertengahan antara dua dahan, beliau yang paling tampan dan paling mulia dari ketiga temannya yang lain. Beliau memiliki teman-teman yang mengelilinginya, bila berbicara, mereka mendengarkan ucapannya baik-baik, bila memerintahkan sesuatu, mereka dengan segera melayani dan menaati perintahnya. Beliau tak pernah bermuka masam dan tak bertele-tele ucapannya.”

Setelah mendengar cerita Istrinya Abu Ma'bad dengan mantap menimpalinya "Demi Allah, beliau pasti orang Quraisy yang sedang mereka cari-cari. Aku bertekad untuk menemaninya, dan sungguh aku akan melakukannya jika kudapatkan jalan untuk itu!”

Intaha. Ibnu Atsir ketika menyebutkan hijrah rasulullah ﷺ, kafir-quraisy telah mengepung kediaman rasulullah ﷺ akan tetapi ia tidak mendapati apapun diperistirahatan beliau ﷺ, kecuali Ali karramalLahu wajhah. Rasulullah ﷺ keluar dari kamar beliau dan tiada satupun kafir-quraisy yang mengepung kediaman beliau ﷺ melihat beliau keluar dari kamar. Beberapa riwayat mengatakan belau ﷺ menabur-naburkan debu sehingga atas ridla-izin Allah subhanaHu wata'ala mereka semua dikaburkan pandangannya.

Suasana begitu genting. Abu Bakar radliyalLahu wa ardlah ketika beliau ﷺ sampai dikediamannya diwaktu sebelum fajar, rasulullah ﷺ bersabda "Allah telah mengizinkan aku untuk berhijrah wahai Abu Bakar". "As-Shabah ya rasullalLah, as-Shabah ya rasullaLah" kata Abu Bakar radliyalLahu wa ardlah. Artinya. Perkenankan aku menemani engkau wahai rasulullah, perkenankan aku. Ibnu Atsir mengatakan Abu Bakar radliyalLahu 'anh ketika mengatakan ini sambil menangis. Kemudian berangkatlah Rasulullah ﷺ, Abu Bakar & budak beliau yang bernama Amir bin Fahirah dengan penunjuk jalan Abdullah bin 'Uraiqith al-Laitsi seperti yang sudah saya sampaikan diatas. [Lihat Tarikh Kamil III/ 5.]

__// Aduh. rasanya tangan ini ingin sekali mengetikkan lebih banyak dari ini tapi saya yakin ini sudah sangat panjang dan melelahkan pembaca. Sedikit Tambahan. Perlu diketahui Ibnu Atsir dalam Tarikh Kamil-nya. at-Thabrani dalam Mu'jam Kabir-nya. al-Hakim dalam Mustadrak-nya. Ibnu Hisyam dalam Sirah-nya. Semuanya menuturkan bahwa pada waktu itu, ketika Ummu Ma'bad menceritakan keagungan rasulullah ﷺ, di Makkah al-Mukarramah menggema suara dari langit [hatif], yang menyuarakan gubahan sair ini:
جزى الله ربُ الناسِ خيرَ جزائهِ * رفيقينِ خلا خيمتـَي أمِ مَعبَدِ
Allah telah Mencukupkan, yaitu Tuhan Yang Menitahkan Manusia dengan sebaik-baik Kecukupan-Nya.
Dengan dua teman yang singgah di perkemahan Ummu Ma'bad.
[Dan seterusnya..]

Wallahu a'lam, mohon maaf jika tulisan ini mengurangi ketakjuban anda kepada rasulullah ﷺ, dengan bahasa penulis yang sangat sederhana, harapan penulis tidak lain istirja'.., istirja'..., dan selalu istirja, minka syafa'ah. Wahai rasul..., mata yang buta ini tak mampu menatap indah setiap lekuk wajahmu.

YA ROSULULLOH
KHABIBIKAS SYAFIIL MUSYAFFAQ

MAHALNYA HIDAYAH


=======================

بسم الله الرحمن الرحيم  الحمد لله الذي انعمن علينا بنعمة الإيمان والإسلام.
Dengan nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Segala puji bagi Allah yang telah memberi kenikmatan Iman dan Islam kepada kita.

Renungkan Kisah Nyata ini dan Syukuri nikmatnya HIDAYAH IMAN dan ISLAM

Kisah Nyata ini pernah disampaikan oleh Habib Quraisy bin Qosim Baharun Cirebon, dari kisah perjalanannya tahun 1996 silam.
Semoga menjadi pelajaran berharga bagi kita, betapa berharganya iman dan Islam bagi kita.
Kala itu sebuah pesawat melintasi daratan benua Afrika, atmosfer dan lautannya beserta biosfernya yang rumit. Sayap pesewat nan kokoh melibas setiap awan yang ada dihadapannya. Penumpang pesawat duduk tenang di kursi empuk sambil menikmati sesuatu yang nyaman baginya sembari menunggu pesawat itu lending pada bandara tujuan selanjutnya.
Diantara penumpang pesawat itu ialah Habib Quraisy serta seorang ibu Tua berpakaian penutup jilbab disebelahnya.
Usia ibu Tua itu berkisar sekitar 65 atau 70 tahun.
Di dalam perjalanan ibu Tua itu menyapa Habib Quraisy dan menanyakan tempat tujuannya dengan berbahasa arab yang fasih.

“Kemana Anda akan pergi ?” Tanya Ibu Tua itu.

“Saya akan transit ke Yordan kemudian melanjutkan perjalanan ke Yaman”. Jawab Habib.

“Dimana asal Anda ?” Tanya ibu Tua itu kembali juga dengan bahasa arab yang sangat fasih. Habib jawab “Saya berasal dari Indonesia”..

Mengetahui Habib Quraisy orang Indonesia, sejurus ibu Tua mentranslate bahasanya dengan bahasa Indonesia. Padahal dari perbincangannya Ia mengetahui bahwa ibu Tua itu sendiri adalah wanita kelahiran Jerman dan warga Negara Jerman. Pada gilirannya ibu Tua itu lantas berbahasa Indonesia yang amat fasih pula. Lalu bertanya lagi..

“Adik di Indonesia dimana?”. Habib Quraisy katakan ; “Saya di Jawa”.

Tak ubahnya seperti mengetahui sesuatu, Ibu itu lantas merubah dialognya dengan menggunakan bahasa Jawa yang dialegnya sangat halus dan hampir-hampir Habib Quraisy tidak paham dan Ia katakan pada Ibu itu “Luar biasa, Ibunda begitu banyak menguasai bahasa sampai bahasa Indonesia dan Jawa sekalipun, padahal Anda orang Barat”. Ibu Tua itu hanya tersenyum bijak sambil berkata “Saya ‘Alhamdulillah’ menguasai sebelas bahasa dan duapuluh bahasa daerah”.

Silih waktu dari perbincangan Habib Quraisy bersama Ibu Tua itu mengarah kepada hal-hal yang berkaitan dengan agama. Wanita Tua itu mulai mengupas pembahasan Al Qur’an dengan indah dan mahirnya. Habib pun penasaran atas kehebatannya menjelaskan Al Qur’an dan bertanya “Apakah Ibunda hafal Al Qur’an ?” Beliau menjawab “Ya, saya telah menghafal Al Qur’an dan saya rasa tidak cukup hanya menghafal Al Quran sehingga saya berusaha menghapal Tafsir Jalalain dan saya pun hafal”.

Tidak sampai disitu saja, Ibu Tua itu melanjutkan bicaranya “Namun Al Qur’an harus bergandengan dengan hadist. Sehingga saya kemudian berupaya lagi menghafal hadist tentang hukum sehingga saya hafal kitab hadist Bulughul Marom di luar kepala”.

