Abdul Hamid Aly

Rindu ini selalu milikmu Yaa Rosuul

Save Muslim Muslimah

Saling berpesan kepada hal kebenaran dan kesabaran

KH. M. Ali Bahruddin

Pesantren At-taqwa Pasuruan (Keluarga Jam'iyyah Thoriqoh Al-Mu'tabaroh Qodiririyyah wa Naqsyabandiyah).

Nahdlatul Ulama'

Ahlus Sunnah wal Jama'ah An-Nahdliyyah.

Diamond Class

Alhamdulillah ala kulli chaal.

Jumat, 01 Desember 2017

JENESYS 2017

LAPORAN PROGRAM JENESYS 2017
PENGURUS BESAR NAHDLATUL ULAMA’ (PBNU)
ASPEK PENDIDIKAN
Oleh.
Abdul Hamid Aly, M.Pd
Waseda University



A.    Latar Belakang

Program Jenesys (Japan-East Asia Network of Exchange for Students and Youths) program ini adalah pertukaran pelajar atau pemuda diantara Negara asia dan jepang yang dilaksanakan oleh pemerintah jepang. Program ini bertujuan untuk membangun kerjasama baik dalam segi ekonomi, social, politik, pendidikan dan teknologi juga mempererat hubungan atar Negara untuk diplomasi yang lebih baik. Penyelenggara yang ditunjuk oleh pemerintah jepang adalah JICE (Japan International Center) sebagai pengelola dan menjadi fasilitator dalam program tahunan jepang ini.
Pada tahun ini, ada beberapa kelompok dengan berbagai tema yang di berangkatkan termasuk perwakilan dari PBNU (Pengurus Besar Nahdlatul Ulama) dan PP Muhammadiyah yang berjumlah skitar 20 orang dengan rincian 18 orang peserta dan 2 supervisor. Angkatan pertama dari pertukaran pemuda dan pelajar ini membawa tema tentang “Islamic Religion”. Program ini telah berlangsung selama 10 hari terhitung mulai tanggal 2 Oktober sampai 10 oktober 2017. Dalam kegiatan ini, banyak agenda yang sudah diikuti bersama mulai dari training tentang orientasi kegiatan di jepang, kuliah umum di universitas Waseda, studi wisata di Hakuba Mountain, Tinggal dan hidup berdampingan dengan keluarga dan penduduk asli jepang, school visit, dan workshop sebagai sosialisasi sistem pelaporan pasca kegiatan.
Dari berbagai kegiatan tersebut banyak penemuan dan hasil yang perlu disampaikan sebagai tindak lanjut kegiatan ini agar bisa lebih baik lagi kedepan, juga sebagai landasan untuk menjalin kerjasama kedua belah pihak sebagai tujuan utama program ini dilaksanakan. Banyak aspek yang perlu didiskusikan terkait hasil dari program ini baik dari segi ekonomi, sosial budaya, politik dan teknologi. Namun dalam laporan ini hanya disampikan di aspek pendidikan yang telah di observasi oleh penulis baik dari temuan di lapangan atau hasil diskusi dengan pihak terkait.




B.     Hasil Temuan Lapangan

1.      Pendidikan Karakter Sejak Dini
Pendidikan Karakter di jepang dimulai sejak dini yaitu sejak mereka belajar di jenjang pendidikan dini atau setara PAUD atau Taman Kanak-Kanak di Indonesia. Dari fakta dilapangan para peserta didik sudah di ajarkan untuk menjaga kebersihasn di sekaolahnya dengan cara ikut membersihkan kelas dan lingkungan sekolahnya setiap akan belajar. Para peserta didik diminta ikut berpartisipasi dalam menjaga lingkungan sebagai bentuk cinta lingkungan yang bersih. Disisi lain, penanaman karakter cinta lingkungan juga diterapkan dalam hal lebih suka berjalan kaki daripada naik kendaraan atau transportasi, gerakan ini juga sebagai bentuk cinta lingkungan  untuk meminimalisir polusi udaradan diri sendiri untuk kesehatan dan kebugaran.

2.      Keluarga dan lingkungan sebagai penunjang utama
Disamping Penanaman karakter sejak dini, Jepang juga memaksa kehidupan sosial dalam unsure keluarga dan  masyarakat umum sebagai aktor dalam menciptakan lingkangan yang baik. Dalam kata lain keluarga sebagai kelompok terkecil masyarakat juga ikut andil dalam mendidik karakter baik dalam segi hubungan dengan alam lingkungan atau orang lain.

3.      Sistem Pendidikan
Dari hasil pemaparan pemerintah Hakuba-Mura, Sistem pendidikan di jepang tidak sedikit berbeda dengan Indonesia. Akan tetap ada beberapa hal yang membedakan yaitu, pertama, adanya tiga jenis sekolah seperti Privat, Publik dan Negeri, Kedua, sitem kurikulum yang bersifat kelembagaan dan nasional dalam satu sekolah. Ketiga, Pendidikan Karakter adalah pendidikan yang setiap orang adalah bertanggung jawab dan bertugas untuk melaksanakannya. Dari ketiga aspek perbedaan dari system pendidikan di atas, jepang bisa memperthankan kemajuannya dalam bidang pendidikan disamping pengembangan dalam pengabdian dan penelitian.

C.    Diskusi dan Analisis Hasil Temuan

Dari ketiga temuan dari aspek pendidikan di atas ada beberapa hal yang perlu di analisi sebagai proses diskusi tentang penemuan yang ada dilapangan dengan informasi terkait baikdalam sudut pandang penulis atau penduduk jepang. Setelah itu, hasil temuan di ukur dan dibandingkan dengan sitem dan proses yang ada di Indonesia untuk melihat dan sebagai perbandingan positif agar mendapat nilai positif dari hasil temuan yang ada untuk dua belah pihak. Dari temuan diatasa, ada dua sisi yg bisa di pisahkan yaitu pendidikan karakter dan sistem pendidikan. 

1.      Pendidikan Karakter
Negara Jepang lahir dari Kerajaan kekaisaran Jepang dengan satu suku dan satu pemerintahan dengan menganut system patuh terhadap kaisar. Peraturan dan system yang ada dalam wilayah kekaisaran adalah satu komando berada dalam aturan kerajaan yang wajib dipatuhi. Dengan awal faham seperti ini jepang bisa bergerak secara bersamaan dan saling membantu dalam komando pemerintah. Alhasil, aturan kaisar seperti kepercayaan pada agama Shinto dan segala pemahamannya juga menyebar dan dilaksanakan oleh seluruh orang jepang termasuk dalam hal pendidikan karakter. Semua aspek dan unsure masyarakat di jepang sama-sama bertugas dalam hal membangun karakter bangsa seperti lebih mendahulukan orang lain  dan menghormati satu sama lain. Hal ini juga bisa berdampak pada baiknya system pendidikan karakter di jepang.
Sedangkan di sisi lain, Negara Indonesia lahir dari beragam suku, ras dan budaya. Yang tidak dapat dipungkiri perbedaan aturan dan budaya yang ada akan memicu perbedaan dalam pemahaman dan implementasi dari aturan tersebut. Dengan kata lain, berbeda budaya, suku dan ras bisa mempengaruhi implementasi dari aturan dan system yang dibuat oleh pemerintah. Masalah ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yang ada seperti perbedaan dalam hal ritual sosial keagamaan satu sama lain yang tidak bisa di satukan juga dalam hal memberi treatmen khusus pada anak dalam kacamata adat setempat. Namun, banyaknya perbedaan yang ada menuntut masyarakat Indonesia untuk saling menghormati dan toleransi antar satu sama lain dan inilah yang menjadi cirri khas Indonesia di mata dunia dengan basis Negara Bhineka tunggal ika yaitu lahir dari suku, ras, dan budaya yang berbeda namun satu kesatuan dengan tujuan yang sama untuk bangsa dan Negara Indonesia.    
Dalam aspek pendidikan karakter di Indonesia juga tidak luput dari peranan pondok pesantren yang mendidik dan mempertahankan habituasi tentang implementasi antara agama dan sosial yang melahirkan karakter unggul di masyarakat. Peran Pondok pesantren  di Indonesia tidak bisa dilepaskan selain mempertahankan khazanah keislaman juga keilmuan tentang karya para kyai dan ulama’ di masa lampau. Di pesantren inilah salah satu tugas pembentukan karakter ditempa dimana kehidupan mini dalam masyarakat di visualisasikan dalam kehidpan sehari-hari.
 Dari informasi di atas dapat dilihat keunggulan dari kedua Negara yang dari segi diplomatis juga menguntungkan satu sama lain. Dengan adanya pertukaran pelajar dan pemuda, kedepan kedua Negara akan dapat keuntungan yang lebih dalam hal hubungan diplomatis untuk mutualisme pehaman baik tentang keunggulan dalam mengelola dan mempertahankan keamjuan di jepang atau menganalisa toleransi dan keberagaman baik di masyarakat umum atau pesantren di Indonesia.

