Minggu, 25 Agustus 2019

Kisah Santun Dalam Berdakwah

KH. Fadhol Hija (Ketua MUI Kab. Malang)

Menyeru pada kebaikan tidaklah hanya bermodal wawasan dan ilmu agama semata yang berguna untuk membatasi gerak kita agar tidak sampai berlebihan dan menerjang aturan syara’ dalam berdakwah, akan tetapi masih membutuhkan taktik dan cara lain yang lebih sistemik sehingga bisa lebih menunjang dan mensukseskan sebuah dakwah, dan yang tak kalah penting adalah akhlak, tanipanya dakwah akan hanya berbuntut pada kekerasan dan bahkan akan kehilangan esensinya.

Sebab, seorang penyeru ketika hanya bermodal ilmu saja tanpa di bekali akhlak, ketika dalam prosesi dakwahnya ada dari wibawa, harta atau kedudukannya yang disinggung, maka bisa jadi spirit awal dari dakwahnya yang bertujuan mencari pahala akan beralih pada pembelaan diri sendiri, ada baiknya kita jadikan teladan kisah-kisah orang mulia terdahulu dalam mengajak pada kebaikan.

Suatu saat ada seorang pemuda mendatangi Baginda Nabi saw. Dan berkata dengan polosnya “wahai Nabi Allah, apakah engkau mengizinkanku untuk berzina ?” sontak hal ini menyebabkan kericuhan kecil di kalangan Sahabat yang hadir disitu dan beniat hendak berbuat kasar padanya. Tak ingin terjadi keributan, Nabi mengambil alih, dengan lembut beliau bersabda “ bawa pemuda itu kepadaku” pemuda itu mendekat dengan takzim hingga duduk persis di depan Nabi.
“apakah kau mau menzinai ibumu” Beliau mengawali, kaget mendengar apa yang di katakan Nabi, pemuda itu menjawab tegas “tidak, semoga Allah melindungiku”.  “begitulah, manusia tidak mau berzina dengan ibunya” tangkas Nabi. “Apakah kau mau menzinai saudarimu?”dengan jawaban yang sama pemuda berkata “tidak, semoga Allah melindungiku”.

Baginda Nabi membalas “begitulah, manusia tidak mau berzina dengan saudarinya” pertanyaan Nabi dan jawaban pemuda itu tetap dan terus berlanjut hingga Baginda Nabi bertanya “Apakah kau mau menzinai bibimu?” masih dengan jawaban yang sama pemuda tadi menjawab “tidak, semoga Allah melindungiku” dan Nabi membalas “begitulah, manusia tidak mau berzina dengan ibunya”.
Setelah itu Baginda Nabi meletakkan tangannya yang mulia ke dada pemuda itu seraya berdoa “ Ya Allah bersihkan hatinya, ampuni dosanya dan jagalah kemaluannya (dari melakukan hal-hal buruk)” setalah kejadian ini, pemuda tersebut menjadi orang paling membeci terhadap perzinaan.

Di ceritakan juga tentang seorang pemuda yang berpapasan dengan Shillah bin Asyim, pemuda  itu  membiarkan jubahnya terurai hingga menyeret di tanah (merupakan perilaku tidak baik), melihat hal ini orang-orang yang melihatnya hendak bertindak dengan kasar padanya untuk mengingatkan.
Namun Shillah bin Asyim mencegah “ tunggu, serahkan urusannya padaku” dengan lembut ia berkata kepada pemuda itu “wahai anak saudaraku (panggilan keayahan), aku ada perlu denganmu” mendengar sambutan hangat ini, dengan lapang dada pula pemuda tersebut mengiyakan “ keperluan apa paman?” “aku ingin kau sedikit mengangkat jubahmu itu” “oh, iya dengan senang hati paman”  iapun sedikit menaikkan jubahnya.

Setelah itu Shillah bin Asyim bekata kepada sahabat-sahabatnya yang tadi berniat berlaku kasar pada si pemuda “kalau kalian tadi bertindak kasar padanya, niscaya ia takkan menuruti permintaan kalian, bahkan ia akan mencaci kalian”
Cerita lain tentang seseorang yang memelihara kucing, ia memiliki tetangga bekerja sebagai jagal hewan. Setiap harinya ia meminta sepotong daging pada tetangganya itu untuk makanan kucinya.
Suatu tempo, ia melihat tetangganya tersebut melakukan perbuatan buruk, sebagai seorang muslim sekaligus tetangga yang baik, oleh agamanya ia di anjurkan untuk memberi nasehat. Namun ia melakukan hal yang tak diduga sebelum beranjak memberi nasehat, ia membuang jauh-jauh kucingnya, setelah itu ia pergi menemui tetangganya itu untuk menasehati.

Setelah ia mengutarakan maksudnya, tetangganya yang mungkin merasa telah memberi banyak bantuan kepadanya merasa tersinggung dan berkata mengancam “aku tidak akan lagi memberimu daging untuk makanan kucingmu” ancaman dari tetangganya ini sudah ia duga sebelumnya, sehingga ia membuang kucingnya “aku tidak mengingatkan kebaikan padamu kecuali aku telah membuang kucingku dan berhenti berharap kepadamu”.

Seperti itulah, jika ingin sukses dan  tidak takut dalam berdakwah, selain hal-hal diatas harus terpenuhi, seperti lemah lembut dalam bertindak, juga seyogyanya kita menghilangkan sifat kebergantungan kita kepada makhluk. agar ketika kebergantungan kita di ancam, kita tetap mampu menjalankan dakwah tanpa ada yang menghambat. Selanjutnya hanyalah Allah yang kita harapkan pertolonganNya.

FB: Serambi Lirboyo

0 komentar:

Posting Komentar