“Lantas saya masih belum merasa cukup, karena di dalam Islam bukan hanya ada halal dan haram tapi harus ada fadhailul amal, maka saya pilih kitab Riyadhus Sholihin untuk saya hafal dan saya hafal”. Kata Ibu itu menuturkan pendalamannya tentang Islam kepada Habib Quraisy.

Dan lagi Ibu itu kembali bertutur “Di sisi agama ada namanya tasawuf, maka saya cendrung pada tasawuf sehingga saya memilih kitab Ihya Ulumuddin dan sampai saat ini saya sudah 50 kali mengkhatamkan membacanya. Saking seringnya saya membaca Ihya Ulumuddin sampai-sampai Bab Ajaibul Qulub saya hafal di luar kepala”.

Habib Quraisy terperangah melihat kehebatan dan luar biasanya Ibu Tua itu. Namun karena tidak mau percaya begitu saja, Habib pun akhirnya mencoba mentest kebenaran perkataannya. Apakah benar Ia telah hafal Al Qur’an? Apakah benar Ia menguasai Tafsir Jalalain tentang asbabunnuzul dan qaul Ibnu Abbas? Setelah melalui beberapa pertanyaan. Ternyata memang benar Ibu itu hafal Al Qur’an bahkan Ia mampu menjawab tafsirnya dengan mahir dan piawai. Ketika Habib mengangkat permasalahan ihya mawat yang ada di dalam kitab Bulughul Maram Ibu Tua itu pun menjabarkannya cukup jelas. Ketika Habib membahas tentang hadist Riyadhus Sholihin maka Ibu Tua itu menyebutka sesuai apa yang disebutkan dalam kitab Dalailul Falihin sebagai syarah kitab hadist tersebut. Dan lagi Ia menjelaskan masalah hati psikologi berbasis kitab Ihya Ulumuddin pada pasal ajaibul qulub.

Kembali Habib dibuat heran akan kehebatan Ibu Tua itu dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Menurutnya, sejauh ini selain gurunya Habib belum pernah menemukan orang sekaliber Ibu yang ada duduk di sampingnya.

Pesawat mendarat lending di airport. Ketika pesawat itu sudah benar-benar berhenti para penumpang semuanya menyiapkan diri termasuk barangnya bawaannya menuruni pesawat. Begitu pula Ibu itu mengambil tasnya yang di ada di kabin, karena sudah merasa kenal Habib mencoba bantu mengambilkan tas itu dan menurunkan tiga tas ke lantai pesawat. Subhanallah… ketika Ibu itu menunduk untuk mengambil tas itu ternyata keluar dari bilik jilbabnya seutas kalung yang bertanda palang salib.

Seperti petir menyambar di siang bolong, Habib Quraisy menunduk dengan lemah. Ibu itu hanya tersenyum dan mengatakan “Akan saya jelaskan kepadamu nanti di hotel”.

Seperti katanya Habib akan transit dulu selama satu hari satu malam, pun Ibu Tua itu. Maka di ruang receptioner (ruang tunggu) Ia tunjukkan nomor kamarnya kepada Habib dan kemudian berjanji untuk bertemu di ruang lobi restaurant.

Sesuai kesepakatan keduanya akhirnya bertemu. Kepada Habib Quraisy Ibu itu mengatakan “Saya bukan orang Kristen, mengapa saya keluar dari Kristen ?… karena saya menganggap Kristen itu hanya dongeng belaka. Dan kalung ini bukan berarti saya Kristen, tapi kalung ini adalah pemberian almarhumah ibu saya”. Ibu Tua itu pun mengatakan bahwa Ia telah mempelajari beberapa agama, Kristen, Hindu juga Islam. Ia juga sempat mengungkapkan ketertarikannya mengenai keagungan yang ada di bilik wahyu Allah Swt dan hadits Nabi Muhammad SAW.

“Ibu apa agamanya sekarang ?” Habib bertanya.

Dia katakan “Saya tidak beragama”

“Seandainya Ibu masuk agama Islam, begitu membaca syahadat, ibu akan langsung mendapat titel kiyai haji”. Karena demikian luas ilmu yang ia miliki kata Habib. Ia menjawab “Mungkin karena saya belum dapat hidayah dari Allah”

Habib Quraisy sempat menetaskan air mata bersyukur kepada Allah SWT, bagaimana orang seperti dia yang sudah hafal Al Qur’an dan lain sebagainya belum Allah izinkan untuk beriman kepada-NYA. Sementara kita tanpa usaha apapun, telah dipilih oleh Allah SWT untuk menjadi seorang yang muslim.

Demikian kisah ajib ini.
Semoga yg membaca dan yang turut merilis kisah ini, dapat mengambil iktibar betapa bersyukurnya kita telah dianugrahkan iman. Semoga Iman, Islam kita semakin bertambah kuat sampai ajal menjemput, sehingga kita termasuk orang yang husnul khotimah

والله الموفق إلى أقوام الطريق
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Sabtu, 30 April 2016

Kisah Tiga Aulya Yang Diberi Pusaka Oleh Rasulullah SAW.

Pada kisaran abad ke-11 Hijriyah, berangkatlah tiga orang Ulama dan Wali dari kota Tarim menuju Madinah Al-Munawwarah dimana jasad suci Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi Wasallam bersemayam. Ketiganya adalah Habib Abdurrahman bin Mustafa Alaydrus (Shohib Mesir), Habib Syeikh bin Muhammad Al-Jufri dan Habib Abu Bakar bin Husein Bilfaqih (Shohib Aceh). Mereka sepakat untuk mengamalkan seluruh isi kitab Bidayatul Hidayah (milik Imam Ghazali) di depan makam Rasulullah hingga Rasulullah keluar menemui mereka. Selang beberapa waktu, keluarlah Rasulullah dari pusaranya, dan mereka dalam keadaan terjaga (bukan mimpi) waktu itu.
Kepada Habib Abdurrahman Alaydrus, Rasulullah memberi pusaka berupa kitab kecil berwarna putih dan memerintahkannya untuk berdakwah ke negeri Mesir. Rasulullah berpesan apabila beliau mendapati suatu permasalahan agama yang tidak ditemukan jawabannya, maka bukalah kitab itu, semua jawaban rahasia ilmu agama ada disana. Satu waktu ketika seorang Qadhi (hakim) di Mesir mengadakan jamuan makan atas pernikahan anaknya, ia membagi tempat menjadi dua; Satu untuk kalangan khusus (Ulama dan Umaro) dan satu untuk kalangan awam. Habib Abdurrahman yang berpenampilan sederhana kemudian diarahkan ke tempat orang-orang awam.
Ketika masuk waktu shalat, sang hakim berkata, “Tidak ada yang berhak menjadi imam kecuali ia yang menyebutkan 400 Sunnah dalam shalat.” Pada saat itu banyak Ulama yang hadir, namun tak ada satu pun mereka yang mampu menyebutkan 100 saja Sunnah-sunnah dalam shalat. Hingga akhirnya majulah Habib Abdurrahman yang mampu menyebutkan 400 lebih Sunnah-sunnah dalam shalat, semuanya beliau dapati dalam kitab putih yang diberikan Rasulullah tersebut. Beliau pun diangkat sebagai imam dan sejak saat itu keilmuannya dikenal luas di Mesir.
Adapun pemberian Rasulullah untuk Habib Syeikh bin Muhammad Al-Jufri adalah pusaka berupa piring yang mana dari piring tersebut keluar makanan sebanyak yang dibutuhkan orang tanpa pernah habis. Sedangkan kepada Habib Abu Bakar bin Husein Bilfaqih, Rasulullah memberinya sebuah tongkat yang jika dipukulkan ke tanah, keluarlah harta yang dibutuhkan.
(Dinukil dari buku “Sepucuk Surat Cinta Untuk Anak Cucu Fatimah Az-Zahra” jilid I hal. 126-127 karya Sayyid Mustafa bin Idrus Al-Khirid)

ASAL KATA 'BAHLUL'

"Bahlul" adalah kata yang biasa kita gunakan untuk mensifati orang yang bodoh, tapi dari mana asal kata itu.....?

