Habib Abdullah bin Abdul Qadir bin Ahmad Balfaqih al-Alawi - Dalam artikel khusus kami yang menjelaskan tentang Gelar bagi Para Ahli hadits, admin majelis walisongo telah sedikit menyinggung diantara sedikit dari ulama dunia khususnya Indonesia yang telah mencapai gelar al-Hafidz. Adapun yang berasal dari Indonesia salah satunya adalah habib Abdullah bin Abdul Qadir bin Ahmad Balfaqih al-Alawi yang dikenal sebagai ahli hadits dari Malang, Indonesia, dan telah mencapai derajat al-Hafidz. Pada kesempatan kali ini kami akan sedikit mengulas sosok ahli hadist terkemuka ini dengan harapan kita dapat lebih mampu meneladani para ulama sebagai pewaris nabi dan mampu mengambil berkah dari mutiara kehidupan mereka yang begitu berkilauan.
Habib Abdullah lahir pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun 1355 hijriyah atau bertepatan dengan tanggal 1 Juni tahun 1936 masehi. Beliau merupakan putra dari seorang ulama besar dan waliyullah agung yaitu al-Imam al-Quthb al-Habr al-Habib Abdul Qadir bin Ahmad Balfaqih. Ibunda beliau bernama Syarifah Ummi Hani binti Abdullah bin Agil. Beliau lahir di kota Surabaya Jawa Timur. Beliau merupakan keturunan Rasulullah dari marga Bilfaqih.
Waliyullah Sayyidina Al-Imam Abdurrahman bin Muhammad Bil Faqih merupakan ulama besar dari Tarim Hadramaut. Beliau dikaruniai dua orang anak, yaitu Husein dan Ahmad. Beliau meninggal di Tarim pada tahun 966 hijriyah. (Baca: Biografi Lengkap KH. Tubagus Muhammad Falak Bogor).
Marga Bilfaqih
Marga Bilfaqih sendiri merupakan marga keturunan Waliyullah Agung Sayyidina Al-Imam Abdurrahman bin Muhammad bin Abdurrahman Al-Asgok bin Abdullah bin Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Ahmad bin Muhammad Al-Faqih Al-Muqaddam. Dikatakan bilfaqih karena beliau merupakan ulama besar yang menguasai ulumuddin khususnya ilmu fiqih dan syariat dan beliau merupakan ulama serta wali besar di masanya.
Sebelum kita jauh mengulas sosok Habib Abdullah Bilaqih ini, saya akan sedikit mengulas mengenai sosok sang ayah, yang juga merupakan ulama besar ahli hadits terkemuka.
Sang Ayah: Habib Abdul Qadir Bilfaqih
Sang ayah yang bernama Habib Abdul Qadir Balfaqih merupakan seorang ulama besar kelahiran Yaman, tepatnya di kota Tarim, Hadramaut, yaman. Beliau lahir pada hari selasa bertepatan dengan tanggal 15 safar tahun 1316 hijriyah atau bertepatan dengan tahun 1896 masehi. Pada saat kelahiran beliau, seorang ulama besar yang bernama Habib Syaikhan bin Hasyim As-Segaf bermimpi bertemu dengan Sulthanul Auliya Sayyidina Asy-Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani. Dalam mimpi tersebut, Syaikh Abdul Qadir al-Jailani menitipkan kitab suci al-Quran al-Adzim kepada Maulana Habib Syaikhan bin Hasyim Assegaf sambil berwasiat agar al-Quran itu diberikan kepada habib Ahmad bin Muhammad Bilfaqih, ayah dari Habib Abqul Qadir Bilfaqih. Akhirnya, pada pagi harinya beliau pun pergi menemui Habib Ahmad dan menceritakan mimpi tersebut. Setelah mendengar penuturan dari Habib Syaikhan, Habib Ahmad pun berkata, "Alhamdulillah malam tadi Allah ta'ala telah menganugerahiku seorang putra, dan itulah takwil dari mimpimu bertemu dengan Syaikh Abdul Qadir al-Jailani yang telah menitipkan al-Quran dan mewasiatkan agar menyampaikannya kepadaku. Karenanya, putraku ini akan kuberi nama Abdul Qadir, dan aku berharap semoga Allah memberikan nama, maqam, dan kewalianNya Syaikh Abdul Qadir al-Jailani. Demikianlah, singkat cerita, Habib Abdul Qadir menjadi seorang ulama besar khususnya dalam bidang hadist
Habib Abdullah bin Abdul Qadir Bilfaqih: Bak Pinang Dibelah Dua
Habib Abdul Qadir Bilfaqih yang merupakan seorang ulama besar ahli hadits dan ilmu keislaman lainnya memiliki putra yang juga mengikuti jejaknya, sebagai ulama besar dan pendidik yang sangat mumpuni, yaitu Habib Abdullah bin Abdul Qadir Bilfaqih. Ibarat Pinang di belah dua, antara ayah dengan anak sama-sama memiliki kualitas yang sangat tinggi dan mumpuni dalam bidang hadits.