2.      Sistem Pendidikan
Pada awalnya, banyak isu dan temuan dari orang lain yang mengatakan bahwa system di jepang berbeda dengan di Indonesia. Perbedaan ini cukup signifikan dalam segi kurikulum dan aturan yang ada, pertama, aturan bagi penduduk asli di suatu desa tidak boleh belajar di luar daerah. Kedua, kurikulum per institusi adalah independent tanpa ada campur tangan dari pemerintah pusat, Namun kedua informasi itu sama sekali tidak bisa dibenarkan, setelah adanya interview dengan pemerintah daerah di Hakuba-Mura.
Setelah mendapat informasi yang cukup dari keterangan yang di berikan ada beberapa hal yang perlu disinkronisasikan anatara Jepang dan Indonesia dalam aspek pendidikan. Jika di Jepang ada tiga jenis institusi , Privat, Publik dan Negeri, di Indonesia ada 2 jenis institusi yaitu Swasta dan Negeri juga adanya persamaan dalam hal bagaimana pembuatan atau implementasi dari kurikulum yang di aplikasikan. Persamaan dan perbedaan dari kedua Negara dalam hal sistem pendidikan tidak lepas dari faktor yang muncul dari kedua Negara tersebut.

D.     Kesimpulan dan Saran
1.      Kesimpulan
Setelah mendapat informasi dan temuan juga hasil diskusi di atas, beberapa kesimpulan dapat di bagi menjadi beberapa poin yaitu:
a.       Kedua Negara mempunyai potensi yang sama positif dalam hal pendidikan karakter
b.      Jepang dan Indonesia sama-sama mempunyai peluang dan hal positi dari system pendidikan yang diterapkan
c.       Kedua Negara punya keunggulan untuk segi positif dalam implementasi system pendidikan yang ada sebagai hasil dari faktor yang mempengaruhi aspek pendidikan di Negara tersebut.
2.      Saran
a.       Dalam pendidikan karakter kedua Negara mempunyai masalah dan keunggulan yang bisa menjadi penyelesaian satu sama lain, maka dari itu, perlu adanya pertukaran Kyai dan Praktisi pendidikan ke jepang sebagai langkah khusus dan intens dalam hala pendidikan karakter.

b.      Dalam Sistem pendidikan yang diterapkan perlu adanya kajian lebih lanjut andata kedua Negara dalam hubungan pendidikan untuk sama-sama membantu satu sama lain dalam menyelesaikan masalah yang mungkin timbul melihat beberapa kesamaan yang ada di dua Negara tersebut.







Jumat, 22 September 2017

GUS


Dunia pesantren menyimpan banyak hal untuk diceritakan, termasuk juga tentang Gus (putra kyai) yang sebodoh apapun, senakal apapun, seburuk apapun harus tetap di hormati karena jalur keturunannya, bukan karena murni kebaikannya sendiri. Tidak hanya tambahan gelar 'Gus' saja untuk penghormatan itu, tapi juga dengan bahasa Jawa halus untuk berkomunikasinya, harus merunduk atau bahkan mencium tangannya ketika berjumpa. Kemudian masih harus ada unsur 'kualat' jika melanggar peraturan ini, dan tidak 'barokah' jika kita melakukan diluar tradisi ini.

Gus bukanlah dewa yang terus disembah-sembah, dan bukan juga raja yang terus disanjung-sanjung tanpa tahu pahitnya hidup. Bahkan penghormatan pada Gus bisa mengalahkan penghormatan pada guru atau ustadz kita sendiri yang lebih pintar, sholih, dan jelas perjuangannya untuk kalangan santri. Sedangkan Gus hanya bermodalkan nasab dan mendapatkan amplop mengalir tanpa tahu jasa apa yang telah dilakukannya. Sedangkan para guru masih tetap saja hidup apa adanya bermodalkan barokah.

Kemudian, penambahan gelar Gus masih belum memiliki standar tersendiri, bahkan kecenderungan pemberian gelar secara 'instant' ini semakin membikin sosok Gus yang semaunya sendiri, semakin membikin 'manja' dalam menjalani kehidupan, hal-hal yang seharusnya dengan proses panang didapatkan dengan cara instant, lebih mengandalkan darah birunya dari pada aspek manusianya, dan seringnya tidak tahu apa yang harus dilakukan seorang Gus sebagai keturunan atau sebagai tauladan.

Pada kasus beberapa Pesantren, sang Pengasuh juga masih sering memanjakan putranya untuk menguasai dinasti Pesantren tanpa adanya proses yang tepat. Karena setiap Ayah selalu membanggakan anaknya kepada siapa pun. Namun hal-hal ini sangat tergantung dengan bagaimana sosok Kyai memiliki kebijaksanaan dan penerapan pada kenyataannya.

Tentu kita mengenal sosok-sosok Gus yang benar-benar mumpuni dan sosok Gus yang abal-abal. Alias numpang tenar, kaya, terkenal, dan mapan dari perjuangan para leluhur-leluhur sebelumnya. Sebelumnya pernah penulis kupas tentang 3 jenis Gus; Gus Nasab, Gus Nasib, dan Gus Nasob. Juga ada 5 macam Gus; Gus Jadzab, Gus Kasab, Gus Kalap, Gus Ngalap, dan Gus Balap. Dalam istilah klasifikasi ini tidak ada standar khusus, namun hanya mempermudah untuk memahami saja.

Beberapa kewajiban yang tidak seharusnya, seperti Gus pada Pesantren salaf wajib bisa baca kitab kuning, Gus pada Pesantren Modern wajib memiliki gelar formal, Gus pada Pesantren Qur'an wajib hafal Qur'an, Gus pada Pesantren Dakwah wajib menguasai retorika dan pidato, Gus pada Pesantren Desa Wajib bisa ilmu batin, dan seterusnya. Hal tersebut seakan-akan adalah sebuah keharusan jika menjadi keturunan Kyai Pesantren tersebut.

Sumber = Group WA AIS NUsantara
Oleh = Ahsani F Rahman

AMPLOP ABU ABU

oleh: KH. A. Mustofa Bisri

Kejadian ini mula-mula aku anggap biasa, tapi setelah berulang sampai lima-enam kali, aku jadi kepikiran. Sudah lima-enam kali kejadian itu, jadi sudah cukup alasan untuk tidak menganggapnya sesuatu yang kebetulan.Di bulan-bulan tertentu, sebagai mubalig, aku harus keliling ke daerah-daerah, memenuhi permintaan mengisi pengajian.

Bulan Muharram memberi pengajian dalam rangka memperingati Tahun Baru Hijriah. Bulan Mulud, Rabi’ul Awal, dalam rangka peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Bulan Rajab, dalam rangka Israk Mikraj. Bulan Sya’ban,dalam rangka Haflah Akhir Sanah atau Ruwahan. Bulan Ramadan, dalamrangka Nuzulul Qur’an. Bulan Syawal dalam rangka Halal –bi-Halal.

Belum lagi pengajian-pengajian dalam rangka Walimah Perkawinan, Khitanan, dan lain sebagainya. Capek juga.

Kadang-kadang ingin sekali aku menghentikan kegiatan yang menguras energi ini. Bayangkan, seringkali aku harus menempuh jarak ratusan kilometer dan tidak jarang lokasi pengajian sulit ditempuh dengan kendaraan roda empat, hanya untuk berbicara sekitar satu jam. Kemudian setiap kali pulang larut malam, galibnya menjelang Subuh baru sampai rumah.

Tentu saja tak pernah ada yang menyambut kedatanganku, anak-isteri masih tidur.Kalau pengajian-pengajian itu jelas pengaruhnya pada jamaah sih tidak masalah. Ini tidak.