Dikisahkan, sesungguhnya BAHLUL seorang yang dikenal sebagai orang gila di zaman Raja Harun Al-Rasyid (Dinasti Abbasiyah).

Pada suatu hari Harun Al-Rasyid lewat di pekuburan, dilihatnya Bahlul sedang duduk disana.

Berkata Harun Al-Rasyid kepadanya :

"Wahai Bahlul, bilakah kamu akan berakal.. ?",

Mendengar itu Bahlul beranjak dari tempatnya dan naik keatas pohon, lalu dia memanggil Harun Al-Rasyid dengan sekuat suaranya dari atas pohon,

" Wahai Harun yang gila, bilakah engkau akan sedar....? ",

Maka Harun Al-Rasyid menghampiri pohon dengan menunggangi kudanya dan berkata : "Siapa yang gila, aku atau engkau yg selalu duduk dikuburan....?".

Bahlul berkata :

"Aku berakal dan engkau yang gila",

Harun : "Bagaimana itu bisa...?",

Bahlul : "Karena aku tau bahwa istanamu akan hancur dan kuburan ini akan tetap ada, maka aku memakmurkan kubur sebelum istana, dan engkau memakmurkan istanamu dan menghancurkan kuburmu, sampai- sampai engkau takut untuk dipindahkan dari istanamu ke kuburanmu, padahal engkau tahu bahwa kamu pasti masuk dalam kubur, maka katakan wahai Harun siapa yang gila di antara kita...?".

Bergetarlah hati Harun, lalu menangis dengan tangisan yang sampai membasahi jenggotnya, lalu Harun berkata : "Demi ALLAH engkau yang benar, Tambahkan nasehatmu untukku wahai Bahlul".

Bahlul : "Cukup bagimu Al-Qur'an maka jadikanlah pedoman".

Harun : "Apa engkau memiliki permintaan wahai Bahlul....? Aku akan penuhi".

Bahlul : "Iya aku punya 3 permintaan, jika engkau penuhi aku akan berterima kasih padamu".

Harun : "mintalah..."

Bahlul : 1. "Tambahkan umurku".

Harun : "Aku tak mampu",

Bahlul: 2. "Jaga aku dari Malaikat maut".

Harun : "Aku tak mampu",

Bahlul: 3. "Masukkan aku kedalam surga dan jauhkan aku dari api Neraka".

Harun : "Aku tak mampu".

Bahlul : "Ketahuilah bahwa engkau dimiliki (seorang hamba) dan bukan pemilik (Tuhan), maka aku tidak perlu padamu".

*Kisah ini dikutip dari kitab yang berjudul عقلاء ﺍﻟﻤﺠﺎﻧﻴﻦ "Orang-orang Gila Yang Berakal"

Tetapi kita menggunakan perkataan BAHLUL untuk mengatakan seseorang itu bodoh sedangkan ia adalah merupakan nama Ulama yang hebat.

Kamis, 28 April 2016

RASULULLAH SAW. MENGIRINGI KEWAFATAN HABIB ALI KWITANG


Detik-detik Kewafatan Al-Habib Ali bin Abdurrahman
Al-Habsyi (Kwitang)

Al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi
(Habib Ali Kwitang) sebelum akhir hayatnya
pada tahun 1968 mengalami pingsan selama
kurang lebih 40 hari. Beliau hanya berbaring di
tempat tidurnya tanpa sadarkan diri. Dalam
keadaan itu beliau senantiasa disuapi air
zamzam oleh putranya sebagai pengganti
makanan yang masuk ke dalam tubuhnya.
40 hari kemudian, akhirnya Habib Ali al-
Habsyi mulai sadar. Dipanggillah putranya: “Ya
Muhammad, antar Abah ke hammam (kamar mandi) untuk
bersih-bersih diri.”
Mendengar ucapan ayahandanya seperti
itu, Habib Muhammad merasa sangat senang
karena ayahnya sudah berangsur sembuh.
Diantarlah ayahnya oleh Habib Muhammad ke
kamar mandi untuk bersih-bersih diri.
Usai Habib Ali al-Habsyi mandi dan
berwudhu, beliau duduk di tempat tidurnya dan
meminta dipakaikan pakaian kebesarannya yaitu
jubah, imamah dan rida’nya. Lalu beliau
meminta putranya untuk membacakan qashidah
“ Jadad Sulaima ” yang menjadi kegemaran beliau.
Qashidah tersebut adalah karangan guru beliau,
yaitu al-Habib Ali bin Muhammad al-Habsyi
(Shahib Simthud Durar). “Ya Muhammad, aku lihat
Rasulullah sudah hadir. Bacalah qashidah Jadad Sulaima.
Lekaslah baca, ayo Bismillah!”
Mendengar ucapan ayahnya, segera
Habib Muhammad membacakan qashidah
tersebut sambil menangis dan tidak mampu
menyelesaikan qashidah tersebut. Akhirnya yang
melanjutkan qashidahnya adalah Habib Husein
bin Thaha al-Haddad (ayah dari Kak Diding al-
Haddad).
Setelah selesai pembacaan qashidah
tersebut, Habib Ali al-Habsyi berkata: “Ya
Muhammad, hari apakah ini?”
Habib Muhammad menjawab: “Hari Ahad
ya Abah. Jamaah sudah penuh hadir di Majelis.”
Kemudian Habib Ali al-Habsyi kembali
berkata: “Ya Muhammad, kirimkan salamku pada
seluruh jamaah. Dan pintakan maaf atas diriku pada
seluruh jamaah. Pintakan maaf untukku pada mereka.
Sesungguhnya diri ini tidak lama lagi, karena sudah datang
Rasulullah dan datuk-datuk kita.”
Dengan perasaan sedih yang mendalam,
Habib Muhammad pun akhirnya menyampaikan
pesan ayahnya pada semua jamaah yang hadir di
Majelis Ta’lim Kwitang hari Minggu pagi itu.
Tidak lama setelah itu, Habib Ali bin
Abdurrahman al-Habsyi menghembuskan
nafasnya yang terakhir. Sebelum wafatnya,
beliau mengajak kepada yang berada di
sekitarnya untuk membaca talqin dzikir “ La Ilaha
Illallah”.
Semua yang hadir, termasuk Habib Ali
bin Husein Alattas (Habib Ali Bungur), Habib
Salim bin Ahmad bin Jindan, dan para keluarga
mengikuti ucapan Habib Ali al-Habsyi yang
semakin lama semakin perlahan hingga
hembusan nafasnya yang terakhir kali.
Akhirnya al-Habib Ali al-Habsyi wafat di
pangkuan al-Habib Ali bin Husein Alattas dalam
keadaan berpakaian kebesarannya. Al-Habib Ali
bin Abdurrahman al-Habsyi lahir di Jakarta pada
hari Ahad 20 Jumadil Ula 1286 H/20 April 1870
M, dan wafat hari Ahad 20 Rajab 1388 H/13

Kamis, 21 April 2016

UANG YANG TIDAK HABIS-HABISNYA DIAMBIL DARI KANTONG BAJU BELIAU YANG KOSONG"

