Selasa, 12 Juli 2016

SYEIKHOH SULTHONAH, ROBI’ATUL ‘ADAWIYAH-NYA HADRAMAUT

Terkadang seseorang itu beranggapan bahwa jika bukan keturunan orang alim tidak akan menjadi orang alim. Ini adalah anggapan yang bathil dan anggapan seperti ini timbul dari syaithon yang membuat semangat kita lemah.

Kita lihat wanita di bawah ini, seorang yang biasa bukan dari keturunan orang sholeh tapi memiliki semangat dan kemauan untuk menjadi wanita sholehah. Beliau Syaikhoh Sulthonah tumbuh besar di keluarga Badui yang kesehariannya akrab dengan menggembala binatang ternak, dengan keperibadian yang kuat serta sifat-sifat lainnya yang terdapat pada diri penduduk badui. Walaupun demikian Syaikhoh Sulthonah tidak seperti kebanyakan anak-anak sebayanya, ia lebih senang menyendiri dari keramaian teman-temannya yang bersifat kekanak-kanakan sehingga ketika usianya merangkak dewasa Syaikhoh Sulthonah mulai tidak menyukai tradisi kehidupan badui yang di warnai dengan kekerasan dan kezaliman. Selain itu ia juga mulai menyelusuri jalan fitrahnya yang menuntunnya kepada iman dan membawanya kepada ketenangan jiwa.

Setiap ada orang sholeh yang datang dari Seiwun, Ghurfah, Syibam, Tarim, ke daerahnya ia menghadiri majelis tersebut dan mencatat manfaat faedah dari orang sholeh tersebut. Diantaranya, orang sholeh tersebut adalah al-Habib ‘Abdur Rahman as-Seggaf. Kemudian apa yang di catat dari di majelis itu ia amalkan dengan penuh kesabaran dan semangat yang tinggi. Sampai pada suatu hari beliau menikmati hasil dari apa-apa yang beliau amalkan dari orang sholeh tersebut.

Tiba pada suatu malam. Syeikhoh Sulthonah beribadah bersimpuh kepada Allah Yang Maha Kuasa mengamalkan apa yang ia dapat dari majlis-majlis orang soleh yang ia hadiri. Di tengah persimpuannya di dengar oleh beliau seruan, “Mintalah kepada Allah, maka Allah akan mengabulkan.”

Setelah mendengar hal tersebut beliau tidak serta merta langsung meminta sesuatu. Namun beliau datang kepada gurunya. Bertanya lalu meminta pendapat Sang guru. Beliau berkata, “Wahai guru semalam aku mendapat satu seruan. “Mintalah kepada Allah maka Allah akan mengabulkannya.”
Wahai guru apa sebaiknya yang aku minta?”

Gurunya menjawab, “Jika engkau menginginkan kenikmatan di dunia ini ketahuilah tidak ada kenikmatan yang lebih nikmat dari pada berjumpa dan berkumpul dengan Rosululloh Saw.”

Maka Syeikhoh Sulthonah ketika mendengar seruan itu lagi, beliau meminta untuk berjumpa dengan Rosul Allah Saw setiap saat.

Berkata Syeikh Shawwaf tentang keagungan yang di dapat Syeikhoh Suthonah ini:

إذا بغى علم الاخبار جاءه النبي وسط الدار

"Ketika dia menginginkan sesuatu yang ingin di tanyakan..
Datang Nabi di tengah rumahnya.."

Di rumah beliau menjadi sangat ramai orang-orang untuk bermusyawarah dengannya. Seperti datang seseorang untuk menanyakkan perihal keinginannya untuk menikahkan putrinya. Syeikhoh Sulthonah menuju kamarnya dan berjumpa dengan Rosul Allah untuk bermusyawarah.
Ada yang datang untuk menitip salam pada Rosulullah Saw. Lalu apa yang di katakan Rosul Allah beliau sampaikan kepada orang-orang yang mempunyai permasalahan tersebut.

Masya Allah..

Robia‘atul Adawiyahnya penduduk Yaman Hadramaut itulah gelar yang banyak di sebutkan oleh para habaib dan orang-orang soleh, diantaranya Al-Habib ‘Ali bin Muhammad bin Husein Al-Habsyi (Shohibul Maulid), bahwasannya di Yaman ada seorang wali agung perempuan yang bernama Syeikhoh Sulthonah Rodhiallahu ‘Anha. Beliau memiliki gelar Robia‘atul Adawiyahnya orang Hadromaut yaman.
Keseharian beliau ini setiap waktunya bahkan setiap hembusan nafasnya selalu bersholawat kepada Baginda Rosulullah Saw. Dan lebih hebatnya lagi, beliau ini tiada pekerjaan lain selain sholawat, kecuali di saat waktu sholat tiba.

Begitu tingginya maqom kewalian beliau, sehingga beliau mengetahui maqom kewalian setiap orang, kecuali dua orang yang tak bisa Syeikhoh Sulthonah ketahui maqom kewaliannya, yakni Al-Imam Al-Faqih Muqoddam Ats-Tsani Al-Habib ‘Abdurrohman As-Seggaf bin Muhammad Maula Addawilah dan anak beliau Al-Quthub Al-Imam Al-Habib Abu Bakar As-Sakron. Yang mana Syeikhoh Sulthonah hidup sezaman dengan dua orang Habib agung ini.

Maqom mereka tidak diketahui dan tidak bisa dijangkau oleh Syeikhoh Sulthonah karena begitu tingginya. Setiap kali Syeikhoh Sulthonah mau mengejar maqom mereka, maka maqom mereka melesat begitu cepat seperti cahaya dan jauh ke atas.