Habib Abdullah Bilfaqih Muhadits Abad ini
Sejak awal Habib Abdul Qadir Bilfaqih memang mengharapkan sang anak, Habib Abdullah, menjadi seorang ulama besar khususnya dalam bidang hadist. Harapan itu tak sekedar harapan kosong tanpa ikhtiar. Namun harapan tersebut berusaha beliau wujudkan dengan memperbanyak diri beribadah, berdoa dan bertakwa kepada Allah. Beliau dengan penuh perhatian dan kasih sayang juga sangat memperhatikan pendidikan habib Abdullah secara ketat, sehingga beliau dengan izin Allah mendapatkan apa yang beliau harapkan tersebut.
Sebagai salah satu bukti bahwa Habib Abdul Qadir memang sangat mengharapkan keulamaan sang anak yaitu cerita ketika beliau beribadah menunaikan ibadah haji ke Baitullah, Habib Abdul Qadir menyempatkan diri secara khusus untuk berziarah ke makam Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Di sana beliau secara khusus memanjatkan doa kepada Allah ta'ala agar dikaruniai putra yang dapat melanjutkan perjuangan beliau dalam mendidik umat, menjadi seorang ulama besar dan seorang ahli hadits yang sangat mumpuni di bidangnya. Dan doa beliau ternyata sudah mulai nampak dikabulkan oleh Allah ketika beberapa bulan kemudian, tepatnya pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun 1355 hijriyah atau tahun 1935 masehi, beliau dikaruniai seorang putra yang kemudian bernama Abdullah. (Baca: Biografi Lengkap Tuan Guru Sekumpul Martapura).
Kesempatan mendapatkan karunia besar berupa seorang putra tidak beliau sia-siakan begitu saja. Habib Abdul Qadir dengan penuh kasih sayang dan perhatian, mencurahkan segala ikhtiar upaya untuk mendidik putranya tersebut, habib Abdullah. Dan pada akhirnya upaya beliau tidaklah sia-sia. Habib Abdullah tumbuh menjadi seorang ulama yang sangat mumpuni. Bahkan ketika baru berusia tujuh tahun, habib Abdullah bin Abdul Qadir Bilfaqih telah mampu menghafal keseluruhan al-Quran dengan sangat baik dan lancar. Tentu saja prestaasi yang demikian itu bukanlah sesuatu yang kebetulan semata. Namun kesemuanya itu merupakan buah dari kesungguhan dalam memberikan tarbiyah yang terbaik dari orang tua kepada anaknya yang sangat diharapkannya itu.
Ketika beranjak dewasa, Habib Abdullah mengenyam pendidikan di Lembaga Pendidikan at-Taroqi, dari MI hingga MTs, tepatnya di kota Malang. Setelah itu beliau melanjutkan ke Madrasah Aliyah di Ponpes Darul Hadits Al-Faqihiyah li Ahlissunnah Wal Jama'ah. Lembaga pendidikan itu sendiri merupakan lembaga pendidikan yang dibangun oleh Habib Abdul Qadir. Selain berguru secara khusus kepada ayahandanya, habib Abdullah juga berguru kepada Habib Ali Bungur, seorang ulama besar di masanya.
Selain mumpuni dalam bidang al-Quran, Habib Abdullah juga sangat mumpuni dalam bidang hadits, dan beliau merupakan salah satu ahli hadits dari Indonesia yang bergelar al-Hafidz. Sejak kecil beliau telah memulai menghafal hadits, memperdalam ilmu musthalahul Hadits atau ilmu yang mempelajari hal ihwal hadits beserta perawinya, seperti rijalul hadits, ilmu tentang perawi hadits, ilmu jahr ta'dil atau ilmu tentang kriteria hadits yang dapat diterima, dan ilmu lainnya. Beliau juga mempelajari kitab-kitab Taqribut tahdzib karya Al-Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani, seorang imam besar ahli hadits abad pertengahan, dan juga beliau belajar kitab Mizanut Ta'dil karya Al-Hafidz Adz-Dzahabi.