Pada suatu hari...Datang rombongan para Habaib dari berbagai daerah ke Kalimantan Selatan, tepatnya ke kediaman KH. Muhammad Zaini bin Abdul Ghani Al-Banjari ( Abah Guru Sekumpul )
Sudah tradisi beliau untuk memuliakan tamu-tamu. Abah Guru apabila menerima tamu dari luar daerah, apalagi para Habaib, maka Abah Guru Sekumpul akan meminta tamu tersebut untuk menginap beberapa hari di kediaman beliau...
Beliau sendiri yang turun tangan untuk melayani para tamu tersebut, istilah "tamu adalah Raja" sangat terlihat dari sikap dan perilaku Abah Guru Sekumpul terhadap para tamu-tamu beliau..
Sampai pada akhirnya rombongan para Habaib itu akan pulang...Maka bergantianlah Abah Guru sekumpul menyalami satu persatu para Habaib tersebut yang jumlahnya puluhan orang...
Tapi ada yang aneh...
Sambil Abah Guru bersalaman dengan satu persatu dari para Habaib tersebut, sambil Abah Guru mengambil uang dari kantong baju beliau...dan memasukkan uang tersebut ke kantong baju satu persatu para Habaib tersebut..
Al-Habib Mukshin bin Al-Habib Agil bin Syahab yang berdiri didekat Abah Guru Sekumpul saat itu sangat mengetahui, bahwa dikantong baju Abah Guru tidak ada apa-apa...( kantong baju beliau kosong, dan tidak terlihat mengembung oleh jumlah uang yang banyak )
Sampai selesai semua para Habaib itu disalami oleh Abah Guru Sekumpul yang jumlahnya puluhan tersebut, terus-terusan Abah Guru juga mengambil uang dari kantong baju beliau, yang seperti tidak ada habisnya untuk beliau berikan kepada satu persatu dari mereka ( para Habaib tersebut )
Tidak terasa, selesai Abah Guru menyalami dan memberikan uang tersebut kepada seluruh Habaib yang jumlahnya puluhan orang tersebut...
Lalu mendekat Habib Mukhsin muda kepada Abah Guru...
Berkata Abah Guru Sekumpul kepada Al-Habib Mukshin :
"Behehinip aja nyawa Mukhsin ae" ( maksud Abah Guru, ngga usah terkejut. diam saja kalonya tau )
Subhanallah...!
Sumber : IG_Habib Mukhsin bin Habib Agil bin Syahab