Pengajian-pengajian yang begitu intens dan begitu tinggi volumenya itu sepertinya hanya masuk kuping kanan dan langsungkeluar lagi dari kuping kiri.Tak membekas.

Buktinya mereka yang bakhil ya tetap bakhil, yang hatinya kejam ya tetap kejam, yang suka berkelahi dengan saudaranya ya masih tetap berkelahi, yang bebal terhadap penderitaan sesama juga tidak kunjung menjadi peka, yang suka menang-menanganya tidak insaf.

Pendek kata, seolah-olah tidak ada korelasi antara pengajian dengan mental mereka yang diberi pengajian. Kadang-kadang aku berpikir, apakah masyarakat kita ini suka pengajian hanya seperti hobi saja. Kelangenan.

Mungkin juga karena mubalig sering mengemukakan besarnya pahala mendatangi pengajian tanpa lebih jauh menjelaskan makna “menghadiri pengajian” itu.

Jadi, orang menghadiri pengajian “sekedar” cari pahala. Yang penting hadirnya, tak perduli hadir terus tidur, melamun, ngobrol sendiri, atau hanya menikmati kelucuan dan “keberanian” mubalignya.

Kok tidak ada ya yang mensurveikejadian ini, misalnya meneliti sejauh mana pengaruh ceramah agama terhadap perilaku masyarakat yang menerima ceramah, pengaruh positifnya apa, negatifnya apa, dan sejauh mana peranannya dalam memperbaiki mental masyarakat? Tapi baiklah.

Biarkan aku bercerita saja tentang penglamanku.

Mula-mula kejadian yang kualami aku anggap biasa. Tapi setelah berulang sampai lima-enam kali, aku jadi kepikiran. Biasanya setiap selesai memberi pengajian selalu saja aku harus melayani beberapa jama’ah yang ingin bersalaman denganku.

Pada saat seperti itu, sehabis memberi pengajian di satu desa, ada seseorang yang memberi salam tempel, bersalaman sambil menyelipkan amplop berisi ke tanganku.

Pertama aku tidak memperhatikan, bahkan aku anggap orang itu salah satu dari panitia. Setelah terjadi lagi di daerah lain yang jauh dari desa pertama, aku mulai memperhatikan wajah orang yang memberi salam temple itu.

Pada kali-kali lain setelah itu, di tempat-tempat yang berbeda dan berjauhan, kulihat memang yang memberi salam tempel orangnya yaitu-itu juga.

Orang yang selalu memakai baju hitam-hitam. Wajahnya yangbersih dan senyumnya yang misterius itu kemudian terus membayang.

Dia selalu hanya mengucapkan salam, tersenyum misterius, dan bersalaman sambil menyelipkan amplop. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Amplopnya selalu sama. Buatan sendiri dan berwarna abu-abu. Jenis warna kertas yang aku kira jarang ada di desa-sesa.Aku tak habis pikir, bagaimana orang itu bisa selalu ada dalam pengajian yang tempatnya berjauhan.

Aku bukanlah mubalig kondang yang setiap tampil di pengajian diberitakan pers. Bagaimana orang itu bisa hadir ketika aku mengisi pengajian di sebuah dusun terpencil di Jawa Timur dan hadir pula di pengajian yang dilaksanakan di sebuah desa di ujung barat Jawa Barat, lalu hadir pula ketika di luar Jawa?

Darimana dia mendapat informasi?

Atau dia selalu membuntutiku?

Tidak mungkin. Musykil sekali.

Setiap kali aku mendapat “amplop”, dari mana atau dari siapa saja, aku tidak pernah membukanya. Langsung aku berikan isteriku.

Aku tak ingin hatiku terpengaruh oleh isinya yang mungkin berbeda-beda satu dengan yang lain, lalu tumbuh penilaian berbeda terhadap pihak –pihak yang memberi amplop.

Apalagi jika kemudian membuatku senang dan selalu mengharap menerima amplop. Na’udzu billah. Namun setelah enam kali berjumpa dengan lelaki berpakaian hitam-hitam itu, tiba-tiba aku ingin sekali mengetahui isi amplop-amplopnya yang diselipkannya di tanganku setiap usai pengajian-pengajian itu.

“Bu, kau masih menyimpan amplop-amplop yang kuberikan kepadamu?” aku bertanya kepada isteriku.

“Sebagian masih” jawab isteriku, “sebagian sudah saya pakai mengamplopi sumbangan-sumbangan yang kita berikan kepada orang.”

“Coba kau bawa kemari semua!"

Isteriku memandangiku agak heran, tapi dia beranjak juga mengambil amplop-amplop bekas yang ia simpan rapi di lemari pakaiannya.

“Banyak juga,” pikirku sambil menerima segepok amplop yang disodorkan isteriku.

Isteriku memandangiku penuh tanda tanya saat aku mengacak-acak amplop-amplop itu seperti mencari sesuatu.

“Ini dia!” kataku, membuat isteriku tambah heran.

Aku menemukan amplop-amplop persegi empat berwarna abu-abu yang kucari, lima buah jumlahnya.

“Lho, yang seperti ini Cuma ini, Bu? Hanya lima?”

“Ya nggak tahu,” sahut isteriku.

“Memangya ada berapa? Setahuku ya cuma itu.

Aku tidak mengusutnya lebih lanjut, mungkin justru aku yang lupa menghitung pertemuanku dengan lelaki misterius itu, lima atau enam kali. Aku memperhatikan dengan cermat lima amplop abu-abu itu.

Ternyata di semua amplop itu terdapat tulisan berhuruf Arab kecil-kecil, singkat-singkat, dan masing-masing ada tertera tanggalnya.

“Ada apa, Pak?” Tanya isteriku tertarik sambil duduk di sampingku.

Aku tak menghiraukan pertanyaannya. Aku mencoba mengurutkan tanggal-tanggaldi lima amplop itu.

Kemudian membaca apa yang tertulisdi masing-masing amplop secara berurutan sesuai tanggalnya. Aku kaget. Semuanya justru nasihat untukku sebagai mubalig yang biasa mensihati orang.

Aku pun menyesal mengapa amplop-amplop itu tidak aku buka pada waktunya.Amplop pertama kubaca:

“ ‘Ud’uu ilaa sabiili Rabbika bilhikmati walmau’izhatil hasanah (Ajaklah orang ke jalan Tuhanmu dengan bijaksana dan nasihat yang baik). Genuk, Semarang, 8 Juli 2001.

”Amplop kedua: “Sebelum Anda menasihati orang banyak, sudahkah Anda menasihati diri Anda sendiri? Cilegon, 11 Juli 2001.

”Amplop ketiga: “Amar makruf dan nahi munkar seharusnya disampaikan dengan cara yang makruf juga. Beji, Tuban, 10 September 2001.

”Amplop keempat: “Yasirruu walaa tu’assiruu! (Berikan yang mudah-mudah dan jangan mempersulit!). Duduk, Gresik, 4 Januari 2002.

Dan amplop kelima: “Ya ayyuhalladziinaaamanu lima taquuluuna malaa taf’aluun! (Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan sesuatu yang kau sendiri tidak melakukannya?.Besar sekali kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan sesuatu yang kau sendiri tidak melakukannya!).Batanghari, Lampung Timur, 29 April 2002.

”Aku mencoba mengingat-ingat apa saja yang pernah aku ceramahkan di tempat-tempat di mana aku menerima amplop-amplop itu.

Ternyata aku tidak bisa mengingatnya. Bahkan aku tidak ingat apa saja yang aku bicarakan pada kesempatan-kesempatan lainnya.

Ternyata aku lupa semua yang pernah aku katakan sendiri.

Ah.Siapapun orang itu—atau jangan-jangan malaikat—aku merasa berutang budi. Sebagai mubalig, pekerjaanku hanya memberi nasihat.

Jadi memang jarang sekali aku mendengarkan nasihat.

Aku sungguh bersyukur ada yang menasihatiku dengan cara begitu, sehingga sebagai mubalig, aku tidak perlu kehilangan muka.

Aku jadi mengharap mudah-mudahan bisa bertemu lagi dengan lelaki berpakaian hitam-hitam dan berwajah bersih itu di pengajian-pengajian mendatang.

“Kau masih ingat isi dari amplop-amplop ini?” tanyaku pada isteriku yang masih seperti bingung memperhatikanku.