Kesungguhan Habib Abdullah dalam belajar ini telah membuahkan hasil yang gemilang. Pada usia yang masih sangat muda beliau telah hafal dua kitab hadits terkenal, yaitu Kitab shahih Bukhari dan kitab Shahih Muslim, lengkap dengan isnad dan silsilahnya. Selain itu pula beliau beliau juga menguasai kitab Induk hadits atau Ummahatus Sitt, seperti Sunan Abu Dawud, Sunan Tirmidzi, Musnad Syafi'i, Muwatha' karya Imam Malik, Musnad Imam Ahmad, Al-Ma'ajim ats-Tsalats karya Abul Qasim At-Thabrani, An-Nawadirul Usul karya Imam Hakim At-Turmudzi dan lain sebagainya.
Selain sangat mumpuni dalam bidang ulumul hadits, beliau juga sangat mumpuni dalam bidang fiqih dan terutama sekali tasawuf. Dalam bidang fiqih sendiri, beliau memperdalam ilmu tersebut dari ayahandanya langsung. Beliau mempelajari fiqih empat madzhab yang terkenal di dunia islam, yaitu Madzhab Syafi'i, Hanafi, Maliki dan Hanbali. Beliau juga melalap habis kitab-kitab fiqih seperti Al-Muhadzdzab karya Imam Nawawi, Fatawa Ramli, Fatawa Ibnu Hajar dan kitab-kitab fiqih lainnya. (Baca: Macam-Macam Gelar Ahli Hadits).
Suatu ketika Habib Abdul Qadir pernah berkata tentang putranya tersebut, "Aku telah mewariskan kepada putera ku ini empat puluh satu cabang ilmu agama."
Pasca wafatnya sang ayahanda tercinta, Habib Abdullah bin Abdul Qadir secara otomatis menjadi penerus sang ayah, menjadi pengasuh pesantren sekaligus pendidik. Beliau menjabat seabrek jabatan, mulai dari menjabat direktur Lembaga Pesantren Darul Hadits Malang, beliau juga memegang jabatan lainnya, seperti menjadi dosen mata kuliah tafsir dan hadits di IAIN dan IKIP Malang, mufti Lajnah Ifta Syari'i, penasihat menteri koordinator kesejahteraan rakyat, mursyid thariqah Al-Alawiyah Al-Mu'tabarah dan jabatan lainnya. Beliau juga berhasil mendapatkan gelar doktor dan hingga guru besar atau profesor. Gelar Doktor Honoriscausa dalam bidang ulumu hadits beliau dapatkan dari Al-Azhar, Cairo, Mesir, sedangkan gelar Profesor HC beliau dapatkan dari Al-Jama'ah, Lahore, Pakistan, serta dari Darunnadwah, Locnow, India, pada tahun 1970 masehi.
Sebagai seorang ulama besar, Habib Abdullah dikenal sebagai sosok yang sangat penyayang namun juga sangat tegas, khususnya dalam menyikapi masalah hukum-hukum agama. Apabila beliau menilai suatu masalah sebagai sesuatu yang benar, maka dengan tegas beliau mengatakan hal itu sebagai sesuatu yang benar, sebaliknya apabila dinilai sebagai sesuatu yang salah maka beliau juga dengan tegas mengatakannya salah. Haq beliau katakan haq, bathil beliau katakan bathil.
Selain sebagai ulama yang senantiasa berdakwah melalui ceramah, beliau juga sangat produktif dalam menulis. Diantara tulisan beliau telah dimuat dalam media cetak seperti Surabaya Pos, Harian Merdeka, Bhirawa, Pelita, Berita Buana, Karya Dharma, Berita Yudha dan lain sebagainya. Beliau juga produktif menulis untuk media luar negeri, semisal Al-Manhaj dari Arab Saudi, Al-Liwaul Islami dari Mesir, Al-Madinatul Munawwarah dari Madinah, Al-Arabi dari Makkah, Rabithah Alam Al-Islami dari Makkah, At-Tadhammun dari Mesir, dan lain sebagainya.