Selasa, 05 April 2016

Biografi Lengkap Habib Abdullah bin Abdul Qadir Bilfaqih

Habib Abdullah bin Abdul Qadir bin Ahmad Balfaqih al-Alawi - Dalam artikel khusus kami yang menjelaskan tentang Gelar bagi Para Ahli hadits, admin majelis walisongo telah sedikit menyinggung diantara sedikit dari ulama dunia khususnya Indonesia yang telah mencapai gelar al-Hafidz. Adapun yang berasal dari Indonesia salah satunya adalah habib Abdullah bin Abdul Qadir bin Ahmad Balfaqih al-Alawi yang dikenal sebagai ahli hadits dari Malang, Indonesia, dan telah mencapai derajat al-Hafidz. Pada kesempatan kali ini kami akan sedikit mengulas sosok ahli hadist terkemuka ini dengan harapan kita dapat lebih mampu meneladani para ulama sebagai pewaris nabi dan mampu mengambil berkah dari mutiara kehidupan mereka  yang begitu berkilauan.
Habib Abdullah lahir pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun 1355 hijriyah atau bertepatan dengan tanggal 1 Juni tahun 1936 masehi. Beliau merupakan putra dari seorang ulama besar dan waliyullah agung yaitu al-Imam al-Quthb al-Habr al-Habib Abdul Qadir bin Ahmad Balfaqih. Ibunda beliau bernama Syarifah Ummi Hani binti Abdullah bin Agil. Beliau lahir di kota Surabaya Jawa Timur. Beliau merupakan keturunan Rasulullah dari marga Bilfaqih.
Waliyullah Sayyidina Al-Imam Abdurrahman bin Muhammad Bil Faqih merupakan ulama besar dari Tarim Hadramaut. Beliau dikaruniai dua orang anak, yaitu Husein dan Ahmad.  Beliau meninggal di Tarim pada tahun 966 hijriyah. (Baca: Biografi Lengkap KH. Tubagus Muhammad Falak Bogor).
Marga Bilfaqih
Marga Bilfaqih sendiri merupakan marga keturunan Waliyullah Agung Sayyidina Al-Imam Abdurrahman bin Muhammad bin Abdurrahman Al-Asgok bin Abdullah bin Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Ahmad bin Muhammad Al-Faqih Al-Muqaddam. Dikatakan bilfaqih karena beliau merupakan ulama besar yang menguasai ulumuddin khususnya ilmu fiqih dan syariat dan beliau merupakan ulama serta wali besar di masanya.
Sebelum kita jauh mengulas sosok Habib Abdullah Bilaqih ini, saya akan sedikit mengulas mengenai sosok sang ayah, yang juga merupakan ulama besar ahli hadits terkemuka.
Sang Ayah: Habib Abdul Qadir Bilfaqih
Sang ayah yang bernama Habib Abdul Qadir Balfaqih merupakan seorang ulama besar kelahiran Yaman, tepatnya di kota Tarim, Hadramaut, yaman. Beliau lahir pada hari selasa bertepatan dengan tanggal 15 safar tahun 1316 hijriyah atau bertepatan dengan tahun 1896 masehi. Pada saat kelahiran beliau, seorang ulama besar yang bernama Habib Syaikhan bin Hasyim As-Segaf bermimpi bertemu dengan Sulthanul Auliya Sayyidina Asy-Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani. Dalam mimpi tersebut, Syaikh Abdul Qadir al-Jailani menitipkan kitab suci al-Quran al-Adzim kepada Maulana Habib Syaikhan bin Hasyim Assegaf sambil berwasiat agar al-Quran itu diberikan kepada habib Ahmad bin Muhammad Bilfaqih, ayah dari Habib Abqul Qadir Bilfaqih. Akhirnya, pada pagi harinya  beliau pun pergi menemui Habib Ahmad dan menceritakan mimpi tersebut. Setelah mendengar penuturan dari Habib Syaikhan, Habib Ahmad pun berkata, "Alhamdulillah malam tadi Allah ta'ala telah menganugerahiku seorang putra, dan itulah takwil dari mimpimu bertemu dengan Syaikh Abdul Qadir al-Jailani yang telah menitipkan al-Quran dan mewasiatkan agar menyampaikannya kepadaku. Karenanya, putraku ini akan kuberi nama Abdul Qadir, dan aku berharap semoga Allah memberikan nama, maqam, dan kewalianNya Syaikh Abdul Qadir al-Jailani. Demikianlah, singkat cerita, Habib Abdul Qadir menjadi seorang ulama besar khususnya dalam bidang hadist
Habib Abdullah bin Abdul Qadir Bilfaqih: Bak Pinang Dibelah Dua
Habib Abdul Qadir Bilfaqih yang merupakan seorang ulama besar ahli hadits dan ilmu keislaman lainnya memiliki putra yang juga mengikuti jejaknya, sebagai ulama besar dan pendidik yang sangat mumpuni, yaitu Habib Abdullah bin Abdul Qadir Bilfaqih. Ibarat Pinang di belah dua, antara ayah dengan anak sama-sama memiliki kualitas yang sangat tinggi dan mumpuni dalam bidang hadits.
Habib Abdullah Bilfaqih Muhadits Abad ini
Sejak awal Habib Abdul Qadir Bilfaqih memang mengharapkan sang anak, Habib Abdullah, menjadi seorang ulama besar khususnya dalam bidang hadist. Harapan itu tak sekedar harapan kosong tanpa ikhtiar. Namun harapan tersebut berusaha beliau wujudkan dengan memperbanyak diri beribadah, berdoa dan bertakwa kepada Allah. Beliau dengan penuh perhatian dan kasih sayang juga sangat memperhatikan pendidikan habib Abdullah secara ketat, sehingga beliau dengan izin Allah mendapatkan apa yang beliau harapkan tersebut.
Sebagai salah satu bukti bahwa Habib Abdul Qadir memang sangat mengharapkan keulamaan sang anak yaitu cerita ketika beliau beribadah menunaikan ibadah haji ke Baitullah, Habib Abdul Qadir menyempatkan diri secara khusus untuk berziarah ke makam Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Di sana beliau secara khusus memanjatkan doa kepada Allah ta'ala agar dikaruniai putra yang dapat melanjutkan perjuangan beliau dalam mendidik umat, menjadi seorang ulama besar dan seorang ahli hadits yang sangat mumpuni di bidangnya. Dan doa beliau ternyata sudah mulai nampak dikabulkan oleh Allah ketika beberapa bulan kemudian, tepatnya pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun 1355 hijriyah atau tahun 1935 masehi, beliau dikaruniai seorang putra yang kemudian bernama Abdullah. (Baca: Biografi Lengkap Tuan Guru Sekumpul Martapura).
Kesempatan mendapatkan karunia besar berupa seorang putra tidak beliau sia-siakan begitu saja. Habib Abdul Qadir dengan penuh kasih sayang dan perhatian, mencurahkan segala ikhtiar upaya untuk mendidik putranya tersebut, habib Abdullah. Dan pada akhirnya upaya beliau tidaklah sia-sia. Habib Abdullah tumbuh menjadi seorang ulama yang sangat mumpuni. Bahkan ketika baru berusia tujuh tahun, habib Abdullah bin Abdul Qadir Bilfaqih telah mampu menghafal keseluruhan al-Quran dengan sangat baik dan lancar. Tentu saja prestaasi yang demikian itu bukanlah sesuatu yang kebetulan semata. Namun kesemuanya itu merupakan buah dari kesungguhan dalam memberikan tarbiyah yang terbaik dari orang tua kepada anaknya yang sangat diharapkannya itu.
Ketika beranjak dewasa, Habib Abdullah mengenyam pendidikan di Lembaga Pendidikan at-Taroqi, dari MI hingga MTs, tepatnya di kota Malang. Setelah itu beliau melanjutkan ke Madrasah Aliyah di Ponpes Darul Hadits Al-Faqihiyah li Ahlissunnah Wal Jama'ah. Lembaga pendidikan itu sendiri merupakan lembaga pendidikan yang dibangun oleh Habib Abdul Qadir. Selain berguru secara khusus kepada ayahandanya, habib Abdullah juga berguru kepada Habib Ali Bungur, seorang ulama besar di masanya.
Selain mumpuni dalam bidang al-Quran, Habib Abdullah juga sangat mumpuni dalam bidang hadits, dan beliau merupakan salah satu ahli hadits dari Indonesia yang bergelar al-Hafidz. Sejak kecil beliau telah memulai menghafal hadits, memperdalam ilmu musthalahul Hadits atau ilmu yang mempelajari hal ihwal hadits beserta perawinya, seperti rijalul hadits, ilmu tentang perawi hadits, ilmu jahr ta'dil atau ilmu tentang kriteria hadits yang dapat diterima, dan ilmu lainnya. Beliau juga mempelajari kitab-kitab Taqribut tahdzib karya Al-Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani, seorang imam besar ahli hadits abad pertengahan, dan juga beliau belajar kitab Mizanut Ta'dil karya Al-Hafidz Adz-Dzahabi.
Kesungguhan Habib Abdullah dalam belajar ini telah membuahkan hasil yang gemilang. Pada usia yang masih sangat muda beliau telah hafal dua kitab hadits terkenal, yaitu Kitab shahih Bukhari dan kitab Shahih Muslim, lengkap dengan isnad dan silsilahnya. Selain itu pula beliau beliau juga menguasai kitab Induk hadits atau Ummahatus Sitt, seperti Sunan Abu Dawud, Sunan Tirmidzi, Musnad Syafi'i, Muwatha' karya Imam Malik, Musnad Imam Ahmad, Al-Ma'ajim ats-Tsalats karya Abul Qasim At-Thabrani, An-Nawadirul Usul karya Imam Hakim At-Turmudzi dan lain sebagainya.