“Siapa yang tidak ingat isi amplop-amplop itu?
Kalau yang lain mungkin aku lupa. Tapi amplop-amplop warna abu-abu itu aku tidak bisa lupa. Soalnya semua isinya sama, selalu dua ratus ribu rupiah.

Malah semuanya masih saya simpan.”“Masih kau simpan?” kataku kaget campur gembira.

“Jadi semuanya masih utuh? Berarti semuanya ada satu juta rupiah?”

“Ya, masih utuh. Wong aku tidak pernah mengutik-utik uang itu. Rasanya sayang, uangnya masih baru semua, seperti baru dicetak. Aku simpan di bawah pakaian-pakaianku di lemari,” ujar isteriku sambil beranjak ke kamarnya, mau mengambil uang yang disimpannya.

Aku menunggu tak sabar. Tak lama kemudian tiba-tiba,

“Paaak!” Terdengar suara isteriku berteriak histeris.

“Lihat kemari, Pak!”

Aku terburu-buru menghambur menyusulnya ke kamar.

Masya Allah.

Kulihat lemari pakaian isteriku terbuka dan dari dalamnya berhamburan uang-uang baru seratus ribuan, seolah-olah isi lemari itu memang hanya uang saja. Isteriku terpaku dengan mata terbelalak seperti kena sihir, melihat lembaran-lembaran uang yang terus mengucur dari lemarinya.

Dalam takjubku, aku sendiri masih melihat sebuah amplop abu-abu ikut melayang di antara lembaran-lembaran uang itu. Aku segera menangkapnya

Nah, ini dia yang satu lagi. Jadi benar hitunganku, enam kali aku bertemu lelaki itu. Ini amplop keenam.Tanpa mempedulikan istriku yang masih bengong memandangi lembaran-lembaran uang yang berterbangan, aku amati amplop itu seperti mengamati amplop-amplop lainnya tadi.

Dan ternyata di sini juga terdapat tulisan Arab kecil-kecil.

Isinya, “Wamal Hayaatud Dun-ya illa mataa’ul ghurur! (Kehidupan duniawi itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan!). Arafah, 9 Dzulhijjah 1418.

”Tidak seperti amplop-amplop lainnya, yang satu ini juga ada tertera namadan tanda tangan, “Hamba Allah, Khidir!”

Tahun 1418 aku memang naik haji, tapi aku tidak ingat pernah bertemu lelaki berpakaian hitam-hitam dan berwajah jernih itu.

Rasanya di Arafah semua orang berpakaian putih-putih.

SubhanAllah!
_________________________
Disadur dari buku beliau, Kumpulan Cerpen "Lukisan Kaligrafi"-
[22/9 14:30]

Selasa, 29 Agustus 2017

HALAL BUAT KAMI, HARAM BUAT TUAN



Ulama Abu Abdurrahman Abdullah Bin Al-Mubarak Al Hanzhali Al Marwazi ulama terkenal di makkah yang menceritakan riwayat ini.

Suatu ketika, setelah selesai menjalani salah satu ritual haji, ia beristirahat dan tertidur.

Dalam tidurnya ia bermimpi melihat dua malaikat yang turun dari langit. Ia mendengar percakapan mereka :

“Berapa banyak yang datang tahun ini?”
tanya malaikat kepada malaikat lainnya.
“Tujuh ratus ribu,” jawab malaikat lainnya.
“Berapa banyak mereka yang ibadah hajinya diterima?”
“Tidak satupun”

Percakapan ini membuat Abdullah gemetar.

“Apa?”
ia menangis dalam mimpinya.
“Semua orang-orang ini telah datang dari belahan bumi yang jauh, dengan kesulitan yang besar dan keletihan di sepanjang perjalanan, berkelana menyusuri padang pasir yang luas, dan semua usaha mereka menjadi sia-sia?”

Sambil gemetar, ia melanjutkan mendengar cerita kedua malaikat itu.

“Namun ada seseorang,
yang meskipun tidak datang menunaikan ibadah haji, tetapi ibadah hajinya diterima dan seluruh dosanya telah diampuni. Berkat dia seluruh haji mereka diterima oleh Allah.”

“Kok bisa”
“Itu Kehendak Allah”
“Siapa orang tersebut?”
“Sa’id bin Muhafah tukang sol sepatu di kota Damsyiq (damaskus sekarang)”

Mendengar ucapan itu, ulama itu langsung terbangun, Sepulang haji, ia tidak langsung pulang kerumah, tapi langsung menuju kota Damaskus, Siria.

Sampai disana ia langsung mencari tukang sol sepatu yang disebut Malaikat dalam mimpinya. Hampir semua tukang sol sepatu ditanya, apa memang ada tukang sol sepatu yang namanya Sa’id bin Muhafah.

“Ada, di tepi kota”
Jawab salah seorang sol sepatu sambil menunjukkan arahnya.

Sesampai disana ulama itu menemukan tukang sepatu yang berpakaian lusuh,

“Benarkah anda bernama Sa’id bin Muhafah?” tanya Ulama itu
“Betul, siapa tuan?”
“Aku Abdullah bin Mubarak”

Said pun terharu, "bapak adalah ulama terkenal, ada apa mendatangi saya?”

Sejenak Ulama itu kebingungan, dari mana ia memulai pertanyaanya, akhirnya ia pun menceritakan perihal mimpinya.

“Saya ingin tahu, adakah sesuatu yang telah anda perbuat, sehingga anda berhak mendapatkan pahala haji mabrur?”

“Wah saya sendiri tidak tahu!”
“Coba ceritakan bagaimana kehidupan anda selama ini.

Maka Sa’id bin Muhafah bercerita.

“Setiap tahun, setiap musim haji, aku selalu mendengar :

Labbaika Allahumma labbaika. Labbaika la syarika laka labbaika. Innal hamda wanni’mata laka wal mulka. laa syarika
laka.

Ya Allah, aku datang karena panggilanMu.
Tiada sekutu bagiMu.
Segala ni’mat dan puji adalah kepunyaanMu dan kekuasaanMu.
Tiada sekutu bagiMu.

Setiap kali aku mendengar itu, aku selalu menangis

Ya allah aku rindu Mekah.
Ya Allah aku rindu melihat kabah.
Ijinkan aku datang…..
Ijinkan aku datang ya Allah..

Oleh karena itu, sejak puluhan tahun yang lalu setiap hari saya menyisihkan uang dari hasil kerja saya, sebagai tukang sol sepatu.

Sedikit demi sedikit saya kumpulkan. Akhirnya pada tahun ini, saya punya 350 dirham, cukup untuk saya berhaji.

“Saya sudah siap berhaji”
“Tapi anda batal berangkat haji”
“Benar”
“Apa yang terjadi?”
“Istri saya hamil, dan sering ngidam.
Waktu saya hendak berangkat saat itu dia ngidam berat”
“Suami ku, engkau mencium bau masakan yang nikmat ini?
“ya sayang”
“Cobalah kau cari, siapa yang masak sehingga baunya nikmat begini.
Mintalah sedikit untukku”

"Ustadz, sayapun mencari sumber bau masakan itu.
Ternyata berasal dari gubuk yang hampir runtuh. Disitu ada seorang janda dan enam anaknya.

Saya bilang padanya bahwa istri saya ingin masakan yang ia masak, meskipun sedikit.

Janda itu diam saja memandang saya, sehingga saya mengulangi perkataan saya.

Akhirnya dengan perlahan ia mengatakan :
“tidak boleh tuan”
“Dijual berapapun akan saya beli”
“Makanan itu tidak dijual, tuan” katanya sambil berlinang mata.

Akhirnya saya tanya kenapa?
Sambil menangis, janda itu berkata “daging ini halal untuk kami dan haram untuk tuan” katanya.

Dalam hati saya:
Bagaimana ada makanan yang halal untuk dia, tetapi haram untuk saya, padahal kita sama-sama muslim?

Karena itu saya mendesaknya lagi “Kenapa?”
“Sudah beberapa hari ini kami tidak makan. Dirumah tidak ada makanan. Hari ini kami melihat keledai mati, lalu kami ambil sebagian dagingnya untuk dimasak.

“Bagi kami daging ini adalah halal, karena andai kami tak memakannya kami akan mati kelaparan. Namun bagi Tuan, daging ini haram".