Akhirnya, sebagai manusia biasa Habib Abdullah pun harus ikhlas mendapatkan jatah umur yang telah ditetapkan oleh Allah. Setelah mengabdi kepada umat dengan tulus ikhlas dan dengan pengabdian yang amat besar, beliau akhirnya dipanggil oleh Allah dengan panggilan penuh kasih sayang. Beliau wafat pada usia 56 tahun, tepatnya pada hari sabtu tanggal 24 Rabiul Awal tahun 1411 hijriyah atau tanggal 30 November tahun 1991 masehi.
Dituturkan oleh Maulana Al-Habib Seggaf bin al-Qutb Al-Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf, bahwa 3 hari sebelum kewafatan Habib Abdullah, Habib Abdullah sempat menghubunginya dan berpesa agar hadir pada hari ahad tanggal 30 November 1991 atau hari kewafatan Habib Abdullah. Dalam kesempatan itu pula beliau juga sempat menitipkan puetara putri beliau kepada habib Segaf. Sebelum wafat, habib Abdullah menarik nafas panjang dan tiba-tiba mengucapkan Ya Allaah... Setelah itu beliau wafat dan meninggalkan umat untuk selamanya.
Habib Abdullah Bilfaqih Malang
Habib Abdullah wafat dengan meninggalkan lima orang putera puteri, yaitu Habib Abdul Qadir, Habib Muhammad, Habib Abdurrahman, dan dua orang puteri yang masing-masing dinikahi oleh habib Soleh bin Ahmad Al-Idrus dan Habib Ahmad bin Usman Al-Idrus.
Setelah dishalatkan oleh ribuan pelayat di masjid Jami' Malang, beliau pun dimakamkan di samping ayah handanya, di pemakaman Kasin, Malang, Jawa Timur, Indonesia. Umat Islam nusantara tentu saja merasa sangat kehilangan ulama sebesar beliau, karena beliau mampu menjadi seorang ahli hadits besar yang pada zaman ini sangat jarang sekali di temui. Selain itu beliau telah mampu memancarkan nur islam sebagai agama yang rahmatan lil alamin sehingga tersiarnya islam melalui tangan mulia beliau menjadi satu pemantik yang mampu menyinarkan islam yang seolah-olah sudah meredup di negeri tercinta ini. Dan para murid beliau hingga kini pun bahu membahu meneruskan perjuangan mulia beliau, dan semoga dengan ke-Mahamurahan Allah, beliau mendapatkan derajat tinggi di sisiNya, bersama dengan datuk beliau, Sayyiduna Wa Maulana Muhammad Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. aamiin
Nasab Habib Abdullah Bin Abdul Qadir Bilfaqih Malang
Berikut ini merupakan nasab dari Sayyiduna wa Maulana Al-Imam Al-Habib Abdullah bin Abdul Qadir Bilfaqih Malang, beliau putra Maulanal Imam Al-Habr Al-Quthb Al-Habib Abdul Qadir BilFaqih, putra Maulanal Imam Al-Habib Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Alwi bin Abdullah bin Umar bin Ahmad bin Abdurrahman bin Muhammad Al-Faqih bin Abdurrahman bin Abdullah bin Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Muhammad Al-Faqih Al-Muqaddam bin Ali bin Muhammad Shahib Marbath bin Ali Khala' Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa An-Naqib bin Ali Al-Uraidhi bin Ja'far Ash-Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husein bin Ali bin Abi Thalib suami dari Sayyidatuna Fatimah Az-Zahra, putri dari Sayyiduna Wa Maulana Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam
Silsilah Thariqah Alawiyah Habib Abdullah Bin Abdul Qadir Bilfaqih Malang
Adapun sanad thariqah alawiyah beliau yaitu sama silsilahnya sebagaimana di atas hingga sampai kepada Sayyiduna Al-Imam Al-Faqih Al-Muaqaadam Al-Habib Muhammad bin Ali Ba'alawi Radhiyallahu anhu, dari Syaikh Abu madyan bin Syuaib bin Al-Husain dari Syaikh Nuruddin Ali bin Chizihim dari Syaikh Abu Bakar Muhammad bin Abdullah Al-Ma'arifi bin Sayikh Abdul Malik atau Imam haramain dari Syaikh Abdullah bin Yusuf Al-Juwaini dari Syaikh Abu Thalib Muhammad bin Ali Al-Makki dari Syaikh Abu Bakar Dullaf bin Juhdur As-Subly dari Syaikh Abul Qasim Al-Junaid bin Muhammad Al-Baghdadi dari Syaikh Abul Hasan Sari As-Siqthi dari Syaikh Abu Mahfudz Ma'ruf Al-Karkhi dari Syaikh Abu Sulaiman Dawud bin Nushoir At-Tho'i dari Syaikh Abu Muhammad Habib bin Hasan Al-Bashri dari Sayyiduna Wa Imamuna Ali bin Abu Thalib Karramallaahu Wajhah dari Sayyiduna Rasulillah Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam
Karya Tulis Habib Abdullah Bin Abdul Qadir Bilfaqih Malang
Berikut ini beberapa karya beliau:
Mengapa umat islam menerima Pancasila ?