Syeikhoh Sulthonah berkata, “Aku sudah mengetahui siapa saja di antara wali-wali yang berkunjung kepadaku, kecuali dua orang yakni Al-Habib ‘Abdurrohman As-Seggaf dan anak beliau Al-Habib Abu Bakar As-Sakron.”, karena mereka bisa langsung ada dihadapan Syeikhoh Sulthonah secara tiba-tiba tanpa diketahui oleh Syeikhoh Sulthonah. Hanya saja, kata beliau apabila Al-Habib Abu Bakar As-Sakron mau bertemu, pasti ditandai dengan suara gho’ib dari langit yang mengatakan, “Telah datang seorang sulthon anak dari seorang sulthon.”

Al-Habib Abu Bakar As-Sakron adalah seorang Sulthonul Auliya yang terkenal, dan Ayah Beliau pun seorang Sulthonul Auliya.

Demikianlah bagaimana maqom seorang wanita Auliya Allah SWT yang bertemu secara langsung dengan Baginda Rosulullah Saw di alam jaga.

Keleluasaan Al-Habib ‘Abdurrohman As-Seggaf dan anak beliau Al-Habib Abu Bakar As-Sakron, tak lain karena beliau Syeikhoh Sulthonah adalah termasuk salah satu istri Al-Habib ‘Abdurrohman As-Seggaf. Ketinggian maqom serta keistimewaan ibadah beliau mencuri hati Al-Habib ‘Abdurrohman As-Seggaf.

Beliau juga wanita yang cerdas, pernah suatu hari beliau datang kerumah Al-Habib ‘Abdurrohman As-Seggaf sedang Al-Habib ‘Abdurrohman As-Seggaf berbincang-bincang ilmu dengan anak anak beliau, Syeikhoh Sulthonah mengatakan, “Bolehkah aku bergabung duduk dengan kalian?”
Salah satu anak Al+Habib ‘Abdurrohman As-Seggaf berkata, “Al ibil batumaari jamal (Unta perempuan mau menandingi Unta laki).”

Syeikhoh Sulthonah menoleh pada Al-Habib ‘Abdurrohman As-Seggaf seraya mengatakan, “Aku boleh menjawabnya atau aku diam?”
Al-Habib ‘Abdurrohman As-Seggaf tersenyum dan ingin memberikan pelajaran pada anak anaknya atas kecerdasan Syeikhoh Sulthonah, “Jawablah!” Kata beliau.

Syeikhoh Sulthonah pun menjawab, “Al hamel bil hamel wazada iyal wal laban (kekuatan Unta laki-laki dan Unta perumpuan sama dalam hal membawa barang bawaan tapi Unta perempuan masih lebih keutamaannya dengan adanya anak dan susu).”

Mendengar jawaban itu anak Al-Habib ‘Abdurrohman As-Seggaf kagum dan mempersilahkan Syeikhoh Sulthonah duduk bersama mereka.

Kecintaan Syeikhoh Sulthonah Kepada Ahlul Bait.

Hadramaut adalah kawasan yang ramai dihuni oleh ahlul bait. Dan diantara peranan utama mereka adalah meyebarkan dakwah. Mereka akan mengunjungi perkampungan untuk menyampaikan risalah Islam dan mendidik masyarakat dengan adab Islam. Oleh karna itu kedudukan mereka disisi masyarakat sangat tinggi. Mereka dihormati, disanjung dan dicintai.

Hal ini juga berlaku kepada Syaikhoh Sulthonah, dimana beliau sangat dekat, dan sangat menghormati dan mencintai para ulama dari kalangan ahlul bait. Syaikhah Sulthonah sangat menyadari akan kewajiban yang ia pikul terhadap para keturunan Rasulullah Saw tersebut, beliau berkata, “Demi keagungan Dzat Allah yang disembah, jikalau misalkan dagingku ini bisa bermanfaat bagi mereka, maka akan aku korbankan.”

Beliau juga berkata, “Sesungguhnya aku melihat bahwa keluarga Ba’Alawi mempunyai kedudukan di atas manusia lainnya.”
[maksud beliau, para wali dan masyaikh dari Ba’Alawi mempunyai kedudukan yang lebih daripada yang lain].

Syaikhah Sulthonah wafat pada tahun 843 H, dan beliau dimakamkan di kampungnya yang dikenali sebagai Hauthoh Sulthonah.

Pelajaran yang bisa kita ambil dari Biografi Syeikhoh Sulthonah diantaranya:

Semua orang memiliki kesempatan dekat dengan Allah serta menjadi orang sholeh. Syarat untuk menjadi orang sholeh tidak harus anak orang soleh, siapapun kita jika ada kemauan kuat akan bisa menjadi orang sholeh. Buktinya kita lihat dulu para Kyai di Tanah Jawa ini, mereka orang asli pribumi yang kakek mereka dulu bukan Islam tapi ketika mereka punya semangat yang kuat mengikuti orang sholeh dan beribadah merekapun menjadi orang sholeh.

Pentingnya mencatat apa yang kita dengar dari nasehat-nasehat orang sholeh. Di katakan oleh orang bijak, “Tulislah sebaik-baik dari apa yang kamu dengar dan amalkan sebaik-baik dari apa yang kamu tulis.”

Perlunya memiliki seorang guru karena guru lah yang akan meluruskan jalan kita.

Tidak ada kenikmatan di dunia ini melebihi berjumpa dengan Nabi Saw.

Tidaklah seseorang menjadi wali, kekasih Allah kecuali setelah tumbuh di hatinya kecintaan pada ahlil bait.

Dan, dengan kuatnya iman dan ketakwaan wanita bisa mengungguli laki laki.

Mudah-mudahan bermanfaat.

Sumber : https://pecintatarim.wordpress.com/2015/03/14/syeikhoh-sulthonah-robiatul-adawiyah-nya-hadramaut/

0 komentar:

Posting Komentar