Mendengar ucapan tersebut spontan saya menangis, lalu saya pulang.

Saya ceritakan kejadian itu pada istriku, diapun menangis, kami akhirnya memasak makanan dan mendatangi rumah janda itu.
“Ini masakan untuk mu”
Uang peruntukan Haji sebesar 350 dirham pun saya berikan pada mereka.
”Pakailah uang ini untuk mu sekeluarga.

Gunakan untuk usaha, agar engkau tidak kelaparan lagi”
Ya Allah……… disinilah Hajiku
Ya Allah……… disinilah Mekahku.
Mendengar cerita tersebut Abdullah bin Mubarak
tak bisa menahan air mata.

Kisah ini memberi hikmah, bahwa membantu orang disekitar kita bisa jadi sama nilainya dengan pergi Haji di mata Allah. 

Buat yang akan naik haji ....
atau yang sudah berhaji...

Saudaraku ............Ingat ...

Ada dua yang tidak kekal dalam diri manusia !
Yakni : Masa Muda dan Kekuatan Fisiknya.

Jangan Lupa ... Ada dua juga yang akan bermanfaat bagi semua orang !
Yakni : Budi Pekerti yang luhur serta Jiwa yang ikhlas memaafkan.

Perhatikan .. Ada dua pula yang akan mengangkat derajat kemulian manusia ! Yakni : Rendah hati dan suka meringankan beban hidup orang lain.

Dan ada dua yang akan menolak datangnya bencana ! Yakni : Sedekah serta menjalin hubungan silaturrahim. Semoga kita menjadi orang orang yang dimuliakan Allah swt aamiin.

Sumber = group WA

Senin, 28 Agustus 2017

Do'a Mustajab diatas Waliyulloh

Di Hadramaut (Yaman), setiap orang yang datang menghadap Habib Salim atau habaib sepuh yang alim di Tarim untuk minta didoakan, selalu mendapat pertanyaan yang sama; apakah kamu masih memiliki permata (ibu) di rumahmu?

Jika jawabannya, masih. Maka beliau dengan halus mengatakan, "tahukah kamu, bahwa doa ibu untukmu, lebih mulia dan lebih maqbul daripada doa seorang wali besar sekalipun." Ketika Habib Umar Bin Hafidz dan abangnya Habib Ali Masyhur Bin Hafidz masih bayi dan sering menangis, Ibunda mereka Hubabah Zahra akan memeluk dan membelai anak-anaknya sambil mengusap kepala mereka.
Kepada Habib Ali Masyhur, beliau sering berbisik "mufti, mufti" dan sekarang, Habib Ali Masyhur telah menjadi Mufti Yaman. Kepada Habib Umar sang ibu selalu berdoa "da'i, da'i". Dan kini Habib Umar telah menjelma menjadi Da'i Islam terkenal di zaman ini.

Rasulullah ﷺ bersabda orang tua adalah pintu surga yang paling tengah, maka jangan sia-siakan pintu itu atau jagalah ia. (HR. Tirmidzi). Ingat, ibu adalah pintu surga bagi anak-anaknya, dan ayah adalah jembatan menuju kepadanya. Air susu ibu yg kita minum adalah saripati makanan hasil jerih payah dan keringat ayah yang mencari nafkah untuk keluarga. Karena itu, muliakan lah mereka.

Mau keluar rumah, jangan lupa cium tangan Ibu dan Ayah. (Ingatlah ketika kita masih kecil, kita selalu dipeluk dan diciumnya). Bila kita sudah bekerja atau berkeluarga, atau tak tinggal serumah, Sering-sering lah mengunjunginya.
Bila tidak memungkinkan, teleponlah agar beliau senang dan ridlo atas seluruh jerih payah dan setiap tetesan susu yang telah menjadi darah daging kita. Semoga Allah SWT meridloi kita dan keluarga tercinta. Aamiin.

Sumber= dutaislam.com/ ab
.

Minggu, 27 Agustus 2017

Qurban dan Problematikanya

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Qurban:

1.     Hendaknya tidak berkurban dengan hewan hamil untuk keluar dari khilaf ulama’, kecuali jika kehamilan menyebabkan berkurangnya kuantitas daging.

2.     Daging harus disedekahkan dalam keadaan mentah. Jika dibagikan dalam keadaan matang (berupa masakan), maka tidak sah.

3.     Lebih baik tidak menyembelih di akhir hari Tasyriq (tanggal 13 Dzulhijjah) agar keluar dari pendapat ulama’ yang menyatakan tidak sah yaitu imam-imam di luar madzhab Syafi’i.

4.     Menurut imam Romli, boleh menyembelih satu kambing dengan niat kurban sekaligus aqiqah (mendapat pahala keduanya) dengan syarat bukan kurban atau aqiqah wajib. Sedangkan menurut Ibn Hajar jika diniati keduanya, maka tidak menjadi kurban atau aqiqah (syatu lahm)

5.     Kurban diganti dengan uang tidak sah. Boleh mewakilkan dalam pembelian hewan kurban sekaligus penyembelihan dan pembagiannya. Jika seseorang berkata kepada yang lain :”sembelihlah hewan kurban untukku “,  menjadikannya sebagai wakil dalam penyembelihan sekaligus pembagian daging kurban, sehingga wajib baginya untuk mengganti harga hewan tersebut.

6.     Boleh menyimpan daging kurban (untuk dikonsumsi selepas waktu kurban) seperti dijadikan dendeng atau dikalengkan.

7.     Menyerahkan hewan kurban kepada kiyai atau tokoh masyarakat berupa hewan hidup (bukan daging) tidak menjadi miliknya tapi hanya menjadikannya sebagai wakil dalam penyembelihan dan pembagian saja karena pembagian kurban harus sudah disembelih. Sehingga tidak diperbolehkan untuk mengambil daging kurban sedikitpun kecuali seukuran yang ditentukan oleh orang yang berkurban.

8.     Menyembelih hewan kurban setelah habisnya waktu kurban (setelah terbenamnya matahari tanggal 13 Dzulhijjah), jika berupa kurban sunnah, maka tidak sah. Namun jika berupa kurban nadzar, maka tetap wajib dilaksanakan sebagai qodlo’.

9.     Berkurban untuk orang yang sudah meninggal menurut pendapat yang kuat tidak sah kecuali jika telah mendapatkan wasiat dari si mayit sebelum meninggalnya.

10.  Boleh memberikan daging kurban kepada satu orang fakir miskin, berbeda dengan zakat.

11.  Membagikan daging kurban (nadzar atau kadar wajib dari kurban sunah) kepada fakir miskin di luar daerah penyembelihan hewannya ada dua pendapat. Sebaiknya tidak membagikan di luar daerah penyembelihan untuk keluar dari khilaf ulama’

12.  Dalam mengetahui umur hewan kurban bisa mendasarkan pada kabar penjual hewan kurban, dengan catatan hewan tersebut lahir dalam kepemilikannya atau dengan bertanya kepada orang yang ahli dalam bidang perhewanan .

13.  Menyerahkan kurban kepada masjid dapat dibenarkan jika dimaksudkan diserahkan kepada salah satu pengurus masjid sebagai wakil dalam penyembelihan dan pembagian daging kurban.

14.  Penyembelihan hewan kurban tidak boleh dilaksanakan di halaman milik masjid atau wakaf untuk masjid. Demikian juga tidak boleh menggunakan alat-alat milik masjid dalam penyembelihan dan pembagian daging kurban.

15.  Tidak boleh memberikan daging kurban kepada orang non muslim

Simak pula jawaban Apa itu Qurban? Bagaimana Hukumnya? Hewan apa yang dapat dijadikan kurban dan apa saja kriterianya? Bagaimana niatnya? Bagaimana pula cara pembagian dagingnya? Apa saja kesunahannya? Dalam artikel di bawah ini:

http://forsansalaf.com/2017/08/28/qurban-dan-problematikanya/

Download Buletinnya di sini:

http://forsansalaf.com/wp-content/uploads/2017/08/Qurban-REVISI-the-best.pdf

Sumber :FB kalam habib Taufiq Assegaf

Sabtu, 26 Agustus 2017

Di debat calon menantu

Syahdan, ada kiai NU ahli qoidah fiqih yang sedang mencarikan menantu untuk untuk salah satu dari dua anak gadisnya, yang pertama jelek dan yang kedua cantik. Setelah melakukan proses pencarian yang teliti dengan berbagai pertimbangan, akhirnya, ditemukanlah sosok ideal. Pria beruntung tersebut, sebut saja Gus Gaul yang intelek, ahli debat dengan kumis tipis nan romantis bertengger di atas bibirnya. 