Selain sangat mumpuni dalam bidang ulumul hadits, beliau juga sangat mumpuni dalam bidang fiqih dan terutama sekali tasawuf. Dalam bidang fiqih sendiri, beliau memperdalam ilmu tersebut dari ayahandanya langsung. Beliau mempelajari fiqih empat madzhab yang terkenal di dunia islam, yaitu Madzhab Syafi'i, Hanafi, Maliki dan Hanbali. Beliau juga melalap habis kitab-kitab fiqih seperti Al-Muhadzdzab karya Imam Nawawi, Fatawa Ramli, Fatawa Ibnu Hajar dan kitab-kitab fiqih lainnya. (Baca: Macam-Macam Gelar Ahli Hadits).
Suatu ketika Habib Abdul Qadir pernah berkata tentang putranya tersebut, "Aku telah mewariskan kepada putera ku ini empat puluh satu cabang ilmu agama."
Pasca wafatnya sang ayahanda tercinta, Habib Abdullah bin Abdul Qadir secara otomatis menjadi penerus sang ayah, menjadi pengasuh pesantren sekaligus pendidik. Beliau menjabat seabrek jabatan, mulai dari menjabat direktur Lembaga Pesantren Darul Hadits Malang, beliau juga memegang jabatan lainnya, seperti menjadi dosen mata kuliah tafsir dan hadits di IAIN dan IKIP Malang, mufti Lajnah Ifta Syari'i, penasihat menteri koordinator kesejahteraan rakyat, mursyid thariqah Al-Alawiyah Al-Mu'tabarah dan jabatan lainnya. Beliau juga berhasil mendapatkan gelar doktor dan hingga guru besar atau profesor. Gelar Doktor Honoriscausa dalam bidang ulumu hadits beliau dapatkan dari Al-Azhar, Cairo, Mesir, sedangkan gelar Profesor HC beliau dapatkan dari Al-Jama'ah, Lahore, Pakistan, serta dari Darunnadwah, Locnow, India, pada tahun 1970 masehi.
Sebagai seorang ulama besar, Habib Abdullah dikenal sebagai sosok yang sangat penyayang namun juga sangat tegas, khususnya dalam menyikapi masalah hukum-hukum agama. Apabila beliau menilai suatu masalah sebagai sesuatu yang benar, maka dengan tegas beliau mengatakan hal itu sebagai sesuatu yang benar, sebaliknya apabila dinilai sebagai sesuatu yang salah maka beliau juga dengan tegas mengatakannya salah. Haq beliau katakan haq, bathil beliau katakan bathil. 
Selain sebagai ulama yang senantiasa berdakwah melalui ceramah, beliau juga sangat produktif dalam menulis. Diantara tulisan beliau telah dimuat dalam media cetak seperti Surabaya Pos, Harian Merdeka, Bhirawa, Pelita, Berita Buana, Karya Dharma, Berita Yudha dan lain sebagainya. Beliau juga produktif menulis untuk media luar negeri, semisal Al-Manhaj dari Arab Saudi, Al-Liwaul Islami dari Mesir, Al-Madinatul Munawwarah dari Madinah, Al-Arabi dari Makkah, Rabithah Alam Al-Islami dari Makkah, At-Tadhammun dari Mesir, dan lain sebagainya.
Akhirnya, sebagai manusia biasa Habib Abdullah pun harus ikhlas mendapatkan jatah umur yang telah ditetapkan oleh Allah. Setelah mengabdi kepada umat dengan tulus ikhlas dan dengan pengabdian yang amat besar, beliau akhirnya dipanggil oleh Allah dengan panggilan penuh kasih sayang. Beliau wafat pada usia 56 tahun, tepatnya pada hari sabtu tanggal 24 Rabiul Awal tahun 1411 hijriyah atau tanggal 30 November tahun 1991 masehi.
Dituturkan oleh Maulana Al-Habib Seggaf bin al-Qutb Al-Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf, bahwa 3 hari sebelum kewafatan Habib Abdullah, Habib Abdullah sempat menghubunginya dan berpesa agar hadir pada hari ahad tanggal 30 November 1991 atau hari kewafatan Habib Abdullah. Dalam kesempatan itu pula beliau juga sempat menitipkan puetara putri beliau kepada habib Segaf. Sebelum wafat, habib Abdullah menarik nafas panjang dan tiba-tiba mengucapkan Ya Allaah... Setelah itu beliau wafat dan meninggalkan umat untuk selamanya. 
Habib Abdullah Bilfaqih Malang
Habib Abdullah wafat dengan meninggalkan lima orang putera puteri, yaitu Habib Abdul Qadir, Habib Muhammad, Habib Abdurrahman, dan dua orang puteri yang masing-masing dinikahi oleh habib Soleh bin Ahmad Al-Idrus dan Habib Ahmad bin Usman Al-Idrus.
Setelah dishalatkan oleh ribuan pelayat di masjid Jami' Malang, beliau pun dimakamkan di samping ayah handanya, di pemakaman Kasin, Malang, Jawa Timur, Indonesia. Umat Islam nusantara tentu saja merasa sangat kehilangan ulama sebesar beliau, karena beliau mampu menjadi seorang ahli hadits besar yang pada zaman ini sangat jarang sekali di temui. Selain itu beliau telah mampu memancarkan nur islam sebagai agama yang rahmatan lil alamin sehingga tersiarnya islam melalui tangan mulia beliau menjadi satu pemantik yang mampu menyinarkan islam yang seolah-olah sudah meredup di negeri tercinta ini. Dan para murid beliau hingga kini pun bahu membahu meneruskan perjuangan mulia beliau, dan semoga dengan ke-Mahamurahan Allah, beliau mendapatkan derajat tinggi di sisiNya, bersama dengan datuk beliau, Sayyiduna Wa Maulana Muhammad Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. aamiin
Nasab Habib Abdullah Bin Abdul Qadir Bilfaqih Malang
Berikut ini merupakan nasab dari Sayyiduna wa Maulana Al-Imam Al-Habib Abdullah bin Abdul Qadir Bilfaqih Malang, beliau putra Maulanal Imam Al-Habr Al-Quthb Al-Habib Abdul Qadir BilFaqih, putra Maulanal Imam Al-Habib Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Alwi bin Abdullah bin Umar bin Ahmad bin Abdurrahman bin Muhammad Al-Faqih bin Abdurrahman bin Abdullah bin Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Muhammad Al-Faqih Al-Muqaddam bin Ali bin Muhammad Shahib Marbath bin Ali Khala' Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa An-Naqib bin Ali Al-Uraidhi bin Ja'far Ash-Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husein bin Ali bin Abi Thalib suami dari Sayyidatuna Fatimah Az-Zahra, putri dari Sayyiduna Wa Maulana Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam
Silsilah Thariqah Alawiyah Habib Abdullah Bin Abdul Qadir Bilfaqih Malang
Adapun sanad thariqah alawiyah beliau yaitu sama silsilahnya sebagaimana di atas hingga sampai kepada Sayyiduna Al-Imam Al-Faqih Al-Muaqaadam Al-Habib Muhammad bin Ali Ba'alawi Radhiyallahu anhu, dari Syaikh Abu madyan bin Syuaib bin Al-Husain dari Syaikh Nuruddin Ali bin Chizihim dari Syaikh Abu Bakar Muhammad bin Abdullah Al-Ma'arifi bin Sayikh Abdul Malik atau Imam haramain dari Syaikh Abdullah bin Yusuf Al-Juwaini dari Syaikh Abu Thalib Muhammad bin Ali Al-Makki dari Syaikh Abu Bakar Dullaf bin Juhdur As-Subly dari Syaikh Abul Qasim Al-Junaid bin Muhammad Al-Baghdadi dari Syaikh Abul Hasan Sari As-Siqthi dari Syaikh Abu Mahfudz Ma'ruf Al-Karkhi dari Syaikh Abu Sulaiman Dawud bin Nushoir At-Tho'i dari Syaikh Abu Muhammad Habib bin Hasan Al-Bashri dari Sayyiduna Wa Imamuna Ali bin Abu Thalib Karramallaahu Wajhah dari Sayyiduna Rasulillah Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam
Karya Tulis Habib Abdullah Bin Abdul Qadir Bilfaqih Malang
Berikut ini beberapa karya beliau:
Mengapa umat islam menerima Pancasila ?
Siapakah Ahlussunnah Wal jamaah ?
Islam dan Tanda-tandanya, Iman serta Bagian-bagiannya
Majmuatul Fatawa Wal-Buhuts al-Islamiyah
Al-Mulhah
Irghamul Balid fi Ahkamil Ijtihadi Wa Taqlid
Tanwirul Ghayahib
Fatwa Malid
Al-Qaulurrasyiin Fi Adillatittalqin
Serangkum Khutbah
Isra' Mi'raj Nabi Muhammad Saw Perlambang Keagungan Ilahi (Tulisan Artikel beliau yang dimuat di harian Bhirawa pada hari Selasa 16 April 1985 masehi)
Puasa Merupakan Mental Training dan Pendidikan (Tulisan yang dimuat di harian angkatan baru pada hari kamis 5 november 1970
Hijrah adalah Kunci Sukses Bagi Pembangunan Moril dan Materiil (Salinan naskah pidato Habib Abdullah yang ditayangkan secara regional di RRI Surabaya pada 15 Februari tahun 1972 masehi, dalam menyambut tahun baru hijriyah 1392 hijriyah).
dan lain sebagainya
Santri-santri Habib Abdullah bin Abdul Qadir Bilfaqih
Habib Abdullah memiliki ribuan santri, diantaranya yaitu:
Habib Ahmad al-Habsy pengasuh ponpes Ar-Riyadh palembang
Habib Muhammad Ba'abud Pengasuh Ponpes Darun Nasyi'in Malang
Habib Syaikh bin Ali Al-Jufri Pengasuh Ponpes Al-Khairat Jakarta Timur
KH. Alawy Muhammad Pengasuh Ponpes At-Taroqi Sampang, Madura
Prof. Dr. Quraisy Shihab
Prof. Dr. Alwi Shihab
dan lain sebagainya
sumber : http://www.majeliswalisongo.com