Siapakah Ahlussunnah Wal jamaah ?
Islam dan Tanda-tandanya, Iman serta Bagian-bagiannya
Majmuatul Fatawa Wal-Buhuts al-Islamiyah
Al-Mulhah
Irghamul Balid fi Ahkamil Ijtihadi Wa Taqlid
Tanwirul Ghayahib
Fatwa Malid
Al-Qaulurrasyiin Fi Adillatittalqin
Serangkum Khutbah
Isra' Mi'raj Nabi Muhammad Saw Perlambang Keagungan Ilahi (Tulisan Artikel beliau yang dimuat di harian Bhirawa pada hari Selasa 16 April 1985 masehi)
Puasa Merupakan Mental Training dan Pendidikan (Tulisan yang dimuat di harian angkatan baru pada hari kamis 5 november 1970
Hijrah adalah Kunci Sukses Bagi Pembangunan Moril dan Materiil (Salinan naskah pidato Habib Abdullah yang ditayangkan secara regional di RRI Surabaya pada 15 Februari tahun 1972 masehi, dalam menyambut tahun baru hijriyah 1392 hijriyah).
dan lain sebagainya
Siapakah Ahlussunnah Wal jamaah ?
Islam dan Tanda-tandanya, Iman serta Bagian-bagiannya
Majmuatul Fatawa Wal-Buhuts al-Islamiyah
Al-Mulhah
Irghamul Balid fi Ahkamil Ijtihadi Wa Taqlid
Tanwirul Ghayahib
Fatwa Malid
Al-Qaulurrasyiin Fi Adillatittalqin
Serangkum Khutbah
Isra' Mi'raj Nabi Muhammad Saw Perlambang Keagungan Ilahi (Tulisan Artikel beliau yang dimuat di harian Bhirawa pada hari Selasa 16 April 1985 masehi)
Puasa Merupakan Mental Training dan Pendidikan (Tulisan yang dimuat di harian angkatan baru pada hari kamis 5 november 1970
Hijrah adalah Kunci Sukses Bagi Pembangunan Moril dan Materiil (Salinan naskah pidato Habib Abdullah yang ditayangkan secara regional di RRI Surabaya pada 15 Februari tahun 1972 masehi, dalam menyambut tahun baru hijriyah 1392 hijriyah).
dan lain sebagainya
Santri-santri Habib Abdullah bin Abdul Qadir Bilfaqih
Habib Abdullah memiliki ribuan santri, diantaranya yaitu:
Habib Ahmad al-Habsy pengasuh ponpes Ar-Riyadh palembang
Habib Muhammad Ba'abud Pengasuh Ponpes Darun Nasyi'in Malang
Habib Syaikh bin Ali Al-Jufri Pengasuh Ponpes Al-Khairat Jakarta Timur
KH. Alawy Muhammad Pengasuh Ponpes At-Taroqi Sampang, Madura
Prof. Dr. Quraisy Shihab
Prof. Dr. Alwi Shihab
dan lain sebagainya
Habib Muhammad Ba'abud Pengasuh Ponpes Darun Nasyi'in Malang
Habib Syaikh bin Ali Al-Jufri Pengasuh Ponpes Al-Khairat Jakarta Timur
KH. Alawy Muhammad Pengasuh Ponpes At-Taroqi Sampang, Madura
Prof. Dr. Quraisy Shihab
Prof. Dr. Alwi Shihab
dan lain sebagainya
sumber : http://www.majeliswalisongo.com
0 komentar:
Posting Komentar