Pada saat yang tepat, dipanggillah Gus Gaul itu ke rumah kiai tersebut.

.

Kiai: "Gus.... njenengan mau saya nikahkan dengan putri saya, berkenan kan njenengan?" tutur Kiai sambil menyerutup kopi.

Gus : "Insyaallah, Kiai, karena saya sudah saatnya menikah."

.

Kiai: "Saya punya dua anak gadis, yang pertama jelek, yang kedua sangat cantik. Ya identiknya orang tua, pasti tahu anaknya cantik atau tidak. Hanya orang yang tidak normal yang mengatakan anak gadisnya tidak cantik," tutur Kiai.

.

Gus: "Terus, maksud njenengan?"...

.

Kiai: "Yang akan saya nikahkah denganmu adalah yang pertama yang tidak cantik itu...," tutur kiai

.

Gus : " Lho kok gitu Kiai? Saya kan ganteng, usia saya baru 25 tahun, plus romantis," dengan ekspresi kaget campur bingung.

Kiai: "Betul itu Gus, .... tetapi dalam qoidah fiqih al-adath al-muhakkamah, adat tradisi bisa dijadikan sebagai pegangan hukum, Ya... meski putri saya yang pertama jelek, tapi tradisi masyarakat, anak yang tua itu harus yang didahulukan dinikahkan," tutur Kiai.

.

Gus :"Wah... maaf kiai, saya kelasnya baru santri, belum menguasai qoidah fiqih, jadi saya masih sehari-hari akrab dengan kitab-kitab nahwu," dengan nada pura-pura tidak membidangi qoidah fiqih.

.

Kiai: "Maksud njenengan?"

.

Gus: "Lho njenengan memahami qoidah fiqih salah satu modalnya adalah ilmu nahwu." 

.

"Dalam ilmu nahwu, mubtada itu memang harus didahulukan. khobar diakhirkan. Tapi dalam kitab Alfiyah ibnu Malik, diperbolehkan khobar muqoddam(khobar yang didahulukan)".... 

.

Nah, jadi meskipun umumnya yang tua yang duluan dinikahkan, tetapi tidak menyalahi aturan jika putri kedua panjenengan itu yang didahulukan dinikahkan dengan saya, dan putri pertama njenengan itu ya dinikahkan belakangan saja," tutur Gus itu dengan nada santai.

.

Kiai itu pun tidak berkutik dengan jawaban Gus tadi.

.

Tiba- tiba terdengar suara putri pertama kiai yang tersinggung dan dari tadi mendengar percakapan tersebut, dari dalam: "Gus.... dalam ilmu ushul fiqih, analogi njenengan itu qiyas fasidh (tidak relevan), ngakbisa menyamakan cari calon istri dengan analogi ilmu nahwu !!!".

.

Sedangkang putri kedua kiai yang cantik jelita, yang memang sudah jatuh cinta pada Gus tadi, dan sudah sering WhatsApp-an dengan Gus tersebut, ia mesam-mesem saja melihat itu. Sambil berkata: "Wah betul itu kata Gus, saya setuju".

.

Suasana pun agak tegang, putri pertama kiai akan kembali berkata dengan nada nyaring, matanya sudah melotot, 

.

Dari dalam, tiba-tiba muncullah ibu nyai, istrinya Kiai, sambil bilang: "Ini mau cari calon mantu, apa debat soal pilgub, jadi ramai begini. Bubar... bubar..... bubar....

Ini belum jadi menantu saja calon mertua sudah didebat, gimana nanti nanti sudah jadi mantu, cari yang lain saja abah kiai calon menantunya" !!!!.

.

Si Gus pun pergi meninggalkan rumah Kiai tersebut, sambil WA putri kedua kiai yang cantik jelita tadi:

"Hi... Ning cantik.... kata orang mengaji ilmu sorof-nya, proses perjuangan cinta kita berdua, terdapat huruf 'ilat (kendala) masih butuh di-i'lal (proses mebuang harfu 'ilath) dengan perjuangan panjang :)" (Nasrulloh Afandi)  

Mukafi,  NU Online.

Kamis, 06 Juli 2017

Berjuta Fadhilah Hari Jumat

KH. Muzakki Syah (Jember)

Jum’at adalah hari istimewa dalam Islam. Jum’at adalah pemimpin hari-hari, alias hari yang paling mulia. Sebagaimana dalam sabda Rasulullah s.a.w.:

سَيِّدُ اْلأَياَّمِ  يَوْمُ اْلجُمْعَةِ فِيهِ خُلِقَ آدَمُ وَفِيهِ أُدْخِلَ اْلجَنَّةَ وَفِيهِ أُخْرِجَ مِنْهاَ وَلاَ تَقُومُ السَّاعَةُ إِلاَّ يَوْمَ اْلجُمْعَةِ

”Pemimpin hari ialah hari Jum’at. Di hari Jum’at Nabi Adam a.s. diciptakan, pada hari itu beliau dimasukkan ke dalam sorga, dan di hari itu pula beliau dikeluarkan darinya. Hari kiamat pun tidak akan terjadi kecuali di hari Jum’at.” (Riwayat Ibnu Khuzaiman dan Al-Hakim)

Jum’at juga merupakan hari raya mingguan bagi umat Islam. Idealnya, pada hari itu orang Islam meliburkan diri dari pekerjaan atau aktivitas rutin yang berkaitan dengan urusan keduniaan. Dengan kata lain, Jum’at mestinya menjadi hari libur bagi mereka, sebagaimana sekarang masih berlangsung di pesantren-pesantren. Libur pada hari minggu kiranya sesuatu yang sudah terlanjur.

Jum’at adalah hari mulia yang khusus diperuntukkan bagi umat Muhammad. Pada hari itu doa-doa dikabulkan dan pahala juga dilipat-gandakan.

Kalau menjelang hari raya Idul Fitri kita melakukan berbagai persiapan, termasuk membeli pakaian baru, maka demikian pula hendaknya dengan hari Jum’at. Seperti dianjurkan oleh Imam Al-Ghazali, hendaknya kita menyongsong hari raya itu sejak hari Kamis, yaitu dengan menyiapkan baju yang bersih dan wewangian. Selain itu, pada Kamis sore disarankan supaya memperbanyak membaca tasbih dan istighfar. Khusus pada malam dan hari Jum’at dianjurkan untuk membaca surah Al-Kahfi di samping surah Yasin. Rasulullah s.a.w. bersabda:

مَنْ قَرَأَ اْلكَهْفَ فِي يَوْمِ اْلجُمْعَةِ أَضاَءَ َلهُ مِنَ النُّورِ مَا بَيْنَ اْلجُمْعَتَيْنِ

“Barangsiapa membaca surah Al-Kahfi pada hari Jum’at, Allah akan memancarkan padanya cahaya antara dua Jum’at.” (Riwayat Al-Hakim) Dalam riwayat lain:

مَنْ قَرَأَ سُورَةَ اْلكَهْفِ فيِ يَوْمِ اْلجُمْعَةِ أَوْ لَيْلَتِهاَ وُقِيَ فِتْنَةَ الدَّجَّالِ

“Barangsiapa membaca surah Al-Kahfi pada hari Jum’at atau malam Jum’at, maka dia dilindungi dari godaan Dajjal.”

Bila datang waktu subuh, mandilah. Niatkan mandi Anda sebagai mandi salat Jum’at. Ini hukumnya sunnah. Nabi s.a.w. bersabda:

مَنْ تَوَضَّأَ يَوْمَ اْلجُمْعَةِ فَِبهَا وَ نِعْمَتْ وَ مَن ِاغْتَسَل َفَاْلغُسْلُ أَفْضَلُ

”Barangsiapa berwudhu’ di hari Jum’at, maka itu bagus dan itulah jalan kita. Barangsiapa mandi, maka mandi itu lebih utama.” (Riwayat Abu Dawud dan lain-lain)

Setelah itu, kenakan baju putih bersih dan terbaik. Baju berwarna putih adalah baju yang paling dicintai oleh Allah. Pakai pula wewangian terbaik.