Kisah Teladan Al-Habib Ali bin Abdurrahman Al- Habsyi Kwitang

Dahulu dimasa al-Habib Ali al-Habsyi Kwitang masih hidup, ada seseorang yang sangat membencinya & orang itu tinggal di Kwitang.
Kelakuan orang itu terhadap al-Habib Ali al- Habsyi sunggah tidak terpuji. Bila lewat dihadapannya dengan sengaja meludah di depan al- Habib Ali al-Habsyi, sampai-sampai membuat marah para murid al-Habib Ali al-Habsyi.
Hingga suatu saat, al-Habib Ali al-Habsyi memberikan jatah sembako berupa beras kepada orang itu. Dengan memanggil muridnya, al-Habib Ali al-Habsyi memerintahkan agar beras itu diberikan kepada orang itu. Hal ini membuat bertanya-tanya sang murid. Namun belum sempat ditanyakan, al-Habib Ali al-Habsyi berkata: Berikan ini, tapi jangan bilang dari saya. Bilang saja dari kamu. Lebih dari 2 tahun orang itu menikmati jatah sembako yang diberikan al-Habib Ali al-Habsyi
kepadanya melalui perantaraan sang murid.
Sampai pada saatnya al-Habib Ali al-Habsyi berpulang ke rahmatullah, maka berhentilah kiriman jatah sembako kepada orang itu.
Orang itu pun bertanya kepada murid al-Habib Ali al-Habsyi yang biasa mengirimkan sembako kepadanya: Engkau yang biasa mengirimiku
beras kenapa berhenti? Apa masih ada? Murid al-Habib Ali al-Habsyi itu menjawab: Perlu kamu ketahui, semua yang aku kirimkan kepadamu itu sesungguhnya bukan dariku
melainkan dari guruku al-Habib Ali al-Habsyi yang dulu sering kau ludahi. Andai saja guruku tak menahanku mungkin kamu sudah kubikin babak belur! Mendengar jawaban murid al-Habib Ali al-Habsyi membuat orang tersebut menangis menyesali perbuatannya selama ini. Dan atas kejadian itu, orang tersebut rajin menghadiri majelisnya al-Habib Ali al-Habsyi di Kwitang.
Pada waktu sang cucu yang menggantikan kakeknya didalam memimpin majelis taklim al-Maghfurlah al-Habib Ali al-Habsyi, beliau didatangi oleh seseorang yang sudah lanjut usianya dengan badan yang tergopoh-gopoh. Orang itu mendekati cucu al-Habib Ali al-Habsyi itu sambil menangis seraya berkata: Ya Habib, saya ini bila melihat engkau jadi teringat dengan
kakekmu. Yang dulunya sering saya ludahi, ya Habib.

Inilah salah satu akhlaq yg di contohkan oleh Rosululloh SAW.....
#Photo : Habib Ali kwitang ( kiri ).... Habib Ali bungur ( kanan )
#Allahumma sholli 'alaa sayyidina Muhammad.....
#smoga_manfaat

Senin, 04 April 2016

OLEH - OLEH HAUL IMAMAIN MALANG

Al Qutub Al habr Al habib Abdul Qodir bin Ahmad Bilfaqih
Al Qutub Al hafidz Al musnid Al habib Abdulloh bin Abdul Qodir Bilfaqih
MANAQIB SEKILAS
Al habib abdul qodir merupakan sosok yang sangat cinta akan ilmu, setiap malam beliau baca kitab terutama kitab hadis.
Al habib Abdulloh Bilfaqih bertemu dengan Rosulullloh SAW secara sadar (yaqdzoh) sebanyak 300x.
pada usia 17 tahun beliau diperkenalkan sayyidah Fatimah Al batul kepada rosululloh sehingga Rosululloh SAW berdoa untuk beliau
اللهم انى اسالك ان تؤتيه فهم النبيين و حفظ المرسلين
sehingga beliau sangat cepat hafal ketika membaca kitab.
beliau hafal 7 juta hadist beserta sanad tasalsul sampai ke sumbernya (Rosululloh SAW).
PESAN -PESAN
Alhabib Abdul Qodir pesan kepada putranya Al habib Abdulloh
" barangsiapa duduk dengan seorang wali maka akan dihujani rahmat, minimal kecipratan rahmat atas dosa-dosa.
Al habib Abdul Qodir Bilfaqih berkata
Para salaf tidak menekankan ibadah, namun mereka sangat menekankan akhlak kepada anak cucunya.
Al habib Abdulloh bilfaqih pesan kepada santrinya untuk selalu melakukan 3 hal:
1. Sholat Tahajjud
2. Khidmah kepada guru
3. Khidmah kepada orang tua.
Ketika Al habib Abdulloh bin Abdul Qodir Bilfaqih bermimpi bertemu syech Abu bakar bin Salim kemudian Syech Abu Bakar bin Sakim berkata
" barangsiapa yang mencintai engkau makan akan mendapatkan keberkahanmu"
Al habib Abdulloh bilfaqih berkata
" Tidak mungkin seseorang beriman kalau tidak ada cinta kepada Rosululloh SAW"
TAUSIYAH
# disamapaikan Al Habib Abdul Qodin bin Al Hbaib Abdulloh Bilfaqih ( putra-cucu imamain)
beliau menyampaikan sebuah hadis dari imam Ali.
Bahawasanya Rosululloh SAW sangat mencintai 3 golongan sekaliagu akan menuntunnya ke syurga
1. Orang yang menuntut ILMU ( ilmu yag shohih)
2. Orang yang selalu BERSHOLAWAT kepada beliau
3. Orang yang KAYA tapi DERMAWAN.
# Al Ustadz Al habib Taufiq bin Abdul Qodir Assegaf( Pasuruan)
Beliau menyampaina sebuah hadis yang diambil dari kitab Ihya' Ulumiddin
Jangan duduk dengan orang Alim kecuali orang Alim tersebut menyelamatkan dari 5 perkara
1. menyelamatkan dari KERAGUAN menuju KEYAQINAN
2. menyelamatkan dari RIYA' menuju IKHLAS
3. Menyelamatkan dari CINTA DUNIA menuju ZUHUD
4. Menyelamatkan SOMBONG menuju TAWADHU"
5. Menyelamatkan dari PERMUSUHAN menuju SALING MENASEHATI.
" Barangsiapa membaca sholawat صلى الله غلى محمد 
10.000, dicicil selama 100 hari, Maka segala kesulitannya akan terseleseikan."
Monggo direngkunkan dan mengambil manfaatnya.
Jika ada yang salah monggo dikoreksi, dan apabila ada tambahan monggo dilengkapi.
Wallahu a'lam bissowab.
Sumber FB @day yata