Selanjutnya, sempurnakan pembersihan badan dengan memotong kuku, menggunting kumis tipis-tipis, mencabut bulu ketiak dan mencukur bulu kemaluan. Jangan lupa untuk bersiwak dan melakukan kebersihan badan lainnya, termasuk menyikat gigi.

Mulailah memotong kuku dari jari-jari tangan kanan. Pekerjaan ini diawali dengan memotong kuku jari telunjuk, diteruskan ke kuku jari tengah, jari manis, lalu jari kelingking dan diakhiri dengan kuku ibu jari. Kemudian beralih ke kuku jari-jari tangan kiri. Yang ini dimulai dari jari kelingking, jari manis, jari tengah, jari telunjuk dan berakhir pada ibu jari.

Jangan lupa memotong kuku jari-jari kaki. Dimulai dari kuku jari kelingking kaki kanan, terus bergerak ke kiri, dan berakhir pada jari kelingking kaki kiri.

Bagaimana dengan potong rambut kepala? Ini tidak sunnah, tapi mubah di hari Jum’at, kecuali bila sudah terlalu panjang sehingga tampak tidak rapi dan sulit diatur. Lakukan pula hal ini  jika rambut sudah sangat mengganggu. Misalnya, gatal atau penyakit lain. Maka sunnah untuk dipotong pendek.

Jumat, 16 Juni 2017

SHOLAT KAFAROH

Shalat kafarah Bersabda Rasulullah SAW : " Barangsiapa selama hidupnya pernah meninggalkan sholat tetapi tak dapat menghitung jumlahnya, maka sholatlah di hari Jum'at terakhir bulan Ramadhan sebanyak 4 rakaat dengan 1x tasyahud (tasyahud akhir saja, tanpa tasyahud awal), tiap rakaat membaca 1 kali Fatihah kemudian surat Al-Qadar 15 X dan surat Al-Kautsar 15 X .

 
Niatnya: ” Nawaitu Usholli arba’a raka’atin kafaratan limaa faatanii minash-shalati lillaahi ta’alaa”

Sayidina Abu Bakar ra. berkata
"Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Sholat tersebut sebagai kafaroh (pengganti) sholat 400 tahun dan menurut Sayidina Ali ra. sholat tersebut sebagai kafaroh 1000 tahun. Maka bertanyalah sahabat : umur manusia itu hanya 60 tahun atau 100 tahun, lalu untuk siapa kelebihannya ?". Rasulullah SAW menjawab, "Untuk kedua orangtuanya, untuk istrinya, untuk anaknya dan untuk sanak familinya serta orang-orang yang didekatnya/ lingkungannya." 

Setelah selesai Sholat membaca Istigfar 10 x :

أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعِظِيْمِ الَّذِي لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ وَ أتُبُوْا إِلَيْكَ

Kemudian baca sholawat 100 x :

اللَّهُمَّ صَلِّّ عَلَى سَيِّدِنَا محمّد

Kemudian menbaca basmalah, hamdalah dan syahadat
Kemudian membaca Doa kafaroh 3x : 

 اَللَّهُمَّ يَا مَنْ لاَ تَنْفَعُكَ طَاعَتِيْ وَلاَ تَضُرُّكَ مَعْصِيَتِيْ تَقَبَّلْ مِنِّيْ مَا لاَ تَنْفَعُكَ وَاغْفِرْ لِيْ مَا وَلاَ تَضُرُّكَ يَا مَنْ إِذَا وَعَدَ وَفَا وَ إِذَا تَوَعِدُ تَجَاوَزَ وَعَفَا اِغْفِرْ لِيْ لِعَبْدٍ ظَلَمَ نَفْسَهُ وَأَسْأَلُكَ  اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ بَطْرِ اْلغِنَى وَجَهْدِ اْلفَقْرِ إِلَهِيْخَلَقْتَنِيْ وَلَمْ أَكُنْ شَيْئًاً وَرَزَقْتَنِيْ وَلَمْ اَكُنْ  شَيْئاً وَارْتَكَبْتُ اْلمَعَاصِيْ فَإِنِّيْ مُقِرٌّ لَكَ بِذُنُوبِيْ فَإِنْ عَفََوْتَ عَنِّيْ فَلاَ يَنْقُصُ مِنْ مُلْكِكَ شَيْئاً  وَإِنْ عَذَبْتَنِيْ فَلاَ يَزِدُ فِيْ سُلْطَاِنكَ شيئاً اَللَّهُمَّ إِنَّكَ تَجِدُ مَنْ تُعَذِّبُهُ غَيْرِي لَكِنِّيْ لاَ أَجِدُ مَنْ يَرْحَمْنِيْسِوَاكَ فَاغْفِرْ لِيْ مَا بَيْنِيْ وَبَيْنَكَ وَمَا بَيْنَ خَلْقِكَ اِرْحَمْنِيْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ وَيَا رَجَاءَ  السّائِلِيْنَ وَيَا أَمَانَ اْلخَائِفِيْنَ إِرْحَمْنِيْ  بِِرَحْمَتِكَ الْوَاسِعَةَ أَنْتَ أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَاَلمِيْنَ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ ِللْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ وَتَابِعِ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ بِالْخَيْرَاتِ ربّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَ أَنْتَ خَيْرُالرَّاحِمِيْنَ وصل الله على سيّدنا محمّد وعلى ألِهِ وصحبه وسلّم تسليمًا كثيرًا والحمد لله ربّ العالمين. أمين.

Diambil dari kitab “Majmu’atul Mubarakah”, susunan Syekh Muhammad Shodiq Al-Qahhawi.
(oleh: Habib Munzir al-Musawa dan dari berbagai sumber lain.)

Waktu : Yaitu, shalat sunnah kafarat yang hanya kesempatannya di hari Jumat akhir Ramadhan batasnya antara waktu dhuha dan Ashar.

Kamis, 15 Juni 2017

AMALAN UNTUK MENEMUI LAILATUL QODAR


Diriwayatakan oleh Ibnu Abbas berupa Hadits Marfu’ dari Rosululloh SAW, bahwasanya Nabi Muhammad bersabda: “Barang siapa membaca:
لآ إِلهَ إِلَّا اللهُ الْحَلِيْمُ الْكَرِيْمُ سُبْحَانَ رَبِّ السَّموَاتِ السَّبْعِ وَرَبِّ الْعَرْشِ اْلعَظِيْمِ (ثَلَاثَ مَرَّاتٍ)
Maka dia akan mendapat pahala ibadah seperti ibadahnya orang sholeh yang tepat turunnya lailatul qadar.
Sholat Lailatul Qodar
Dari Abu Abbas dari Nabi Muhammad SAW, bahwa Rosululloh SAW bersabda: “ Barangsiapa sholat di malam Lailatul Qodar dua rokaat tiap-tiap rokaat setelah Fatihah membaca surat al-Ikhlas 7x dan setelah salam, sebelum kaki berubah dari tempat duduknya kemudian membaca (7x):
أَسْتَغْفِرُ اللهَ وَاَتُوْبُ إِلَيْهِ (سَبْعِيْنَ مَرَّةً)
Maka Allah akan mengampuni dosanya dan dosa kedua orang tuanya sebelum dia berdiri dari duduknya dan Allah mengutus malaikat untuk membangunkan gedung di surga dan dia tidak akan meninggal dulu sebelum melihat tempatnya di surga.
Niat
Usholli sunnatal Mutlaki fii lailatil qodri rok’ataini lillhi ta’ala
أُصَلِّي سُنَّةَ الْمُطْلَقِ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ رَكْعَتَيْنِ ِللهِ تَعَالَى
Saya berniat sholat mutlak dua rokaat untuk menemui Lailatul Qodar karena Allah

SHOLAT KAFAROT
Ijazah dari Habib Luthfi bin Ali bin Yahya Pekalongan ( Ketua Jam’iyyah Thoriqoh Al-Mu’tabaroh An-Nahdliyyah se-Indonesia).
Diamalkan malam Jum’at terakhir bulan Romadhon ba’da sholat Maghrib.
Niat
Usholli Arba’a Roka’atin Kafarotan Limaa Faataniy minas Sholati Lillahi ta’ala
أُصَلِّي أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ كَفَارَةً لِمَا فَاتَنِيْ مِنَ الصَّلَاةِ ِللهِ تَعَالَى
Saya berniat sholat empat roka’at untuk menebus kekurangan sholat saya karena Allah
Dilaksanakan dengan 4 roka’at 1 salam (tanpa tahiyat awal)
Disetiap roka’atnya ba’da membaca surat al-Fatihah membaca:
Surat al-Qodar 15x
Surat al-Kautsar 100x
Ba’da salam membaca sholawat 100x
Fadhilah
Kafarot Sholat 40 tahun
Dari Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq: Dapat mengkafarotkan sholat 400 tahun
Dari Sayyidina Ali bin Abi Tholib: Dapat mengkafarotkan sholat 1000 tahun
Dasar Hukum:
Kitab Majmu’atul Mubarokah
Kitab Jawahirul Khumus
 

IJAZAH AMALAN LAIN UNTUK
MENEMUI LAILATUL QODAR

فرْتِعْكَاهَي صَلَاةْ لَيْلَةُ الْقَدْرِ(فَاتَعْ رَكَعَةْ رَوْعْ سَلَامْ)
أُصَلِّي سُنَّةَ اْلمُطْلَقِ فِي لَيْلَةِ اْلقَدْرِ رَكْعَتَيْنِ ِللهِ تَعَلَى
نِيَةْ إِعْسُونْ صَلَاةْ مُطْلَقْ لَيْلَةُ اْلقَدَرْ رَوعْ رَكَعَةْ سُنَّةْ كَرَانَا الله تَعَالَى
بَعْدَ فَاتِحَةْ مَاهَوسْ سُورَةْ :
الْهَاكُمُ التَّكَاثُرْ  X1
قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدْ  X5
1.  بَعْدَ سَلَامْ مَاهَوسْ : سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ سُبْحَانَ اللهِ الْعَظِيْمِ  X200
2.  لآ إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, لَهُ اْلمُلْكُ وَ لَهُ اْلحَمْدُ يُحيِ وَ يُمِيْتُ وَهُوَ حَيٌّ دَائِمٌ لاَ يَمُوْتُ بِيَدِهِ اْلخَيْرُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ  X300
3.  اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ كَرِيْمٌ تُحِبُّ الْعَفْوَ وَاعْفُ عَنِّي (تَنْفَا وِيْلَاعَانْ)
سَفَا وَوْعِى عَلاَكَوْنِي صَلاَةْ لَيْلَةُ الْقَدَرْ, بَاكَلْ دِيْ سفُوْرَا كَابَيه دُوْصَا-دُوْصَانَى, كُوسْتِي الله فَارِيعْ كَامْفَاعْ فرْكَارَانَى دُنْيَا آخِرَةْ, وَقْتُو سَكَرَةُ الْمَوتْ كَامْفَاعْ أَوْرَا عرَاسَاأَكَى لاَرَا, كُوسْتِي الله علفَاسَكن سَكِيعْ سِيكْصاَ قُبُورْ لَنْ سِيكْصاَ نرَاكَا لَنْ مكَولِيهْ هَدِيَهْ كَنِعْمَاتَانْ سُوَارْكاَ كَعْ لُوَارْبِيَاسَا نِعْمَتَي
-  سُنَّةْ عكَيهْ عكَيهْ هَاكَن مَانيهْ ماَجاَ "اِسْتِغْفَارْ"
بَنْجُورْ دُعاَ عِيْسَورْ إِيْكيِ :
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْئَلُكَ إِيْمَانًا دَائِماً وَ يَقِيْناً صَادِقاً لَيْسَ بَعْدَهُ كُفْرٌ وَ أَسْئَلُكَ رَحْمَةً أَناَلُ بِهَا شَرَفَ كَرَامَتِكَ فِي الدِّيْنِ وَ الدُّنْياَ وَاْلآخِرَةِ . اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْئَلُكَ اْلفَوْزَ عِنْدَ اللِّقَاءِ وَ الصَّبْرَ عِنْدَ القَضَاءِ وَ مَنَازِلَ الشُّهَدَاءِ وَ عَيْشَ السُّعَدَاءِ وَالنَّصْرَ عَلَى اْلأَعْدَاءِ وَمُرَافَقَةَ الْأَنْبِيَاءِ بِرَحْمَتِكَ ياَ أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

Sumber : Group AIS Jawi Wetan
Writer : Agus @aliakbarreal

Rabu, 14 Juni 2017

PREDIKSI LAILATUL QADAR

إعانة الطالبين: (٢٥٧/ ٢)

قال الغزالي وغيره إنها تعلم فيه باليوم الأول من الشهر فإن كان أوله يوم الأحد أو يوم الأربعاء فهي ليلة تسع وعشرين
أو يوم الاثنين فهي ليلة إحدى وعشرين
أو يوم الثلاثاء أو الجمعة فهي ليلة سبع وعشرين
أو الخميس فهي ليلة خمس وعشرين
أو يوم السبت فهي ليلة ثلاث وعشرين
قال الشيخ أبو الحسن ومنذ بلغت سن الرجال ما فاتتني ليلة القدر بهذه القاعدة المذكورة

Imam Al Ghazali dan ulama' yg lain berkata, sesungguhnya lailatul qadar itu bisa diketahui dari awal hari permulaan bulan :

Jika awalnya jatuh pada hari Ahad atau Rabu maka lailatul qadar jatuh pada malam ke 29

Jika awalnya jatuh pada hari Senin maka lailatul qadar jatuh pada malam ke 21

Jika awalnya jatuh pada hari Selasa atau Jum'at maka lailatul qadar jatuh pada malam ke 27

Jika awalnya jatuh pada hari Kamis maka lailatul qadar jatuh pada malam ke 25

Jika awalnya jatuh pada hari Sabtu maka lailatul qadar jatuh pada malam ke 23

Syeh Abul Hasan As Syadzili berkata :
" Semenjak saya menginjak usia dewasa lailatul qadar tidak pernah meleset dengan jadwal tersebut."

WALLAHU A'LAM

Rasulullah SAW bersabda :*
Dari Aisyah RA. bahwa Rosululloh SAW. bersabda :

تحرو اليلة القدر فى الأوتار من العشر الأواخر من رمضان. (رواه البخاري)

Carilah denga segala daya upaya malam Lailatul Qadar itu di malam-malam ganjil dari sepuluh malam yang akhir dari Ramadhan. (HR. Bukhari)

Jadi tidak ada ketentuan waktunya dari Nabi Muhamnad SAW, hanya saja Ulama' ahli ibadah memperkirakan seperti keterangan diatas kemungkinan para ahli ibadah sering menemukan Lailatul Qadar di waktu-waktu tsb.
(Referensi : Kitab I'anatutholibin - Juz 2 / Hlm 257)

Ada cara lain barangkali dengan kasih sayang-Nya kita bisa dianggap mendapatkan  Lailatul qadar yaitu shalat isya' dan shubuh berjama'ah dengan istiqamah.

Perhatikan hadits ini :

حدثنا عبدالرحمن بن أبي عمرة قال: دخل عثمان بن عفان المسجد بعد صلاةالمغرب فقعد وحده فقعدت اليه، فقال: يا ابن أخي سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم،يقول: من صلى العشاء في فكأنما قام نصف الليل، ومن صلى الصبح في جماعة فكأنما صلى الليل كله،

Abdurrahman bin Abi Amrah menceritakan kepada kami, dia berkata : Utsman bin Affan masuk kedalam masjid setelah shalat Maghrib, lalu beliau duduk sendirian, lalu aku duduk didekatnya. Kemudian Utsman berkata : Wahai keponakanku, aku telah mendengar Rasulullah SAW. bersabda : Barangsiapa shalat isya' berjama'ah, maka seakan akan dia qiyamul lail selama setengah malam dan barangsiapa shalat shubuh berjama'ah, maka seakan akan dia qiyamul lail semalam penuh. (HR. Muslim)

Manfa'atkan kesempatan yg di berikan oleh Allah sebaik baiknya.

ليلة القدر خير من الف شهر
(سورة القدر : ٣)
Beribadah di Malam Lailatul Qodar lebih baik dari beribadah 1000 bulan / 83 tahun 4 bulan (QS. Al-Qadr : 3)

Sungguh luar biasa, mudah-mudahan kita semua mendapatkannya

(رفق المسلم سيوطي)

.امين اللهم امين