Kamis, 24 Maret 2016

KETELADANAN KYAI HAMID ( MBAH HAMID ) DALAM MEMBIMBING ISTRINYA


============================
Diceritakan bahwasannya KH. Abdul hamid ketika menikahi istrinya ( Nyai Nafisah ) waktu itu umur istrinya sekitar 15 tahun ,dimana usia itu masih tergolong usia muda belia, sehingga Nyai Nafisah ketika dinikah oleh Yai hamid, sang istri ini “ tidak patut “ ( Istilah jawanya ) yaitu tidak mau kumpul bersama Yai Hamid, dan hal ini terjadi tidak 1 / 2 hari saja, bahkan hal ini terjadi sampai sekitar 2 tahun,akan tetapi Yai Hamid tetap bersabar dan tabah dalam menghadapi istrinya yang masih muda ini.
Didalam rumah tangga Beliau senantiasa selalu mengedepankan dan memperhatikan pasangannya, bukan menjadikan istri sebagai wahana kesengannya sendiri,sehingga tidak ada istilah “ Menang sendiri “ bahkan beliau lebih sering mengalah, seumpama jika ada masalah,sedangkan ibu nyai marah terhadap beliau, maka beliau ( Kyai Hamid ) hanya diam dan mendengarkan saja, bukan malah membantah apa yang diucapkan oleh istrinya, karena kalau saja dijawab mungkin suasana akan menjadi tambah ramai.
Adakalanya Kyai hamid menghindar , yakni bila kemarahan sang istri tak kunjung padam, beliau mengungsi kekamar disebelah Musholla ( kamar yang khusus untuk beliau ). Kadang adik iparnya disuruh menjenguk istrinya dan disuruh melihat suasananya apakah kemarahan nyai Nafisah sudah selesai apa masih berlanjut, dan beliau akan pulang jika sudah tidak marah, dan akan tetap tinggal dikamar itu kalaupun belum reda.
Kyai Hamid juga tidak pernah bermanja-manja terhadap istrinya , tidak banyak menuntut akan tetapi lebih banyak mengerjakannya sendiri, dan bahkan beliau juga sangat telaten didalam membimbing istrinya yang ketika dinikah masih dalam usia muda,yang otomatis dari segi keilmuan belum seberapa dibanding dengan beliau.maka dibelikannya sang istri tersebut kitab-kitab terjemahan dan diajari sendiri oleh beliau. Didalam mengajar istrinya beliau tidak menjadwal secara khusus, akan tetapi beliau mengajarinya ketika waktu-waktu kosong dan waktu moodnya sang istri, sehingga sang istri tidak merasa berat dan terbebani.
Dari hasil didikan beliau inilah maka sang istripun mampu menjadi seorang ibu nyai yang handal dan pemimpin pesantren putri yang disegani , dan konon ketika hendak mengajar, maka tak jarang pula Bu Nyai ini ( istilahnya, Kulakan dulu ke Suaminya, yakni KH. Hamid ) bertanya mana yang kurang dimengerti, baru berangkat mengajar.
Hal inilah yang menjadikan mereka berdua menjadi pasangan yang serasi, klop dan saling mengisi, meskipun pembawaan mereka berdua sangat berbeda, yang satu polos dan yang satu suka berkata langsung ( alias mudah memarahin jika pasangannya kurang tepat ).
Dengan kesabaran dan ketelatenanlah Yai Hamid mampu membimbing istrinya untuk menjadi wanita yang bisa diajak berjuang mengembangkan pondok pesantrennya. Bisa kita bayangkan jika kyai Hamid tidak mau mengalah dan bersabar terhadap sifat istrinya, mungkin bisa jadi sang istri tidak akan mampu menjadi seorang pemimpin pesantren putri dan tak akan mampu mengarungi bahtera rumah tangganya dengan sempurna.
Semoga kita mampu meniru akhlak mulia KH. Abdul Hamid didalam hal apapun, lebih-lebih dalam menghadapi pasangan hidup kita, sehingga Rumah tangga kita akan terasa saling mengisi, saling mengerti dan saling mengedepankan akan keharmonisan rumah tangga.
Alfatihah Ilaa KH. Hamid Pasuruan semoga Alloh meratakan rohmatNya kepadanya,meninggikan derajatnya, menempatkan beliau bersama baginda Rosululloh shollallohu alaihi wa aalihi wasallam,dan bersama para syuhada',sholihin, dan semoga kita mendapat keberkahannya,rahasia-rahasianya,serta cahaya-cahaya ilmunya,didalam agama,dunia dan akhirat, bisirril faatihah.
_________________________________
Oleh : Habib Fahmi Bin Yahya Yahya

Selasa, 22 Maret 2016

Kisah Sufi

Suatu malam, Jalaluddin Rumi mengundang Syams Tabrizi ke rumahnya. Sang Mursyid Syamsuddin pun menerima undangan itu dan datang ke kediaman Rumi. Setelah semua hidangan makan malam siap, Syams berkata pada Rumi;
“Apakah kau bisa menyediakan minuman untukku?”. (yang dimaksud : arak / khamr)
Rumi kaget mendengarnya, “memangnya anda juga minum?’.
“Iya”, jawab Syams.
Rumi masih terkejut,”maaf, saya tidak mengetahui hal ini”.
“Sekarang kau sudah tahu. Maka sediakanlah”.
“Di waktu malam seperti ini, dari mana aku bisa mendapatkan arak?”.
“Perintahkan salah satu pembantumu untuk membelinya”.
“Kehormatanku di hadapan para pembantuku akan hilang”.
“Kalau begitu, kau sendiri pergilah keluar untuk membeli minuman”.
“Seluruh kota mengenalku. Bagaimana bisa aku keluar membeli minuman?”.
“Kalau kau memang muridku, kau harus menyediakan apa yang aku inginkan. Tanpa minum, malam ini aku tidak akan makan, tidak akan berbincang, dan tidak bisa tidur”.
Karena kecintaan pada Syams, akhirnya Rumi memakai jubahnya, menyembunyikan botol di balik jubah itu dan berjalan ke arah pemukiman kaum Nasrani.
Sampai sebelum ia masuk ke pemukiman tersebut, tidak ada yang berpikir macam-macam terhadapnya, namun begitu ia masuk ke pemukiman kaum Nasrani, beberapa orang terkejut dan akhirnya menguntitnya dari belakang.
Mereka melihat Rumi masuk ke sebuah kedai arak. Ia terlihat mengisikan botol minuman kemudian ia sembunyikan lagi di balik jubah lalu keluar.
Setelah itu ia diikuti terus oleh orang-orang yang jumlahnya bertambah banyak. Hingga sampailah Rumi di depan masjid tempat ia menjadi imam bagi masyarakat kota.
Tiba-tiba salah seorang yang mengikutinya tadi berteriak; “Ya ayyuhan naas, Syeikh Jalaluddin yang setiap hari jadi imam shalat kalian baru saja pergi ke perkampungan Nasrani dan membeli minuman!!!”.
Orang itu berkata begitu sambil menyingkap jubah Rumi. Khalayak melihat botol yang dipegang Rumi. “Orang yang mengaku ahli zuhud dan kalian menjadi pengikutnya ini membeli arak dan akan dibawa pulang!!!”, orang itu menambahi siarannya.
Orang-orang bergantian meludahi muka Rumi dan memukulinya hingga serban yang ada di kepalanya lengser ke leher.
Melihat Rumi yang hanya diam saja tanpa melakukan pembelaan, orang-orang semakin yakin bahwa selama ini mereka ditipu oleh kebohongan Rumi tentang zuhud dan takwa yang diajarkannya. Mereka tidak kasihan lagi untuk terus menghajar Rumi hingga ada juga yang berniat membunuhnya.
Tiba-tiba terdengarlah suara Syams Tabrizi; “Wahai orang-orang tak tahu malu. Kalian telah menuduh seorang alim dan faqih dengan tuduhan minum khamr, ketahuilah bahwa yang ada di botol itu adalah cuka untuk bahan masakan. Seseorang dari mereka masih mengelak;
“Ini bukan cuka, ini arak”. Syams mengambil botol dan membuka tutupnya. Dia meneteskan isi botol di tangan orang-orang agar menciumnya. Mereka terkejut karena yang ada di botol itu memang cuka. Mereka memukuli kepala mereka sendiri dan bersimpuh di kaki Rumi. Mereka berdesakan untuk meminta maaf dan menciumi tangan Rumi hingga pelan-pelan mereka pergi satu demi satu.
Rumi berkata pada Syams, “Malam ini kau membuatku terjerumus dalam masalah besar sampai aku harus menodai kehormatan dan nama baikku sendiri. Apa maksud semua ini?”.
“Agar kau mengerti bahwa wibawa yang kau banggakan ini hanya khayalan semata. Kau pikir penghormatan orang-orang awam seperti mereka ini sesuatu yang abadi? Padahal kau lihat sendiri, hanya karena dugaan satu botol minuman saja semua penghormatan itu sirna dan mereka jadi meludahimu, memukuli kepalamu dan hampir saja membunuhmu. Inilah kebanggaan yang selama ini kau perjuangkan dan akhirnya lenyap dalam sesaat.
.....Maka bersandarlah pada yang tidak tergoyahkan oleh waktu dan tidak terpatahkan oleh perubahan zaman......
Bersandarlah hanya kepada Allah SWT.......
(*Dari kumpulan kisah Jalaluddin Rumi)
FB @Catatan Manfaat